“Nuna maukah kau menjadi pacarku?” terlihat Sehun yang mencoba menyatakan cinta.
Tetapi ia melakukannya di depan kaca jendela sebuah rumah. Haha..
Tak lama Nana keluar dari rumah dan terkejut melihat Sehun yang sedang berbicara sendiri di depan kaca jendela rumahnya.
“Sehun~ah apa sekarang kau jadi gila?” tanya Nana seraya menatap aneh ke Sehun.
Sehun yang ketahuan sedang bicara didepan kaca langsung menghampiri Nana.
“Nuna ayo kita pacaran.”
Tidak basa-basi Sehun langsung menembak pada sasaran.
“Ya! Haruskah kau merusak moodku setiap hari??” Nana menjadi geram.
“Nuna..Nuna..Nuna..” Sehun memanggil-manggil dan mengejar Nana yang berjalan pergi.
Sehun memberikan Styrofoam merah muda bentuk hati yang bertuliskan ‘I LOVE YOU’.
Seperti Sehun yang tanpa basa-basi, Nana juga tanpa basa-basi mengambilnya lalu mematahkannya menjadi dua dan membuangnya.
“Hentikan hobi konyolmu ini!” Nana langsung melenggang pergi.
***
DI KAMPUS
Nana duduk dengan menyandarkan dahinya di atas meja.
“Styrofoam hati lagi? Daebak! Si daun muda ternyata masih berusaha dengan keras.”
Jooyeon menghampiri Nana, dan menggodanya. Jooyeon merasa tak aneh dengan kebiasaan Nana yang setiap pagi selalu terlihat depresi itu.
Nana hanya mengibaskan tangannya, memberi kode untuk Jooyeon pergi dan jangan mengganggunya.
Jooyeon memukul kepala Nana dengan tempat pensilnya.
“AAWW! YA Lee Jooyeon!” teriak Nana seraya memegang kepalanya yang sakit.
“Ya! Kau tak usah jual mahal. Terima saja si daun muda itu.” Jooyeon kelihatan kesal dengan ke-gengsi-an Nana.
“Jangan panggil dia begitu, aku seperti tante-tante girang.” Seraya merapikan rambutnya.
“Hei Nana, Sehun kan tampan, baik hati, dan satu kelebihannya yang paling penting dia sangat menyukaimu.”
Nana mencibir. Ia malah lebih senang bercermin ketimbang mendengarkan nasihat sahabatnya.
Jooyeon langsung merebut cermin saku Nana. Nana sudah nampak kesal.
“Dia konyol.” tangan Nana merebut kembali cermin sakunya.
***
Nana POV
Aku segera berangkat ke kampus. Hari ini cerah dan tenang,
Ya tenang sekali.. Aku jadi tersenyum menikmati perjalananku.
“Nuna..Nuna.” terdengar suara seseorang dari belakang.
Berakhirlah ketenanganku pagi ini. Aarrgghhhh.. Awas saja bocah itu!
Aku langsung berbalik, bertolak pinggang, memicingkan mataku menatap tajam pada Sehun seakan laser mataku akan segera membakarnya. Haha..
“Nuna..Ini sudah hari ke-99. Ayolah, terimalah cintaku. Ya..ya..yaaa..” Sehun memamerkan styrofoam hati bertuliskan ‘I LOVE YOU’ lagi. Tolong digaris bawahi “LAGI!”.
“Kau mau masuk buku rekor dunia, hah?” emosiku mulai naik level.
“Aku akan selalu didekatmu.”
Emosiku naik satu level.
“Aku juga tidak akan selingkuh.”
Emosiku naik lagi satu level.
“Aku akan selalu membahagiakanmu nuna.”
Emosiku sudah level akhir.
“YYAAAA!! Hentikan! Apa kau bodoh hah? Moodku selalu rusak bila bertemu denganmu!”
Aku merebut styrofoam hati yang masih dipegangnya.
“Dan hentikan hobi konyolmu ini!!” Aku membantingnya ketanah dan menginjak-injaknya.
“Aku lebih tua darimu, kau tahu itu! Pergilah yang jauh, cari ABG yang bisa kau ganggu. Jangan ganggu aku lagi!”
Aku langsung meninggalkannya.
Ya Tuhan! Hari ini aku menambah garis keriput untuk ke-99 kalinya!
Sehun POV
“Man, are you okay?” Baekhyun mencoba menenangkan suasana hatiku.
Aku mengangguk dan memungut styrofoam hatiku.
“Dia seperti Mak Lampir.” Chanyeol bergidik ngeri.
“Dia bidadari.” Aku masih menatap punggung Nana yang berjalan pergi menjauh.
“YA! Kau sudah ditolak mentah-mentah! Kalau aku jadi kau, lebih baik cari gadis lain. Lagipula dia kan lebih tua daripada kita.” Kai langsung mencercaku dengan serentetan opininya.
Chanyeol dan Baekhyun membenarkan.
Tiba-tiba terlintas ide cemerlang dikepalaku.
Aku langsung memandang ketiga sahabatku.
“Kalian harus membantuku.”
***
Nana mengintip keluar jendela, terasa aman ia langsung pergi keluar rumah perlahan. Ia mulai menengok ke kanan ke kiri.
Berbalik kebelakang. Lalu terdiam.
“Tumben.” gumamnya.
Ia langsung melanjutkan perjalanannya ke kampus.
KEESOKAN HARINYA.
Nana terlihat senang sekali, ia bernyanyi-nyanyi kecil sambil bercermin.
Jooyeon yang melihatnya menjadi aneh.
“Apa kau sakit?” Jooyeon langsung bertanya.
“Aniyo..Aku sedang senang.” Nana memonyongkan bibirnya.
“Wae?”
Nana langsung menceritakan kejadian kemarin lusa. Terlihat matanya yang berbinar-binar menceritakan kisah yang menjadi sejarah baru untuk hidupnya.
“Kasihan sekali daun muda itu.” Jooyeon terlihat sedih, iba pada Sehun.
“Ya! Kau kan sahabtku kenapa membela bocah itu?” Nana tak terima.
“Kau jahat sekali Im Jinah.” Jooyeon sekarang yang berbalik tak terima.
“Memang! Setidaknya aku sudah dua hari tak menambah garis keriput. Hahahaa.”
***
Seminggu sudah Sehun tidak menganggu kehidupan Nana. Awalnya Nana memang terlihat senang sekali karna si bocah yang menyebalkan itu sudah tidak pernah merusak moodnya.
Tetapi beberapa hari ini mood Nana mulai rusak sedikit demi sedikit.
“Hei kau kenapa?” Jooyeon menyenggol Nana yang sedang melamun.
“Ehh..Kau merasa aneh tidak, bocah itu sudah seminggu ini tidak pernah datang?”
Jooyeon malah mengernyitkan dahinya.
“Waeyo? Aneh kan?”
“Kau ini!” Jooyeon menyuntrung kepala Nana.
“Kau kan yang marah-marah memakinya, menyuruh jangan ganggu lagi. Kenapa sekarang kau malah aneh sendiri?” Jooyeon terlihat kesal.
“Tapi ini tidak seperti biasanya. Dia pasti akan datang dan datang lagi. Tapi kali ini dia benar-benar tak datang.” Nana tampak berpikir keras.
“Kau menyesal kan?”
Tiba-tiba wajah Jooyeon tampak kaget dan matanya melotot.
“ASTAGA! Kau rindu padanya?”
“Mwo?”
Jooyeon tertawa geli tak berhenti sembari pergi meninggalkan Nana dikelas.
***
Nana POV
“Ada apa dengan bocah itu?” gumamku.
Aku merasa bocah itu memang sudah bosan membuntutiku.
“AHH! Kalau bosan kenapa tidak ia lakukan dari dulu, kenapa baru sekarang?”
Dia sepertinya sudah menemukan wanita lain.
“Siapa pula yang mau dengan bocah konyol seperti dia?”
Atau mungkin dia sakit hati aku membentaknya, saat itu kulihat ada beberapa temannya.
AAAHH!! Aku ini kenapa?
Aku jongkok memegang kepalaku, aku sedari tadi bertengkar dengan diriku sendiri. Sepertinya aku harus konsultasi ke psikiater.
Aku bangkit lagi dan berjalan menuju rumah.
Terlihat seseorang di tengah lapangan basket yang kulewati. Aku mulai mempercepat langkahku karena kutakut ia orang jahat.
“Nuna..Nuna..Nuna..”
Suara itu seperti kukenal.
“Kemarilaaaahhh.” ia melambai-lambaikan tangannya.
“Sehun~ah?”
***
“Nuna..Lama tak jumpa.” Sehun mengembangkan senyum andalannya.
“Kau..kau kemana saja selama ini?”
“Sekolah.” jawabnya singkat. Nana mengernyitkan dahinya.
“Sedang apa kau disini?”
Sehun memberikan styrofoam hati andalannya itu pada Nana. Nana yang menerimanya tidak memberikan ekspresi.
Seperti biasa ia merasa tidak tertarik pada hobi Sehun ini.
“Kau ingin aku memakimu seperti waktu itu?”
Nana langsung meremas styrofoam itu dan membuangnya. Nana berbalik, tetapi.....
Entah darimana, banyak styrofoam hati jatuh bertebaran mengenai Nana. Puluhan..Ratusan..
Berwarna warni bertuliskan ‘I LOVE YOU’.
Nana terdiam, ia membatu melihat pemandangan ini.
“Ini yang ke-100 kalinya.” Sehun membuka suaranya.
Nana berbalik perlahan menghadap Sehun.
Sehun melangkah mendekati Nana.
“Kau selalu mematahkan hatiku kan? Sekarang kau boleh mematahkannya lagi. Seberapa banyak kau patahkan, aku akan selalu datang dan memberikan hatiku lagi.”
Nana terharu mendengarkan kata-kata Sehun.
“Seminggu ini, apa ini yang kau lakukan?” tanya Nana.
Sehun malah tersenyum menunduk malu. Ia merasa ketahuan ternyata seminggu ini tidak membuntuti Nana tapi mengerjakan hal ini.
“Nuna apakah kau mau menjadi kekasihku?” Sehun langsung bertanya.
Nana menatap Sehun dalam-dalam.
Ia merengkuh leher Sehun dengan lengan kanannya, lengan kirinya menyentuh pinggul Sehun. Ia berjinjit sedikit.
CUUPP!!
Nana pun mencium bibir Sehun.
END.