“This time i will show you the............................. apa aku?”, kata Joy tiba – tiba.
“Maaf, tolong jangan mengambil foto saya”, kata Joy ketus pada Sungjae.
“Oh, maaf tapi saya tidak memfoto anda”, jawab Sungjae dengan datar sambil menatap Joy.
“Orang jaman sekarang memang banyak alibi”, kata Joy ketus sambil tetap membaca papernya.
“Hahaha aigooo, terserah anda ya mau berpendapat apa, ih terlalu percaya diri”, balas Sungjae.
“Apa susahnya jujur?”, kata Joy lagi
“Molasso, terserah”, kata Sungjae lalu meninggalkan Joy.
“Sooyong ya, ini minummu kajja kita masuk tempat perlombaan”, kata Daesung pada Joy.
“Sooyoung? Ah? Wanita macam apa dia, ketus sekali. Pasti pacarnya orangnya sangat sabar”, kata Sungjae sambil mengelengkan kedua kepalanya.
***
Sungjae berjalan menuju ruang kelasnya, sekilas ia melihat tempat perlombaan itu dan ia merasakan sesuatu. Ya merasakan persaingan yang sengit antar universitas dinegri ini. Iapun melangkah sampai akhirnya ia menghentikan langkahnya tiba-tiba saat melihat sosok.
Hyerin, gadis manis yang diam-diam ia sukai sejak awal ia masuk kuliah. Namun ia tidak pernah menyatakannya karena ia tau dia bukan kelasnya Hyeri.
“Sungjae ya!!”, teriak Hyerin saat bertemu dengan Sungjae.
“Mwoo!”, jawab Sungjae
“Yak! ada apa denganmu ? kenapa membentakku? Teman macam apa kau ini ?”, omel Hyerin.
“Mian, tadi aku bertemu dengan orang menyebalkan”, jawab Sungjae dengan cepat.
“Oh ya? Siapa dia?”, kata Hyerin penasaran.
“Sudah jangan dibahas, kajja, kelas akan dimulai “, kata Sungjae sambil merangkul Hyerin sambil berjalan menuju kelas bersama.
“Sungjae-ya, kemarin malam Samdong oppa menembakku dan aku menerimanya”, kata Hyerin tiba-tiba.
“Ooooh yak? Wah selamat “, kata Sungjae dengan dengan penuh semangat. Palsu.
“Ah terima kasih. Tunggu bagaimana denganmu? Mana yeojachingumu? Aigoo, kau sudah tua Sungjae ya”, goda Hyerin
“Aku langsung cari calon istri saja”, kata Sungjae singkat, lalu tertawa tidak jelas.
***
Joy menatap layar ponselnya, tidak ada panggilan atau pesan singkat yang masuk sama sekali.
“Dia tidak menghubungimu?”, kata Daesung tiba –tiba, sepertinya bisa membaca situasi adiknya.
“Apa yang kamu bicarakan oppa?”, kata Joy dingin.
“Apa perlu aku yang menelponnya?”, goda Daesung
“Jangan ikut campur urusanku oppa, berhentilah selagi aku baik”, kata Joy sangat dingin, Daesung hanya menarik nafasnya dalam-dalam.
“Berapa nomor urutmu? “, tanya Daesung
“Aku nomor 124 teman seteamku lebih cepat dariku, ah kenapa nomornya rentangnya sangat jauh, aih “, kata Joy dengan meremas papernya.
“Sooyoung-ya, sebenarnya apa yang kamu pikirkan saat ini?”, tanya Daesung.
“Oppa aku akan fokus pada lomba ini, pergilah, nanti aku akan menghubungimu jika sudah selesai”, kata Joy.
“Oppa tunggu kamu diluar saja ya, baiklah, hubungi oppa”, kata Daesung sambil tersenyum pada adiknya.
***
Kelas Sungjae sudah selesai, iapun tak tau harus apa. Ia harus pulang bersama dengan kakaknya.
“Sungjae ya”, kata kakak tingkatnya yang tiba-tiba datang.
“Oh nde ”, jawab Sungjae.
“Bantulah teman-temanmu dibagian dokumentasi, sepertinya mereka kehilangan salah satu tukang foto mereka”, kata sunbenim.
“Siapa yang tidak ada?”, kata Sungjae dengan polos.
“Jongdae, dia sakit, gantikan dia. Kamu pasti bawa kamerakan?”, tanya Sunbenim, Sungjaepun tersenyum.
“Nde Sunbe, aku akan gantikan dia”, jawab Sungjae.
Sungjae berjalan menuju ruang perlombaan, dilihatnya keramaian yang membuatnya pusing.
“Suasana macam apa ini? “, omel Sungjae, lalu mulai mengambil foto dari perlombaan itu.
“Permisi, toilet pria dimana ya?”, tanya Daesung pada Sungjae.
“Oh lurus saja, ada pertigaan belok kanan, lalu lurus berempatan nomor dua belok kanan, lurus, toliet dikiri jalan”, kata Sungjae dengan ceria.
“Oh nde gamsahabnida”, kata Daesung lalu berjalan menuju toilet. Ia berjalan sambil mengingat-ingat perkataan Sungjae.
“Tunggu. Aku memutari gedung ini? Sialan pria tadi, kenapa tidak bilang langsung belok kanan saja, sialan, awas saja itu orang’, omel Daesung saat merasa dipermainkan. Sungjae senyum dengan bahagia.
***
Joy yang sedang fokus terkejut saat ponselnya bergetar, dibacanya nama yang muncul diponselnya itu. Chanyeol. Joy mengangkatnya lalu meninggalkan tempat itu untuk mengankat panggilan itu.
“Chagiya”, kata Joy dengan nada imut.
“Tunggu, biar aku yang berbicara dulu, hari ini aku ada lomba, doakan aku biar aku bisa menang ya”, kata Joy dengan kata – kata sangat mengemaskan.
“Apa yang ingin kamu katakan?”, tanya Joy dengan ceria.
Daesung melihat Joy masuk keruang perlombaan dengan tampang seperti biasanya,datar, keras. Dan tidak lama ia melihat Sungjae yang berjalan tidak jauh dari Joy.
“Nah dia orangnya”, omel Daesung
“Yak, kenapa anda tiba-tiba menarik kepala saya!!”, omel Sungjae
“Oppa!”, teriak Joy