YESTERDAY STORY
Black Romance present…
A story by JH Nimm
Title: Yesterday Story
Also known as: Yesterday Story
Genre: Romance, Sad
Rating: T (PG-15)
Length: Special Chapter
Cerita ini adalah sebuah FIKTIF belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat dan kejadian, semata-mata karena ketidaksengajaan.
All casts are belong to God, but this is story is JH Nimm’s.
Don’t re-share without my permission.
Don’t forget to leave your appreciation.
Happy reading… Thank you… :3
Note: yang di tulis miring adalah FLASHBACK!!!
BGM:
Kang Nam of M.I.B – What should I do?
Gong Yoo – Because it’s You (BIG OST)
Cast(s):
== GLOSARIUM ==
== PROLOGUE ==
Menatap kilas balik akan cerita yang pernah ada, kusadari bahwa ah itu hanyalah cerita di hari kemarin
Kemarin adalah hari yang sudah berlalu dan sudah tersimpan menjadi bagian dari masa lalu
Masa lalu yang mengajarkan begitu banyak hal untuk membuatku menjadi lebih baik
(August 4, 2015)
== SPECIAL CHAPTER ==
~~ 1 year later ~~
Musim dingin kembali menyapa setelah musim gugur resmi berlalu bersama anginnya yang dingin membawa pergi dedaunan yang berguguran. Musim dingin yang selalu membuahkan kerinduan akan kehangatan. Bukan hanya kehangatan akan temperatur yang semakin menurun seiring berjalannya waktu, akan tetapi juga kehangatan dalam sebuah keluarga yang jauh lebih hangat dari apapun. Kehangatan keluarga yang jelas tak sanggup dikalahkan oleh sekedar mesin penghangat ruangan atau api unggun yang menyala. Kehangatan yang berisi canda tawa akan kebahagiaan dan kebersamaan ketika sebuah keluarga berkumpul dan berbagi. (http://jh-nimm.blogspot.com)
Seperti sebuah situasi yang terjadi antara Min Hye dan Cheon Sa. Cheon Sa yang kini sudah mulai bisa berbicara dan mulai nakal layaknya anak-anak seusianya. Min Hye dan Cheon Sa yang meskipun hanya hidup berdua itupun selalu menghabiskan waktu bersama-sama layaknya sepasang ibu dengan puteri kesayangannya. Begitupun hari ini, meskipun udara yang berhembus cukup dingin, namun keduanya memutuskan untuk pergi keluar sekadar berjalan-jalan dan mencari minuman hangat.
Saat mereka sampai di depan sebuah café, rupanya di sana tampak seorang pria yang tengah menunggu. Seorang pria bernama Lee Tae Yong yang mengajak Min Hye dan Cheon Sa untuk bertemu.
“Sudah lama menunggu?” tanya Min Hye.
“Ah, aniyo[1]. Aku juga baru saja sampai,” jawab Tae Yong.
Tae Yong, Min Hye dan Cheon Sa pun masuk ke dalam café tersebut. Ya, meskipun memang sempat terjadi permasalahan yang cukup rumit, seiring berjalannya waktu permasalahan tersebut sedikit demi sedikit mulai terselesaikan. Bukan hanya dengan Tae Yong, Min Hye juga masih menjaga hubungan baik dengan Jong In. Memang ‘kompetisi’ antara Tae Yong dan Jong In itu bagaimanapun masih berlangsung karena Min Hye masih juga belum memberikan keputusannya akan siapa yang dipilihnya.
Sembari menikmati minuman hangat itu, Tae Yong, Min Hye juga Cheon Sa terlibat dalam sebuah perbincangan yang membuat suasana menjadi semakin hangat. Layaknya sebuah keluarga yang lengkap, ada Ayah, Ibu juga puteri kecil yang sangat manis dan riang, sungguh pemandangan yang sangat indah dan akan membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa hangat. Bahkan Cheon Sa tampak begitu menikmati ketika Tae Yong menceritakan hal-hal lucu untuk anak seusianya.
Sebuah kebahagiaan yang tulus dan jujur dari seorang anak seperti Cheon Sa. Kebahagiaan yang hanya memang dapat ia rasakan dengan Ayah kandungnya. Namun memang, Cheon Sa masih belum mengetahui bahwa Tae Yong adalah Ayah kandungnya. Hal itu sengaja Tae Yong lakukan meskipun Min Hye sudah memberikannya izin. Namun Tae Yong hanya ingin ‘persaingannya’ dengan Jong In berjalan dengan adil. Sehingga keputusan nantinya bukan hanya ada di tangan Min Hye, tetapi juga ada di tangan Cheon Sa.
****
Hari ini, Min Hye menitipkan Cheon Sa pada Ji Hyeon dan Sung Yeol. Selain begitu banyak hal yang harus ia lakukan, ia juga memiliki sebuah janji dengan Jong In. Sudah jelas, akan ada sesuatu yang mereka bicarakan dan teramat serius sehingga tidak harus melibatkan Cheon Sa dalam hal ini.
“Annyeong[2]…” sapa Jong In seperti biasa ketika Min Hye datang.
Ya, setelah hampir 20 menit ia menunggu di taman itu, akhirnya seseorang yang begitu ia rindukan itu datang. (http://www.twitter.com/JH_Nimm)
“Sudah lama menunggu?” tanya Min Hye.
“Ah, aniyo,” jawab Jong In. “Dimana Cheon Sa?”
“Aku menitipkannya pada Ji Hyeon Eonni,” jawab Min Hye.
Mendadak suasana menjadi sangat canggung seperti pertama kali mereka bertemu. Karena memang ini adalah suasana yang tidak biasa. Ini bukan perkara dimana Jong In hanya berdua dengan Min Hye, tetapi ini adalah hal dimana justru ketiadaan Cheon Sa menimbulkan sebuah pertanyaan yang begitu besar bagi Jong In.
“Jong In-sshi…”
Min Hye pun memulai untuk mengutarakan maksud yang memang menghantarkannya untuk bertemu dengan Jong In hari ini.
“Eum?”
“Kupikir, ini adalah saat bagiku untuk memberikan jawabanku untuk pertanyaanmu saat itu. Maafkan aku karena mungkin aku membutuhkan terlalu banyak waktu untuk menemukan jawaban itu. Aku juga berpikiran bahwa mungkin saja kau akan merasa lelah jika terus menunggu jawabanku. Hingga akhirnya aku putuskan bahwa aku harus memberikan jawaban itu padamu,”
Jong In hanya menatap Min Hye. Tidak bisa dipungkiri memang jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia bahkan mulai berkeringat di udara sedingin itu. Suhu tubuhnya meningkat seiring dengan jawaban yang ia tunggu dari Min Hye dan ia pun harus selalu siap dengan jawaban apapun yang akan Min Hye berikan untuknya. Ia harus menerima apapun keputusan Min Hye, itu adalah komitmennya sejak awal, saat dimana ia meminta Min Hye untuk menerima apapun usahanya.
“Jong In-sshi…”
Min Hye menatap Jong In yang saat itu juga tengah menatapnya.
“Mianhae[3]…”
DEG!!!
Sebuah kata yang bahkan sanggup membuat jantung Jong In yang semula berdetak dengan begitu kencangnya seolah terhenti untuk sejenak.
“Jong In-sshi…”
Min Hye menyadari bahwa pasti Jong In terkejut dengan apa yang baru saja diucapkannya.
“Bisakah aku menjelaskannya?” tanya Min Hye.
Jong In pun hanya memberikan jawaban dengan menganggukkan kepalanya.
“Aku tahu, berkali-kalipun aku meminta maaf, ini tidak akan bisa mengubah apapun. Aku juga tahu bahwa saat ini aku tengah menyakitimu dan kata maafku jelas tidak akan bisa menyembuhkan lukamu. Aku bahkan tampak begitu jahat dengan memperlakukanmu seperti ini, seolah aku menggali lukamu lebih dalam. Tetapi ini bukan seperti aku tidak bisa menerimamu, ini juga bukan seperti aku tidak bisa menemima semua ketulusanmu. Bahkan mungkin aku akan tampak seperti aku telah menyia-nyiakanmu, seorang pria baik yang bisa membawa kembali kebahagiaanku,” (http://www.facebook.com/JHNimm.offcial)
“Seperti yang kau tahu, aku menerima semua usaha yang kau lakukan. Aku juga merasa bahagia karena disaat aku begitu terluka, justru ada kau yang selalu berusaha membahagiakanku. Bahkan aku juga sangat terkesan dan disaat yang bersamaan juga aku merasa terluka ketika kau mengatakan bahwa kau akan menunggu jawabanku dan akan menerima apapun jawabanku. Dengan melakukan hal ini, aku sadar bahwa aku bukan hanya menyakitimu, tetapi aku juga menyakiti diriku sendiri. Karena memang ku sadari bahwa aku mulai terbiasa denganmu, bahkan sangat terbiasa. Sangat kusadari juga bahwa aku mulai menyukaimu, tidak, aku mulai mencintaimu,”
Buliran bening itu mulai memenuhi ruang mata Min Hye, begitu juga dengan Jong In.
“Aku mencintaimu…” ucap Min Hye.
Jong In pun meraih Min Hye kedalam pelukannya.
“Arayo[4]… arayo…” jawab Jong In.
“Mianhae…” ucap Min Hye lagi.
Seolah tak ingin mendengarkan permintaan maaf Min Hye lagi, Jong In pun mengeratkan pelukannya pada Min Hye. Seolah ia tak ingin melepaskan Min Hye yang begitu ia cintai itu walaupun memang pada kenyataannya justru ia harus melepaskan Min Hye dan tak mungkin menggenggam Min Hye lagi.
“Mianhae…” ucap Min Hye lagi.
Jong In pun melepaskan Min Hye dari pelukannya.
“Aku bisa saja seperti pria lain di luar sana yang tak bisa melepaskan seseorang yang begitu dicintainya. Aku juga bisa saja membawamu melarikan diri hingga tidak ada seorang pun yang akan mengejarmu dan hanya aku yang memilikimu. Tapi aku bukan pria seperti itu. Aku bukan pria jahat yang tega memisahkan ibu dengan puteri kesayangannya,”
“Aku tidak akan munafik dan aku akan mengakui dihadapanmu bahwa sebagai manusia yang juga memiliki perasaan, aku terluka, sangat terluka dengan jawabanmu. Tetapi bagaimanapun kebahagiaanmu ada pada Cheon Sa, puterimu yang begitu kau sayangi. Dan bagikupun, kebahagiaan Cheon Sa adalah yang terpenting. Dengan keputusanmu ini, seperti yang kukatakan saat itu, aku akan menerimanya. Aku tidak akan melakukan usaha untuk membawamu melarikan diri ataupun berbuat jahat. Tetapi aku akan tetap melindungimu juga Cheon Sa. Meskipun memang yang lebih berhak untuk itu adalah Tae Yong,”
“Jeongmal mianhae[5]…”
“Saranghae[6], Choi Min Hye…”
Jong In pun meraih wajah Min Hye dan kemudian mendaratkan kedua sayap bibirnya itu pada bibir Min Hye. Ia menyapa kedua sayap bibir Min Hye dengan lembut dan hangat. Namun ketika Jong In menciumnya, buliran bening itupun akhirnya meluncur dengan bebas di kedua pipi Min Hye. (http://jh-nimm.blogspot.com)
****
~~ Flashback several days ago ~~
Min Hye dan Cheon Sa pun hampir sampai di café yang dijanjikan oleh Tae Yong untuk bertemu. Beberapa meter menuju ke café tersebut, langkah Cheon Sa tiba-tiba terhenti dan menatap sosok Tae Yong di sana dengan mata yang berbinar.
“Appa[7]…” ucap Cheon Sa.
Setelah memastikan bahwa yang ia lihat itu adalah Tae Yong, Cheon Sa pun kembali melanjutkan langkahnya bahkan dengan riang dan bersemangat. Jelas menunjukkan bahwa Cheon Sa begitu senang bisa bertemu dengan Tae Yong.
‘Appa…’ batin Min Hye seiring dengan langkah Cheon Sa yang semakin mendekat pada Tae Yong.
Sebuah kata yang memang untuk pertama kalinya Min Hye ucapkan. Sebuah kata yang ditujukan untuk Tae Yong dan memang Tae Yong layak untuk menerima sebutan tersebut dari puterinya sendiri. Sebuah kata yang justru sanggup membuat hati Min Hye bergetar ketika mendengarnya. Sebuah kata yang juga sanggup membuat Min Hye gemetar, bukan karena ia kedinginan tetapi karena ia juga tidak menyangka bahwa Cheon Sa pada akhirnya akan mengucapkannya juga.
~~ End of flashback ~~
== THE END ==
== EPILOGUE ==
Memang, ini bukan hanya tentang hatiku, tetapi juga tentang hati dan perasaan malaikat kecilku
Ia baru saja terlahir ke dunia ini dan mana mungkin aku harus memperkenalkan dunia ini padanya sebagai dunia yang kejam dan dunia yang hanya akan sanggup memberikan luka
Ia harus memandang bahwa dunia ini adalah dunia yang indah dan ada begitu banyak cinta untuknya
Meskipun memang tidak semua cinta akan berakhir bahagia dan hanya membekaskan sebuah luka
Ini bukan saatnya aku hanya menjaga perasaanku sendiri, tetapi aku juga harus menjaga perasaan buah hati kecilku yang masih sangat tulus, murni dan suci
Aku tidak boleh menjadi orang pertama yang justru melukainya
(August 5, 2015)
Well, setelah chapter 1-3 itu memang sengaja digantung. Akhirnya ketemu juga sama jawabannya.
Yah, bagaimanapun dalam hidup juga memang ada yang disebut dengan pilihan dan kita sebagai manusia yang walau memang bernaluri serakah pun tetap tidak dapat memutuskan untuk memilih semua pilihan. Tetap kita harus memilih satu dari dua atau bahkan dari begitu banyak pilihan. Juga yang terpenting adalah bagaimana kita menemukan dan menentukan bahwa pilihan itu adalah yang tepat dan baik. Jangan hanya menggantungkan diri pada pilihan yang diperkirakan akan memiliki hasil akhir yang baik dan jangan takut untuk mengambil sebuah resiko. Karena hasil akhir yang baik ataupun resiko terburuk, itu adalah sebuah konsekuensi dari pilihan yang kita ambil. ^^
Regard,
JH Nimm © 2015