CHAPTER 1 : CHERI
1.
Seorang gadis tengah berlari menuju halte bus. Ia terlihat begitu terburu-buru, tentu saja. Ia melihat jam ditangannya, sudah pukul 07:15. Gadis itu hanya punya waktu sekitar lima belas menit lagi sebelum gerbang sekolahnya ditutup, dan ia masih belum mendapatkan busnya!
Lima menit kemudian, bus yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang. Ia langsung menaiki bus itu dan duduk di barisan paling belakang.
Gadis itu mendesah.
“Huft, aku pasti tidak akan sampai ke sekolah tepat waktu” gumamnya.
***
Benar saja, ia terlambat dan sudah ada seorang guru yang tampak marah menanti gadis itu didepan gerbang sekolahnya.
“Sudah berapa kali kau terlambat, Park Cheri?!!” guru itu memaki Cheri.
“Maafkan saya, Mr. Go.” kata Cheri.
“Ikuti aku sekarang juga!”
Cheri mengikuti Mr. Go.
Mr. Go membawa Cheri ke lapangan, disana ada seorang laki-laki yang terlambat sepertinya.
Cheri bergabung dengannya.
“Nah, lihat kan?! Hanya kalian berdua yang terlambat. Kenapa, sih, kalian selalu terlambat?” kata Mr. Go.
Cheri hanya menunduk menatap tanah lapangan sekolahnya.
“Nah, sebagai hukuman karena kalian terlambat, berhubung suasana hatiku sedang baik sekali, kalian hanya akan aku suruh untuk membersihkan toilet nanti setelah bel pulang berbunyi. Jangan coba-coba untuk kabur, atau kau akan kena masalah yang lebih besar!” ucap Mr. Go, lalu berbalik meninggalkan Cheri dan laki-laki itu.
Cheri mendengar laki-laki itu mendesah kecil. Cheri mengikutinya mendesah kecil, lalu ia pergi meninggalkan lapang menuju kelasnya.
***
TENG TONG TENG TONG
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi.
Cheri membereskan buku-bukunya dan membersihkan mejanya yang mamakan waktu lumayan lama, bukannya ia tidak mau menjalankan tugas yang diberikan kepadanya tadi pagi, tapi mejanya memang sangat berantakan.
Setelah selesai membersihkan mejanya, ia berjalan menyusuri koridor menuju toilet. Laki-laki yang terlambat tadi sudah ada di sana, sedang bersandar pada tembok dan memperhatikan Cheri yang sedang menuju kesana.
Cheri menatapnya sekilat, laki-laki itu balas menatapnya. Lalu Cheri langsung menyambar lap pel dan akan mulai membersihkan toilet itu, tapi, laki-laki itu menahannya.
“Aku sudah membersihkan semuanya sejak tadi, sendirian. Kau kenapa lama sekali, sih? Aku kan, jadi capek sendiri.” katanya.
Cheri kaget, dia merasa dia datang secepat mungkin. “Really? Maaf, kalau begitu. Aku benar-benar minta maaf karena kau harus mengarjakannya sendirian. Apa yang harus aku lakukan?”
“Pulang saja,” kata cowok itu ketus.
“Tidak. Maksudku, kau kan yang melakukan semuanya, masa sih, aku tidak bekerja sama sekali? Jadi, aku bertanya apa yang harus aku lakukan untuk membalas budimu?” tanya Cheri.
“Oh, ya. Kau benar, kau harus membayarnya,” katanya, ia menimbang-nimbang sesuatu, “traktir aku makan siang, besok.”
“Baiklah. By the way, kau kelas mana?”
“Kau tak tahu aku? Serius?”
Cheri mengangguk, ia memang sungguh-sungguh tak tahu orang di depannya itu. Ia kan masih anak baru, dan terlalu malas menggali informasi yang tidak penting.
“Okay, okay. Kenalkan, aku Kim Hanbin. Kelas 11-6. Kau?”
“Park Cheri dari kelas 10-5.”
“Ternyata kau hoobaeku. Pantas saja kau tidak tahu aku, kau masih baru,” ujar Hanbin, “padahal aku cukup terkenal. Masih ada saja yang tidak tahu aku, ha-ha-ha.”
“Kau percaya diri sekali, sunbaenim.” Cheri sedikit tertawa.
Hanbin tersenyum simpul. “Sekarang sudah sore. Kau tidak akan pulang?”
“Aku akan pulang sekarang, sunbaenim.”
“Rumahmu dimana?,” tanya Hanbin, “biar aku antar saja. Bahaya jika seorang gadis pulang sendirian disore hari seperti ini.”
“Rumahku di Hapjeong-dong, sunbaenim. Tidak usah repot-repot, aku bisa pulang sendiri,” kata Cheri berusaha menolak.
“Hey, tidak baik untuk menolak rejeki. Ayo kita ke kelasku dulu, tasku masih disana,” tanpa berbasa-basi lagi, Hanbin menarik tangan Cheri untuk mengikutinya.
Cheri tak punya pilihan lain selain mengikutinya, lagipula kelihatannya sunbae didepannya orang baik.
***
Suasana di mobil Hanbin begitu hening.
Cheri hanya memandang pemandangan diluar lewat jendela, sedangkan Hanbin sibuk menyetir.
“Ekhem.” Hanbin berdeham kecil. “Kau akan mengikuti club apa, Cheri-ssi?”
“Aku sih, ingin ikut fotografi dan jadi senator padahal aku masih freshman, he-he. Sunbaenim sendiri ikut club apa?”
“Sebenarnya, aku adalah--, eh, tidak jadi deh.” kata Hanbin.
Cheri memandangnya sebentar, lalu berbalik melihat jendela lagi.
Hanbin memandang Cheri sambil terenyum. “Nah! Sudah sampai, hoobaenim.”
“Terima kasih banyak, sunbaenim. Maaf, aku jadi merepotkanmu,” kata Cheri sambil membalas senyumannya.
“Tidak apa-apa, kok. Sampai jumpa besok!”
“Baiklah. Sampai juma besok, sunbaenim. Hati-hati dijalan, ya, sunbaenim,” kata Cheri sambil tetap tersenyum dan keluar dari mobil.
Cheri berdiri diluar sampai mobil Hanbin sunbae pergi meninggalkan rumahnya.
Setelah Hanbin pergi, ia memasuki rumahnya dan langsung menuju kamarnya di lantai dua.
Ia merebahkan diri di kasur empuk miliknya, dan mulai berpikir tentang kejadian yang baru saja terjadi.
Hanbin sunbaenim benar-benar tampan, pikirnya. Cheri tak habis pikir, bisa-bisanya ada orang setampan dia.
Aku akan bertemu dengannya lagi besok, dan mengobrol dengannya lagi!, pikirnya lagi.
“Tidak, tidak, tidak. Apa yang kau pikirkan, Park Cheri!” gumamnya, “lebih baik aku tidur.”
Cheri pun menutup matanya, dan ia pun tertidur, mengakhiri hari yang panjang itu.