home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Love Is Feeling | Chapter 1

Love Is Feeling | Chapter 1

Share:
Published : 13 Jul 2015, Updated : 13 Jul 2015
Cast : Park Jiyeon, Choi Minho, Bae Suzy, Kim Myungsoo, Lee Taemin, Krystal f(x)
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |710 Views |0 Loves
Love is Feeling | Chapter 1
CHAPTER 1 : Love Is Feeling

1 ....

Setangkai bunga mawar baru saja dibelinya dari sebuah toko bunga yang terletak tidak jauh dari apartementnya. Dengan langkah pasti, namja itu tersenyum sembari sesekali menghirup aroma bunga mawar yang tergenggam erat ditangannya. Masih menyusuri jalanan ibu kota, Minho mengangkat tangannya guna melihat arloji yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Pukul 7 malam. Malam ini dia akan mencoba mengawalinya. Mengungkapkan isi hatinya pada seorang gadis yang selama ini telah singgah di hatinya.

Langkahnya berhenti tepat di halte bus. Ia sedang menunggu kehadiran bus yang akan membawanya ke daerah Namsan untuk bertemu dengan janjinya. Janji yang membuat dirinya selalu berdegup kencang. Cukup lama Minho menanti, dirinya tidak berhenti tersenyum memikirkan hal apa yang akan terjadi kelak. Jika pun nanti akan berakhir sedih, dia tidak akan merasa kecewa. Setidaknya, dia sudah berani mengungkapkan perasaannya.

Suara gemuruh hujan terdengar. Tidak berapa lama rintikan air pun mulai turun membasahi jalanan Seoul hari ini. Jalanan cukup ramai dengan kalang kabutnya para pejalan kaki yang sigap mencari tempat teduh. Bus pun tiba, dengan bernafas lega Minho siap melangkah menaiki anak tangga bus. Namun, sepasang mata elangnya menangkap sesosok wanita yang dikenalnya. Dia pun terdiam sejenak..

“Kyaa oppa jangan bercanda!” teriak gadis itu terdengar manja di telinga Minho dan berhasil mengetuk otaknya saat dirinya mengetahui siapa pemilik suara tersebut.

“Ya anak muda? Kau ingin naik atau tidak?” suara berat sang supir itu mengalihkan Minho dari pandangannya.

“Josonghamnida” ucap Minho membatalkan dirinya menaiki bus sambil membungkukan badannya sebagai tanda permohonan maaf. Dengan cepat dia berlari menerobos jalan raya kota Seoul saat lampu merah masih menyala. Dia berlari memastikan bahwa dia salah orang. Karena akan terasa amat menyakitkan jika orang yang diduganya itu benar adanya.

“Oppa ini hujan. Berikan payungnya padaku..”

“Aniyo”

“Ishh oppa kau menyebalkan!”

Percakapan keduanya berhasil menghentikan langkah Minho tepat di tengah jalan raya. Belum sempat menyelesaikan kegiatan menyeberangnya, sesuatu pun terjadi. pemandangan yang sedikit merusak mata Minho bahkan menyayat hatinya. Bae Suzy, gadis itu terlihat berlari ke arah namja yang sedari tadi menggodanya dengan candaan. Keduanya terlihat berangkulan mesra di bawah payung yang sama. Mereka berhenti, saling berhadapan satu sama lain hingga terjadilah ‘Kiss Rain’

Hebat! Sekujur tubuh Minho terasa kaku seketika. Jika dia seorang mayat, mungkin wajahnya sudah sama pucat nya dengan mahkluk mati tersebut. Saat itu pun juga mobil kembali berlalu lalang karena lampu merah sudah berganti hijau. Hanya Minho lah satu-satunya orang yang tersisa di tengah jalan. Tepat di garis pembatas arah mobil berlawanan, klakson mobil pun sudah bertebaran kemana-mana. Bahkan suara hujan mungkin sudah menulikan kedua telinganya. Kala bunga mawarnya pun sudah menjatuhkan kelopaknya, sama seperti hatinya yang kini telah patah.   

 

~

Kenangan bukanlah hal yang indah

Kenangan bukanlah hal yang buruk

Kenangan berada dianatara keduanya

Saling berpadu dan menyatu

Membentuk sebuah cerita klasik di masa kelak

Dentingan piano mengakhiri kutipan nada hati ini

Lirik yang selalu ku tulis penuh dengan namamu

Begitu banyak kisah yang begitu berarti

 

“Hahahah akhirnya... aku tidak menyangka bisa menyelesaikan puisi ini juga!!” begitu gembiranya gadis yang bernama Jiyeon itu. Kini ia tengah berdiri dihadapan sungai Han seraya memegangi kertas berwarna hijau tosca yang berisikan baitan puisi hasil karyanya.

“Aku memang ahli merangkai kata-kata, huh Park Jiyeon is the best!!” serunya bergumam sembari menertawakan dirinya yang terlalu bangga sendiri. Kemudian ia kembali memasukan kertas tersebut ke dalam saku mantel hangatnya. “Huahh sehabis hujan cuaca malam semakin dingin saja. Cuaca itu misteri. Terkadang bisa membuat orang senang atau pun sebaliknya...” Jiyeon merentangkan kedua tangannya sekaligus menghirup udara sebanyak mungkin “Setidaknya Tuhan tidak pernah pelit memberikan kita oksigen” ujarnya terus saja mengoceh ria. Meluapkan kata-kata indah yang spontanitas keluar dari bibir mungilnya.

Selesai menikmati keindahan sungai Han sendirian, Jiyeon memutuskan untuk pulang karena hari sudah cukup larut. Jiyeon beranjak dari tempatnya namun langkahnya terhenti saat melihat seorang namja yang tengah terduduk dengan tatapan kosong. Jiyeon pun memutuskan untuk menghampirinya..

“Permisi..” sapa Jiyeon ramah dengan sedikit membungkuk agar bisa melihat wajah namja tersebut. Tidak ada respon, Jiyeon pun melambaikan tangannya tepat di depan wajah namja itu.

“Annyeonghaseyo..”

Jiyeon berusaha menyapa namun tidak digubris sama sekali oleh namja tersebut. Hingga akhirnya hembusan nafas panjang keluar dari desahan Jiyeon yang sekarang sudah mengedarkan pandangannya ke arah sungai Han.

“Aku tahu suasana hati mu mungkin tidak seindah sungai Han malam ini. Kau boleh saja bersedih, tapi orang sedih sepertimu patut dikasihani” ujar Jiyeon dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Dia tersenyum sedih ikut meratapi nasib orang disampingnya.

“Hey, bunga mawar tidak akan ada artinya jika sudah tidak mekar lagi. Sama sepertimu, kau tidak akan ada artinya lagi jika berhenti sampai disini. Hiduplah seolah kau adalah sebuah lingkaran yang tidak mempunyai sudut. Lupakan masalah mu sehingga kau terus mampu berputar” nasihat Jiyeon dengan kalimat kiasnya yang selalu menjadi jurus andalannya sebagai penghanyut rasa.

Lampu-lampu sungai Han mulai menunjukan keindahan permainannya. Sangat indah, bahkan perpaduan warna pelangi tersebut berhasil membuat mata tidak berkedip. “Kau lihat lampu itu kan? Penuh warna bukan? lukislah hatimu yang gelap itu dengan warna-warni kehidupan. Aku pastikan kau akan jauh lebih indah dari lampu-lampu tersebut”

Jiyeon menengok ke samping namun siapa sangka namja itu sudah tidak ada di tempat. Jiyeon berdecak kesal. Dirinya berkacak pinggang melihat namja itu kini sudah berjalan jauh meninggalkannya.

“YAA TUNGGU!!”

Teriak Jiyeon berlari menghampiri namja itu “Punya sopan santun tidak? Aku sedang berbicara denganmu dan seharusnya kau menghargai aku!!” sembur Jiyeon kesal dibelakang namja yang masih terus berjalan tanpa memperdulikan Jiyeon yang sudah kelelahan mengejar namja itu.

“Yak bisakah kau mendengarku? Setidaknya anggap aku ini ada..!!”

Sayang sekali namja itu masih saja berjalan seenaknya

“Ishhhh jinjja dia itu manusia atau bukan???!!!” Jiyeon geram. Semakin cepat kejarannya hingga dia berhasil menarik kasar tangan namja itu.

“YA! Ku mohon jangan seperti ini! Kau seperti orang yang tidak mau hidup lagi tahu? Kalau kau sedih, ada banyak cara untuk mengatasinya. Menangis dan berceritalah, mungkin kita memang tidak saling kenal, tapi aku bersedia mendengarkan ceritamu!”

“Mian, kita tidak saling kenal” namja itu membuka suara. Lalu melepaskan tangan Jiyeon dari genggamannya namun dengan sigap Jiyeon kembali menahannya.

“Kalau begitu ayo kita berkenalan!”

“Aniya, lepaskan”

“Ayolahh..” bujuk Jiyeon sambil menghalangi langkah namja itu “Park Jiyeon imnida. Neo?” Jiyeon mengulurkan tangannya ke hadapan namja itu.

“Kaa!”

“Ne?”

“Minggir!”

“Andwe!!”

“Pergilah! Aku sama sekali tidak ingin berkenalan denganmu” ketus namja itu menatap Jiyeon dengan sangat sengitnya. Dia mulai melanjutkan langkahnya yang seketika membuat Jiyeon seakan kehabisan kata-kata menahan namja itu.

Kembali. Suara gemuruh hujan mulai terdengar. Kilatan petir kembali mencakar langit hitam. Dengan sekejap hujan kembai mengguyur kota Seoul untuk yang kedua kalinya. Jiyeon menatap sedih kepergian namja barusan. Menatap punggungnya yang serasa kesepian sama seperti perasaan orang itu. Meski hujan telah mengguyur, Jiyeon sama sekali tidak berniat mencari tempat teduh. Dia membiarkan dirinya basah kuyup begitu saja.

“Kalau aku tidak boleh tahu namamu, bisakah kau menerima pemberianku??” Jiyeon menyahut kencang dan berhasil membuat namja itu seketika menghentikan langkahnya.

“Tunggu sebentar!” teriaknya pada namja itu. Jiyeon merogoh saku mantelnya demi mengambil sebuah kertas hijau tosca miliknya tadi dan tidak sadar kalau namja itu kini sudah kembali lagi menghampirinya dan berdiri tepat dihadapannya.

“Ya! Apa yang kau lakukan? Kenapa tidak mencari tempat teduh?” tanya namja itu mengagetkan Jiyeon

“Ne? Aku.. eng”

“Minho imnida”

“Ne?”

“Aku bilang nama ku Choi Minho”

-

-

@Sungkwan University

Pagi ini, Minho terlihat duduk mengenakan headphonenya di sebuah bangku panjang yang terletak di halaman kampusnya. Pandangannya kosong sedangkan tangan kanannya memegang sebuah lipatan kertas berwarna hijau tosca pemberian gadis yang ia temui semalam.

Flashback on

“Ambilah” sebuah kertas nampak melayang ke depan wajah Minho hingga membuatnya mengernyit bingung

“Ini puisiku. Kau boleh memilikinya. Semoga kau menyukainya ya, Minho. Senang berkenalan dengan mu dan terimakasih karena kau sudah mau menyebutkan namamu” ujar Jiyeon tersenyum sebelum akhirnya pergi meninggalkan Minho.

Flashback off

Ya, kini Minho sudah membacanya. Rangkaian kata yang mendominasi mampu membuat hatinya sedikit berkecamuk emosi. Mengingat cinta nya yang belum sempat terucap, tapi dia sudah harus bertepuk sebelah tangan.

“Ternyata kau disini?” ucap seseorang mengagetkan Minho

“Oh? Annyeong, Suzy”

“Kemarin kenapa membatalkan janji tiba-tiba? Apa ada yang ingin kau bicarakan padaku?” tanya Suzy sembari mengambil posisi duduk tepat disamping Minho.

Minho terdiam sejenak “Semua sudah terlambat” pikirnya membatin namun kembali dia berusaha bersikap biasa saja pada Suzy “Ani, tidak ada hal yang penting. Kemarin aku hanya bosan dan tiba-tiba saja aku baru ingat kalau aku sudah ada janji dengan Taemin. Makanya aku membatalkan janji tiba-tiba. Hehe, mianhae..” jelas Minho berbohong dan berusaha tersenyum seakan dirinya baik-baik saja.

“Begitu” Suzy menganggukan kepalanya mengerti “Ah Minho apa kau tahu sesuatu? Aku sangat bahagia sekali!! Kemarin malam aku baru saja....” ucapan Suzy terpotong karena tiba-tiba saja dering ponselnya berbunyi “Chankaman” titahnya pada Minho.  

Rasanya Minho ingin berteriak sekarang. Dia tahu maksud dari cerita Suzy itu apa. Pasti dia akan menceritakan soal kekasih barunya. Hah.. sesuatu yang lagi-lagi akan membentur hatinya hingga rasanya sangat sakit sekali. Mungkin ini akan menjadi kabar baik bagi Suzy, namun tidak untuk Minho.

“Ahh maafkan aku Minho, aku sudah ditunggu oleh Hyeri. Mungkin akan aku ceritakan lain kali saja. Annyeong..” Suzy pergi meninggalkan Minho yang masih terduduk ditempat. Sepeninggalan gadis itu, Minho bernafas lega, menatap kepergian Suzy dengan senyuman tipis.

~

“Daebak.. jinnja daebak! Apakah benar kau lah yang telah membuat cerita ini, Park Jiyeon?”

“Tentu saja” senyum Jiyeon penuh rasa bangga sembari menyeruput secangkir cappucino pesanannya.

“Ommo jinjja? Kenapa cerita ini sangat menarik?!! Apa kau sudah memberikannya pada guru Lee?” tanya gadis bernama Krystal yang merasa ikut bangga akan hasil karya tulis sahabatnya itu. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya dia membaca hasil karya Jiyeon. Namun, meski dipinta untuk membaca pasti komentar Krystal akan selalu bilang ‘bagus’. Krystal tahu kalau sahabatnya itu sangat pandai bermain kata-kata. Tidak perlu diragukan jika dia akan selalu suka dengan hasil yang dibuat Jiyeon.

“Hey aku ini butuh komentar! Bukan pujian atau semacamnya! Ayolah.. aku ini masih amatir dalam menulis. Kau itu sahabat macam apa kalau  kerjaannya hanya memuji terus hah?!”

“Ya! Untuk apa aku komentar jika hasilnya sudah bagus seperti ini? Ishh.. diberikan pujian malah tidak suka. Seharusnya yang sahabat macam itu siapa hah?!” bentak Krystal merasa kesal.

Jiyeon memutar bola matanya “Huhh baiklah lupakan tentang tulisan ku. Hey, bagaimana hubungan mu dengan Myungsoo? Kau masih bersamanya kan?” tanya Jiyeon membuka topik pembicaraan yang lain. Seketika pun raut wajah Krsytal berubah murung..

“Jangan membicarakannya lagi”

“Eh? Kenapa?” Jiyeon yang merasa terkejut dengan jawaban Krystal pun kini mendekatkan wajahnya ke arah Krystal dengan tatapan penuh selidik.

“Hubungan kita sudah berakhir”

“MWO???”

BRAK!!

Jiyeon memukul meja dihadapannya dengan kencang. Akibat suara keras yang ditimbulkannya itu berhasil membuat semua orang kini melihat ke arah mereka dengan pandangan terkejut. Seluruh pengunjung kantin memperhatikan mereka.

“Ya, Jiyeon!! Apa yang kau lakukan?” desis Krystal yang cukup malu akan aksi Jiyeon “Mianhae.. mianhae..” ujarnya meminta maaf kepada seluruh pengunjung kantin lalu kembali menatap Jiyeon dengan tajam.

“Aku kan sudah bilang kalau Myungsoo itu hanya akan mempermainkan mu!! Ishhhh rasanya aku ingin sekali menghajarnya!!!” geram Jiyeon dengan emosinya yang memuncak

“Sudahlah aku baik-baik saja. lagi pula yang ku dengar dia sudah punya kekasih lagi kok”

“MWOOOYAAKKK???!!!!”

Ups! Krystal segera menutup mulutnya. Bodoh! Seharusnya dia tidak mengatakan hal itu kepada Jiyeon. Jika Jiyeon tahu, masalah ini malah akan semakin panjang.  Suara Jiyeon yang sangat kencang itu pun kembali mengundang reaksi serta tatapan tidak suka dari para pengunjung kantin. Mereka merasa terusik dan dengan buru-buru Krystal meminta maaf lagi.

“Yaa Jiyeon~ kau membuatku malu saja” resah Krystal berusaha sabar

“Aishhh jinjja kenapa banyak sekali orang-orang patah hati yang kutemui akhir-akhir ini? Ya Tuhan kenapa kau memberikan mereka cinta kalau akhirnya akan seperti ini? Ishh jinjja..” kesal Jiyeon frustasi sambil memijat keningnya yang terasa pusing.

*

*

“Baiklah ini kunci kamarmu”

“Gamsahamnida, ahjumma”

“Ne, kalau kau perlu sesuatu tinggal panggil aku dibawah ya. Permisi..”

Jiyeon menutup pintu kamar apartement kecilnya yang baru. Dia baru saja pindah dan disinilah sekarang dia tinggal. Rumah susun yang luasnya tidak terlalu kecil ini dipilih karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari kampusnya. Selesai menata dan merapikan rumah barunya, Jiyeon bergegas ke dapur untuk membuat makanan ringan. Lebih tepatnya membuat kue kering yang nantinya akan ia bagikan untuk tetangga di sekitar kamarnya. Sebagai ucapan perkenalan, tentu Jiyeon harus bersikap ramah terhadap tetangganya.

TOK TOK TOK

“Annyeonghaseyo, Park Jiyeon imnida. Aku penghuni baru disini. Senang berkenalan dengan mu. Oh iya, aku mahasiswa jurusan sastra di Universitas Sungkwan. Mohon bantuannya”

Itulah kalimat perkenalan yang ia lontarkan ke setiap pintu-pintu rumah yang ia kunjungi. Jiyeon sangat senang karena semuanya merespon tidak kalah ramah dari dirinya. Selain ibu-ibu, ada juga para mahasiswa Sungkwan yang bertempat tinggal disini. Jiyeon sangat senang! Setidaknya jika berangkat kuliah dia tidak sendirian. Kekeke~

Tinggal satu kamar lagi. Kamar ini tepat berada di depan kamar Jiyeon. Jiyeon melangkahkan kakinya mendekati pintu kamar tersebut lalu mulai mengetuknya secara sopan.

TOK TOK TOK

Tidak ada yang kunjung keluar. Jiyeon pun kembali menarik nafasnya dan berusaha mengetuk ulang pintu tersebut. Namun lagi-lagi hasilnya nihil..

“Tidak ada orang ya?” gumamnya nampak berpikir “Ehm..akan aku coba sekali lagi!” kekeh Jiyeon akhirnya namun tiba-tiba saja suara berat seseorang berhasil menghentikan aktivitas Jiyeon..

“Nugu? Apa yang kau lakukan di depan kamarku?”

Jiyeon terkejut, dia membalikan badannya ke arah suara yang ia yakini untuk dirinya. Dan...

“Kau??”

“Ne??”

"Choi Minho??" Jiyeon menatap namja yang tengah berdiri dibelakangnya itu dengan melongo tidak percaya "Kau pemilik kamar ini?" tanyanya memastikan.

"Ne" jawab Minho singkat dengan tatapan datar.

Jiyeon tersenyum lebar seketika

"Aigoo ternyata kita tetanggaan! Aku baru saja pindah kesini dan kamar ku persis terletak di depan kamar mu. Wahh Minho kita akan sering-sering bertemu kalau begitu. Ahhh senangnya..." Jiyeon terlihat memamerkan senyum kebahagiaan di hadapan Minho meski masih dibalas dengan tatapan datar pun dia tidak peduli sama sekali.

"Baiklah selamat menikmati rumah baru mu" ucapnya malas lalu bergegas masuk ke dalam rumahnya.

"Yaa tunggu dulu!!" Jiyeon menahan pintu kamar Minho yang sudah hampir ditutup. Membuat Minho lagi-lagi harus memberikan tatapan tajamnya.

"Apa lagi?"

"Aku baru membuat kue dan kue-kue ini aku berikan kepada tetangga-terangga ku. karena kau tetanggaku, cobalah terima kue pemberian ku. Nama kue nya adalah "Hello to my self" hehee" ujar Jiyeon tersenyum lebar memamerkan sederet gigi putihnya.

"Kau ambil saja. Aku sudah kenyang" tolak Minho dan kembali berusaha menutup pintunya.

"Yaa jangan ditutup dulu, Choi Minho!" gertak Jiyeon kali ini

Minho menghela nafasnya secara kasar "Apa lagi? Aku lelah.. ku mohon jangan menggangguku hari ini. Sudah dulu ya.." ucap Minho yang kali ini lebih memelankan suaranya bersikap memelas. Sungguh demi apapun Minho sangat tidak ingin diganggu untuk saat ini.

"Terima ya? Kue ini enak loh.." harap Jiyeon dengan mengedipkan kedua matanya berulang kali. Membuat Minho merasa risih melihatnya.

"Aishhhhhh ne ne! Mana? Berikan padaku cepat..!"

Dengan tersenyum puas Jiyeon memberikan kue yang sedari tadi dibawanya diatas piring.

"Guma....."

BRAK!

Kata-kata Jiyeon tersendat saat pintu kamar sudah ditutup kencang oleh Minho. Menelan kembali sisa kalimat yang hampir menuntaskan ucapan Jiyeon "wo"  Jiyeon melanjutkan ucapannya pelan bahkan tidak terdengar sama sekali. Menghela nafasnya pelan sebelum akhirnya memutuskan masuk kembali ke dalam kamarnya.

******

Malam hari..

"Aku pulang.."

Seorang namja berambut kuning dengan mengenakan kaos serta celana jins dan sebuah tas ransel yang menemani punggungnya terlihat baru saja masuk ke dalam rumahnya. Wajahnya sedikit terlihat lelah karena baru saja menyelesaikan mata kuliahnya hari ini.

"Minho apa kau sudah tidur?"

Taemin, namja yang menjadi teman sekamar Minho kini beralih membuka pintu kamar Minho yang tertutup rapat. Hanya ingin memastikan apakah teman sekamarnya itu sudah tidur atau belum.

Suara denyit pintu berbunyi. Taemin mendapati Minho yang tengah tidur dengan posisi telungkup di atas kasurnya.

"Minho.." panggilnya pelan membangunkannya. Teamin menggoyang-goyangkan punggung Minho hingga akhirnya Minho sedikit menggeliat.

"Ada apa Lee Taemin?" Serak Minho dengan masih menutup kedua matanya. Terlihat enggan bangkit dari alam sadarnya.

"Apa kau sedang berkencan dengan wanita?" Pertanyaan bodoh meluncur begitu saja dari bibir Taemin.

"Mwo? Kau jangan ngelindur. Aku baru saja patah hati mana mungkin berkencan dengan wanita secepat itu?" Gumam Minho masih dalam mata terpejam. Sejenak Taemin memandang Minho iba. Ia memang sudah mengetahui masalah apa yang tengah melanda hati Minho. Malam itu dia heran, kenapa Minho pulang dengan tampak kacau serta hujan-hujanan. Saat itu pun juga Minho akhirnya menumpahkan segala kesedihannya kepada Taemin. Suzy, gadis yang disukainya sudah lebih dulu bersama orang lain sebelum Minho menyatakan perasaannya.

Lama terdiam, Taemin melanjutkan maksud pertanyaannya

"Lalu siapa gadis yang diluar itu? Saat aku datang dia sudah berdiri di depan kamar kita. Apa kau punya janji dengannya?"

"Mollayo~" lanjut Minho tak bersemangat. Suaranya pun kini lebih terdengar tepat seperti orang ngelindur.

"Kalau dia seorang mata-mata bagaimana? Gelagatnya yang mencurigakan membuatku jadi takut tahu! Atau jangan-jangan dia seorang pencuri? Omo Minho bagaimana ini?" Taemin yang mempunyai sifat penakut ini kini telah meringkuk takut disamping Minho. Menyembunyikan kepalanya dengan bantal yang baru saja ia tarik dari pelukan Minho.

"Yah Lee Taemin apa yang kau lakukan??!" Gerutu Minho yang pulih kesadarannya ulah gangguan Taemin.

"Kau itu.. ishhh apa tidak bisa lihat orang tidur apa? Aku ngantuk dan sangat lelah. Sekarang cepatlah keluar dari sini!! Palliii!!" Usir Minho galak.

"Minho tapi aku takut..."

"Mwoya? Kau terlalu berlebihan. Makanya sudah kubilang jangan banyak membaca komik sherlock mu itu jika nantinya malah membuat mu menjadi parno. Cepat sana mandi!! Kau bau keringat tahu!!" Minho bangkit dari tidurnya dan kini gantian dia yang membangunkan Taemin dengan menarik tangannya. Aksinya terhenti ketika suara bunyi ketukan pintu terdengar tiba-tiba.

TOK TOK TOK

"Ayo Lee Taemin, tugasmu adalah membuka pintu! Palli"

"Andweeee!!!!" Saut Taemin menolak mentah-mentah

"Arasseo, jika kau tidak membuka pintunya kau tidak boleh menumpang lagi dirumahku" ancam Minho santai dengan memberikan senyum smirknya.

"Mwo? Ya! Mana bisa begitu..." teriak Taemin kini tak terima. Minho mengangkat bahunya pertanda ancaman itu benar-benar akan terjadi jika Taemin tidak membukakan pintu.

"Arasseo! Aku membukanya!" Taemin tidak punya pilihan lain. Dengan sebal dia melangkah keluar untuk membukakan pintu.

Sepeninggalan Taemin, Minho beranjak pergi tidur lagi. Baru saja punggungnya ingin mendarat di atas kasur empuknya, tiba-tiba saja Taemin kembali lagi dengan menatap Minho sinis.

"Benarkan kataku.. Gadis itu ingin bertemu dengan mu!" ucap Taemin membuat Minho sedikit mengernyitkan keningnya

"Ne? Aku? Memangnya siapa gadis itu? Setahuku, aku sama sekali tidak ada janji dengan orang lain.."

Taemin mengangkat bahunya tanda tidak peduli. Dengan penasaran Minho beranjak dari kasurnya dan pergi menuju pintu rumahnya. Minho membuka pintu. Suara denyitnya berhasil membuat orang dibalik pintu tersebut mendongak dan mengukir senyum ramahnya kala melihat Minho berdiri dihadapannya.

"Kau lagi..." Minho tidak habis pikir melihat gadis yang dimaksud Taemin tadi adalah Jiyeon.

"Hehe apakah aku mengganggumu? Bisakah kau menolongku? Lampu dikamarku mati tiba-tiba dan aku tidak punya lampu cadangan. Ini sudah malam, aku yakin supermerket pun sudah tutup. Ehh begini.." jeda jiyeon sedikit mengambil nafas "Jika kau punya lampu, bisakah aku memintanya? Hanya satu saja. Besok pagi aku akan menggantinya. Boleh ya...?" Ucap Jiyeon memohon seraya menunjukan aegyo nya sedangkan Minho sedari tadi mengangkat satu alisnya mendengar setiap kalimat yang bagi Minho sendiri itu merupakan sebuah pidato. Pikirnya apa gadis ini tidak pernah haus berbicara banyak seperti itu?

Tanpa sahutan apapun Minho kembali masuk ke dalam rumahnya. Lalu beberapa detik kemudian dia kembali dengan sebuah bohlam di tangannya.

"Ini" ujarnya seraya memberikan bohlam itu kepada Jiyeon. Jiyeon menerima pemberian Minho dengan senyum senangnya. Matanya seketika berbinar penuh rasa terimakasih kepada Minho

"Gumawo.."

Minho membalas dengan anggukan kecil dari wajah datarnya. Dia pun hendak menutup pintu namun merasa aneh ketika melihat Jiyeon yang masih belum beranjak.

"Ada yang bisa dibantu lagi?" tanya Minho akhirnya. Jiyeon tersenyum malu kemudian menganggukan kepalanya pelan membuat Minho harus kembali menghembuskan nafas beratnya.

~

Suara tawa kini terdengar dari luar kamar Jiyeon yang sedikit mengusik ketenangan Minho saat dirinya diminta untuk memasangkan lampu dirumah Jiyeon. Si pemilik rumah yaitu Jiyeon, malah sedang asik berbincang dengan tetangga barunya sekaligus teman sekamar Minho, Lee Taemin.

"Mianhae aku membuat mu takut eoh? Hahaha Taemin kau sungguh lucu hahaha.." dengan tawa nya Jiyeon berkata disamping Taemin yang kini tengah menyandarkan punggung mereka pada dinding.

Mereka baru saja kenal. Taemin yang sedikit heran karena Minho tidak kunjung kembali ke kamarnya memutuskan keluar rumah dan hanya menemukan Jiyeon yang berdiri di depan rumahnya. Dari situ lah Taemin bertanya keberadaan Minho kepada Jiyeon dan menceritakan kalau dia sedang meminta bantuan Minho memasangkan lampu di rumahnya. Mereka pun berkenalan dan pada akhirnya saling bercerita masing-masing. Taemin yang menceritakan kalau dia sedikit curiga dan sempat mengira Jiyeon adalah orang jahat membuat gelak tawa Jiyeon semakin menjadi-jadi. Itulah yang menyebabkan suara tawa mereka terdengar sangat berisik.

"Aishh aku jadi malu" kikuk Taemin tersenyum malu sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Tidak usah malu. Seharusnya aku yang malu karena tidak berani meminta bantuan. Aku harus menunggu beberapa menit dulu hingga keberanian ku muncul mengetuk pintu kamar kalian berdua.." Jiyeon mencuatkan bibir merahnya lucu dan tak heran membuat Taemin mendadak gemas hingga melebarkan senyumnya.

Sesaat Minho keluar dari kamar Jiyeon dengan wajah dinginnya.

"Aku sudah selesai" sautnya melihat ke arah Jiyeon. Matanya mengekor ke sebelah gadis itu dan mendadak terkejut mendapati Taemin berada disini.

"Taemin apa yang kau lakukan?!"

"Berkenalan dengan tetangga baru. Ya! Kenapa kau tidak bilang ada tetangga baru disini? Kau itu... ishhh tidak memberitahuku!" Gertak Taemin kesal pada Minho yang tidak memberitahunya.

"Aishh sudahlah aku masuk duluan" Minho yang enggan membalas ucapan Taemin memutuskan kembali masuk ke dalam rumahnya.

"Chankaman" saut Jiyeon menarik tangan Minho. Minho menatap lengannya yang dipegang oleh Jiyeon dan berangsur menatapnya.

"Kalian berdua berkunjunglah ke rumah ku sebentar. Sebagai tanda terimakasihku, akan aku buatkan teh hijau yang paliiiinnngggg enak..." Jiyeon tersenyum lebar dan tanpa mendapat persetujuan Minho dan Taemin, dia sudah lebih dulu menarik tangan keduanya. Pertama menarik tangan Minho, kemudian dia juga menarik tangan Taemin untuk mengikutinya. Taemin terlihat senang dibandingkan Minho yang hanya bisa menghembuskan nafas pasrahnya.

 

TBC

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK