Jika tulisanku ini mampu mengungkapkan betapa aku begitu menginginkanmu berada disisiku wahai sahabatku yang kucintai lebih dari seorang sahabat.
Denting piano terdengar nyaring pada ruang besar yang hanya diisi oleh alat musik besar itu dan seorang lelaki yang duduk memejamkan mata. Jemarinya menari-nari begitu cepat, kakinya diketukan pada lantai kayu, wajahnya begitu tenang sama seperti lagu yang kini sedang dimainkannya. Mungkin itu lagu klasik, atau mungkin itu lagu yang ditujukannya pada seseorang. Kurasa pilihan kedua lebih tepat karena sesaat kemudian gadis berambut sebahu masuk memanggil namanya. Kuangkat badanku yang terduduk dibalik dinding disamping ruangan musik, kututup buku yang sedari tadi kubaca sembari mendengarkan dentingan lagu yang dimainkannya. Lagi, bahkan sebelum aku melangkah maju aku sudah terjatuh lebih dulu.
Kulihat nilai-nilaiku dan melipat secarik kertas rapot sebelum memasukannya kedalam tas. “Bagaimana nilaimu ?” untuk kesekian kalinya teman sekelasku bertanya dan untuk kesekian kalinya pula aku menjawab “Tak ada yang berubah” topik itu berlalu kemudian, dan lagi kutatap sahabatku tengah bercanda bersama anak laki-laki yang aku tahu sedikit banyak mereka menyimpan perasaan padanya.
Gadis itu bernama Sookyung, seorang gadis berambut sebahu dengan senyum begitu manis. Matanya bulat dan selalu menorehkan keceriaan, bibirnya terukir manis dan membentuk love saat dia tersenyum. Dia sangat pemalu, sudah menjadi kebiasaannya memainkan jari saat bertemu dengan orang baru atau bicaranya yang terbata dan muka yang memerah saat bertemu laki-laki yang baru saja dikenalkan padanya. Banyak yang menyukai Sookyung, bahkan aku, Kim Jongin.
Masih terasa segar dalam fikiranku saat pertama kali aku melihatnya berlari sepanjang lorong melewatiku yang membawa banyak buku. Saat itu langkahku terhenti, dan untuk sesaat dapat kurasa jantungku berhenti. Mungkin ini yang disebut cinta pada pandangan pertama, saat menatapnya untuk pertama kali waktu terasa melambat dan mataku mengikutinya berlari hingga menghilang dipersimpangan. Untuk pertama kalinya, dalam 19 tahun aku hidup didunia yang terkadang kurasa jenuh dan datar aku menemukan secercah warna.
Aku menunggunya, memperhatikannya dari kejauhan, sekali-kali aku sengaja mendekatkan jarakku padanya hanya untuk mencium wangi parfum vanilla yang dipakainya, atau shampoo strawberry yang tercium setiap kali rambutnya mengibas kekanan dan kekiri. Dan saat itu kuputuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang dia, tentang Sookyung, gadis yang berhasil mengisi hari-hariku dengan tingkah lucu yang tak pernah disadarinya.
Mungkin inilah yang disebut cinta, rasa menggebu ingin berjumpa setiap kali aku menutup mata menanti akankah hari esok aku dapat menyapa.
Aku menunggunya didepan kelas, menggunakan waktu makan siangku untuk berdiri dihadapan loker yang berjarak tak jauh darinya. Aku ingin menunjukkan diriku, namun apa daya, aku yang pemalu ini hanya bisa menahan nafasku saat dia melintas tak mengenaliku. Menu favoritnya adalah salad ayam, dia memakannya dengan perlahan sambil berbincang dengan Seokmin dan tertawa begitu lebar saat mereka bertukar cerita dan canda. Kulihat bulu matanya yang panjang bergerak naik turun seiring matanya yang terbuka dan terututup, kuikuti gerak bibirnya dan kukagumi senyum manisnya, lagi, kurasa ini jatuh cinta.
Sepulang sekolah aku melambatkan gerakanku berjalan, untuk memastikan Sookyung sudah pulang dan keluar dari kelasnya. Dan aku merasa beruntung saat aku dapat mengikutinya pulang. Awalnya dia berjalan menuju halte, merapikan rambutnya yang tersibak angin dan menunggu sambil mengayunkan kaki sementara ditelinganya terdapat headset putih. Saat bis datang kupastikan untuk mengingat rutenya, yang ternyata adalah rute yang sama dengan bis yang aku naiki setiap pulang.
Aku berdiri disampingnya, mempersilahkan dia duduk ditempat yang sengaja kubiarkan kosong. Dia mengucapkan terima kasih, dan untuk pertama kali kudengar suaranya yang lembut. Aku melihat semua playlistnya dari atas sini, nyaris semuanya adalah lagu western yang tak kukenali siapa penyanyinya. Aku membuka ponsel dan mengetikkan beberapa nama untuk kucari di rumah, untuk mengetahui apa yang dia sukai. Setidaknya aku ingin satu langkah lagi mengenal dirinya.
Aku mengikutinya berjalan dijalan yang sama seperti aku pulang, kufikir, mungkinkah dia merasakan aku yang mengikutinya? Aku hendak memanggilnya namun gadis itu sudah lebih dulu masuk pada rumah bercat coklat muda disamping rumahku. Kuulangi, disamping rumahku. Sudahkah kukatakan dia tinggal disamping rumahku ? . Aku tak menyangka, dan tak pernah menyangka, dia adalah tetanggaku, katakan aku beruntung bisa satu langkah dekat dengannya dan katakan aku sial karena aku menolak saat ibuku menyuruh mengantarkan kue kering pada tetangga sebelah yang ternyata adalah dia kemarin sore. Dan aku berdiri mematung untuk sejenak sebelum tertawa, menertawakan kebodohanku yang menolak permintaan ibuku. Sungguh sial.
--
tbc