***
Lima Tahun Yang Lalu
Seorang gadis kecil berumur sekitar sembilan tahun tergeletak terkapar tak sadarkan diri ditengah jalan dipenghujung malam. Kepalanya mengeluarkan banyak darah gadis berambut coklat gelap itu adalah korban tabrak lari beberapa saat lalu. Selang beberapa menit, muncul seorang namja yang berusia sekitar 14-15 tahun mendekatinya. Dengan satu sentuhan, pelipis gadis tersebut yang awalnya sobek beberapa senti dan cukup parah, kini telah sembuh total seakan tidak terluka.
“Siapa kau? Apa yang kau lakukan pada putriku?”Seorang laki-laki berumur empat puluh tahunan memergoki kejadian aneh itu. Ia memergoki namja itu menyembuhkan luka putrinya.
“Aku... Aku hanya menyembuhkannya. Aku tidak melukainya...” Sahut laki-laki dengan wajah dan warna kulit yang pucat.
“Aku tahu, tapi mantera apa yang kau gunakan?” Laki-laki paruh baya itu mendekat dan merebut putrinya yang masih tak sadarkan diri.
“Ajjushi... Tolong jangan katakan hal ini pada siapapun... Aku tidak mau diasingkan lagi...” namja itu terlihat menangis.
“Siapa namamu? Kenapa kau berkeliaran ditengah malam? Apakah orang tuamu tak mencarimu? Apakah kau mau aku mengantarmu pulang?” Laki-laki paruh baya itu menggengdong memeriksa luka dipelipis putrinya yang benar-benar telah sembuh total.
“Aku tidak akan menceritakan pada siapapun. Aku justru berterima kasih padamu. Jangan takut padaku. Aku tidak akan melukaimu, karena kau telah menyelamatkan putriku. Siapa namamu?”Tanya laki-laki paruh baya itu lagi.
“Aku... Jonghyun.Lee Jonghyun. Aku tak memiliki keluarga. Aku... Hanya sendiri didunia ini...” namja bernama Jonghyun itu masih tertunduk.
***
Seoul May, 201507.30 KST
Matahari sudah menyengat memancarkan sinarnya. Suara burung mengiringi cerahnya pagi ini. Namun seorang namja masih tertidur pulas di ranjang empuknya.
“Oppa, palli ireona...”Seorang yeoja melempar wajah namja itu dengan salah satu bantal.
“Aish jinjja... Apakah begini caramu membangunkan Oppa-mu?” Namja itu terbangun seketika. Karena ia tak bisa membiarkan apapun menyentuh wajah putih pucat tampannya.
“Kau tidak akan pernah bangun jika aku tidak melempar bantal ke wajahmu, Oppa. Cepat mandi, aku sudah menyiapkan sarapan. Aku tidak mau telat masuk kelas karena kau, Oppa. Euh... Kau benar-benar Profesor yang menyedihkan. Semua mahasiswa hanya mengenal kau yang cool, tampan dan baik. Mereka tak tahu bagaimana kelakuan Profesor mereka yang sebenar... Eumm...” Namja itu mengunci bibir yeoja itu dengan bantalnya.
“Berhenti mengoceh pada Oppa-mu. Cepat keluar, aku akan segera datang ke meja makan. Apakah Abeoji sudah di meja makan?” Tanya Namja itu sambil mengambil handuk.
“Oh... Appa sedang membaca koran. Ini pakaianmu, Oppa. Aku dan Appa menunggu di meja makan.” Yeoja itu berjalan menuju pintu kamar namja yang sedang berjalan ke kamar mandi.
“Soojungie...” Panggil namja itu.
“Wae, Oppa?” Gadis yang cerewet bernama Soojung itu menoleh dengan tangan yang masih di knop pintu.
“Anio... Nanti saja...” Namja itu langsung masuk kedalam kamar mandi.
“Ya! Dasar! Kau selalu mengerjaiku, Jonghyun Oppa! Aish...” Soojung meninggalkan kamar Jonghyun.
“Apakah Oppa-mu sudah bangun?”Laki-laki paruh baya yang mereka berdua bicarakan sedang membaca koran dengan secangkir kopi dihadapannya.
“Sudah Appa, Oppa sedang mandi. Appa, aku ingin mengenalkanmu pada seseorang...”Soojung terlihat tersipu.
“Siapa? Namjachingu-mu?” Tebak Soojung Appa.
“Appa... Bagaimana kau bisa tahu?Sebenarnya aku sudah berpacaran dengannya sejak tahun lalu, tapi aku tidak menceritakannya padamu, mianhae Appa...” Soojung melingkarkan tangannya di leher Appanya.
“Appa sudah mengetahuinya, ia seorang laki-laki yang baik dan sangat menyayangimu. Bawalah dia pada Appa.” Sahut Soojung Appa sambil mengelus lengan putrinya yang melingkar dilehernya.
“Appa sudah tahu? Bagaimana bisa?”Soojung melepaskan tautan tangannya pada leher Appanya dan melihat wajah Appanya dengan tatapan tak percaya.
“Kang MinHyuk, mahasiswa jurusan seni musik modern, ia jago main drum. Tinggal disebuah apartemen di Cheongdamdong. Ayahnya adalah pemilik salah satu Mall besar di Cheongdamdong. Sementara Ibunya adalah seorang Pelukis terkenal. Kalian sering menghabiskan waktu kalian di cafe dekat apartemennya, dan kalian berdua sering pergi ke Mall milik Ayahnya. Apakah aku harus menceritakan soal ciuman pertama kalian?”Jonghyun sedang memakai dasinya sambil duduk di meja makan.
“Oppa! Apakah kau memata-mataiku? Dan apa itu ciuman pertama? Minhyuk hanya menciumku di kening. Kami tidak pernah ciuman, tidak pernah!” Soojung menatap tajam Oppa-nya.
“Tapi dia pernah menciumu saat kau tertidur. Tanyakan saja jika kau tidak percaya.” Jonghyun tersenyum puas melihat reaksi adik perempuannya yang semakin terlihat kesal.
“Tapi Oppa, bagaimana kau tahu semuanya? Apalah kau benar-benar memata-mataiku? Appa, apakah ini permintaan Appa?” Soojung menatap Appa dan Oppa-nya bergantian dengan bibir yang mengerucut.
“Aku benci kalian, aku tidak mau bicara dengan kalian.” Soojung terlihat merajuk, tetapi ia tetap menyiapkan nasi untuk Appa dan Oppa-nya.
“Masakanmu enak, seperti biasanya.” Goda Jonghyun pada Soojung.
“Jangan bicara padaku!” Sahut Soojung sinis.
“Jangan kasar pada Oppa-mu. Ini semua permintaan Appa. Karena Appa tidak ingin kau mencintai seseorang yang salah. Tapi kau telah mencintai seorang pria yang tepat, jadi Appa akan meminta Oppa-mu untuk berhenti mengawasimu mulai sekarang. Mianhae... Kau tahu, kau satu-satunya putri yang Oppa miliki, dan Oppa-mu satu-satunya putra yang Appa miliki. Appa sangat menyayangi kalian. Appa tidak mau kalian berdua salah memilih pasangan. Terutama bagi seorang wanita, tentu saja harus memiliki laki-laki yang tepat untuk menjaganya. Tidak seperti Appa yang dengan mudah kehilangan Eomma-mu.” Ungkap Appa Soojung.
“Appa... Aku tidak bermaksud membuatmu sedih...” Soojung berlari dan memeluk Appanya.
“Kau sudah berusaha menjaganya, Abeoji... Ini bukan salahmu.” Sahut Jonghyun.
“Sudahlah, cepat makan sarapan kalian. Nanti kalian akan telat ke Universitas.” Ucap Appa sambil membelai bahu Soojung.
“Ne, Appa...”Soojung kembali ketempatnya. Semua menyantap sarapan mereka. Setelah selesai, Appa Soojung berangkat menuju Rumah sakit miliknya, sementara Jonghyun dan Soojung pergi ke Seoul University. Soojung adalah mahasiswi semester dua disana, sementara Jonghyun adalah seorang Profesor ahli bedah yang mengajar Universitas Seoul.
***
“Apakah kau tidak turun?” Jonghyun menatap dongsaengnya yang masih saja berdiam ditempatnya.
“Oppa, aku masih marah padamu karena menguntitku. Ingat, kita sedang bertengkar. Ingatkan aku jika aku lupa. Aku pergi.” Soojung turun dari mobil dan berlari menuju Minhyuk yang sedang menunggunya di pintu masuk Universitas.
“Chagiya...” Minhyuk melambaikan tangannya memanggil Soojung dengan senyum khasnya, sementara Soojung tak terlihat tersenyum sedikitpun.
“Aku marah padamu...” Jawab Soojung sambil berjalan berlalu melewati Minhyuk begitu saja.
“Wae? Apakah aku berbuat salah?” Minhyuk mengejar Soojung.
“Hmm... Apakah kau pernah menciumku saat aku tidur?” Soojung terlihat sedikit canggung.
“Anio, wae? Apakah kau ingin aku menciummu?” Minhyuk menatap Soojung bingung.
“Tidak, bukan begitu... Apakah kau benar-benar tidak melakukannya?” Soojung menghentikan langkahnya.
“Aku benar-benar tidak melakukannya. Apakah kau tidak mempercayaiku?” Minhyuk menatap Soojung mantap.
“Aish! Aku benar-benar dikerjai lagi!” Soojung mengacak-acak rambutnya kasrena kesal.
“Siapa?” Minhyuk menatap Soojung dengan dahi yang mengerut.
“Anio, bukan apa-apa. Maafkan aku. Aku duluan.” Soojung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya saat menghadap Minhyuk lalu berlari meninggalkan Minhyuk menuju ruang kelasnya.
“Chagiya...” Minhyuk mengejar Soojung dengan hati yang bertanya-tanya dengan kelakuan yeojachingunya.
***
Sementara itu Jonghyun yang akan memasuki ruang kelas tempat ia mengajar. Ia melihat seseorang yang akan tertimpa sebuah pot bunga dari lantai empat gedung diatasnya. Jonghyun berlari menyelamatkan seseorang yang ternyata seorang yeoja itu.
“Oh...” Yeoja itu menutup matanya dan merunduk, Jonghyun menangkap pot bunga itu, sehingga yeoja itu selamat.
“Eh? Apakah pot bunga itu tidak jadi jatuh?” Gadis itu mengangkat wajahnya, dan mendapati wajah tampan tepat berada dihadapannya.
“Gawencanha?” Tanya Jonghyun pada yeoja itu.
“Ne... Gwancanha... Ga... Gamsahamnida... Profesor Lee...” Ungkap Yeoja itu dan langsung menjauhkan tubuhnya dari Jonghyun.
“Mata yang indah...” Gumam Jonghyun.
“Ne, Profesor? Apakah kau mengatakan sesuatu?” Yeoja itu terlihat gugup dan matanya memutar secara acak.
“Anio... Lain kali kau harus lebih hati-hati. Permisi.” Jonghyun pun meninggalkan yeoja itu dan kembali melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.
“Aigooo... Profesor Lee benar-benar tampan. Aku benar-benar beruntung hari ini...”Wajah yeoja itu langsung tersipu.
“SeungYeonie!” Soojung berlari kearah yeoja yang masih terpesona dengan ketampanan Jonghyun.
“Kenapa kau masih disini? Kau tak mau masuk?” Soojung menatap SeungYeon dengan tatapan aneh.
“Ah benar... Aku hampir lupa karena Profesor tampan itu...” SeungYeon menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan dirinya dari pesona Jonghyun.
“Profesor tampan? Siapa? Jangan bilang itu Profesor Lee JongHyun?” Soojung menatap Sahabatnya dengan tatapan tak percaya.
“Bagaimana kau tahu? Akan aku ceritakan di kelas, ayo!” SeungYeon menarik Soojung yang masih teraneh-aneh dengan sikap SeungYeon yang terpesona pada Oppa-nya.
Selama di kelas, SeungYeon bercerita sangat antusias bagaimana ia bertemu dengan Profesor Lee, sementara Soojung mendengarkannya dengan malas.
“Oh ayolah, SeungYeon... Dia hanya menolongmu sekali.” Soojung mendesah bosan.
“Kau bahkan tidak tahu kelakuan anehnya dan betapa menyebalkannya Jonghyun Oppa.” Batin Soojung.
“Ssstt... Aku rasa kau sudah terlalu cinta dengan Minhyuk. Karena itu matamu tertutup tidak bisa melihat laki-laki tampan lain.” Bisik SeungYeon yang menyadari mereka masih berada didalam kelas.
“Tentu saja, hanya Appa, Oppa dan Minhyuk yang tampan untukku.” Ucap Soojung.
“Ah... Tapi, apakah Oppa-mu belum kembali dari Amerika? Apakah kau tidak merindukan Oppa-mu?” Tanya SeungYeon.
“Tentu saja... Oppa-ku sangat menyebalkan, tapi aku sangat menyayanginya. Entahlah, mungkin dia masih betah disana.” Sahut Soojung yang mulai gelisah karena harus menyembunyikan identitas Oppa-nya.
Tanpa mereka sadari, kuliah telah selesai. Dan mereka hanya menghabiskan waktunya untuk membicarakan Profesor Lee JongHyun. Minhyuk telah menunggu Soojung didepan kelas.
“Apakah kau masih marah padaku?” Minhyuk menghampiri Soojung yang baru saja keluar kelas.
“Ah iya, aku lupa. Aku ingin bicara denganmu. SeungYeon aku harus pergi dengan Minhyuk. Sampai jumpa nanti!” Soojung menarik Minhyuk menuju suatu tempat.
“Kita mau pergi kemana... Kenapa kau mengendap seperti ini?” Minhyuk mengeluh tetapi tetap mengikuti Soojung yang menunduk mengendap berjalan menuju sebuah taman di gedung belakang.
“Apakah kau benar-benar tidak menciumku? Saat aku tertidur?” Soojung melipat tangannya diatas dadanya.
“Anio... Jinjja... Sebenarnya apa yang terjadi?” Minhyuk mulai merasa aneh dengan sikap Soojung.
“Menciumnya disini...” Soojung menempelkan jari telunjuk dibibirnya.
“Apa maksudmu sebenarnya? Apakah ada seseorang yang menciummu? Kapan? Dimana? Ya! Siapa yang merebut ciuman pertamamu! Bagaimana bisa dia merebutnya dariku? Sungguh... Hmmppp...” Soojung menutup bibir Minhyuk yang tak henti bicara dengan telapak tangannya.
“Aishh! Jonghyun Oppa menyebalkan! Dia pasti senang melihatku sedang bertengkar saat ini!” Soojung mendengus kesal dan melepaskan bibir Minhyuk dari bungkaman tangannya.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau terus marah-marah sepanjang hari? Dan siapa yang merebut ciuman pertamamu?” Minhyuk masih merengek menyerang Soojung dengan pertanyaan posesifnya.
Soojung menatap Minhyuk sesaat lalu mengangkat tumitnya dan meraih kerah kemeja Minhyuk untuk menarik kepala Minhyuk mendekat, dan secepat kilat ia mencium bibir Minhyuk.
“Kau! Jadi, kau harus bertanggung jawab dan datang ke rumahku untuk makan malam besok. Menegerti?” Soojung tersenyum melihat ekspresi terkejut Minhyuk.
“Kau merebut ciuman pertamaku...” Minhyuk masih bergumam dan menatap Soojung bingung.
“Wae? Kau tak mau datang?” Soojung mengerutkan dahinya.
“Anio... Aku pasti datang.Aku tidak akan terlambat dan akan menggunakan pakaian yang bagus. Apakah aku perlu membawa sesuatu?”Minhyuk terlihat sangat antusias.
“Tidak perlu, kau hanya perlu membawa ini...” Soojung menunjuk bagian dada Minhyuk.
“Gomawo...” Minhyuk langsung memeluk Soojung.
“Untuk apa?” Soojung membalas pelukkan Minhyuk.
“Karena telah percaya padaku dan mengenalkanku pada orang tuamu.” Minhyuk membelai rambut Minhyuk.
“Lakukan yang terbaik. Appa-ku sangat posesif terhadapku dan Oppa. Kau tak noleh melakukan kesalahan. Mengerti. Aku tak mau kita harus kawin lari.” Soojung terkekeh.
“Arra...” Sahut Minhyuk sambil menyenderkan kepalanya diatas kepala Soojung.
“Ah, aku harus segera masuk kelas. Kau juga harus cepat masuk kelas.” Minhyuk melepaskan pelukkannya. Ponsel Minhyuk berdering, teman sekelasnya sudah menelepon.
“Aku pergi duluan, gwaencanha? Aku ada presentasi. Sampai ketemu nanti.” Minhyuk memeluk Soojung sesaat lalu berlari menuju kelasnya.
Soojung hanya tersenyum menatap kepergian Minhyuk. Ia berjalan santai untuk meninggalkan taman itu, namun seseorang menahannya.
“Kau... Aish...” Jonghyun menarik pipi Soojung gemas.
“Wae? Oppa yang memulainya. Kita sedang bertengkar, aku sedang marah padamu. Jadi lepaskan aku...” Soojung berbicara dengan suara yang kurang jelas karena pipinya masih dicubit oleh Jonghyun.
“Aku hanya ingin melihat kalian bertengkar. Dasar bodoh! Jangan lakukan itu lagi. Seorang namja tidak boleh mendapat kesempatan yang lebih. Mengerti? Masuklah ke kelas.” Jonghyun mengacak-acak poni Soojung.
“Oppa, jangan ganggu SeungYeon... Kau menggoda sahabatku, awas saja!” Soojung menunjukkan tinjunya pada Jonghyun.
“Siapa? SeungYeon? Aku tak mengenalnya. Siapa dia?”Jonghyun menunjukkan ekspresi dinginnya.
“Wanita yang tadi kau selamatkan dari pot bunga, dia sahabatku. SeungYeon. Gong SeungYeon. Terima kasih sudah menyelamatkannya.” Soojung pun berjalan meninggalkan Jonghyun yang sedikit terkejut.
“SeungYeon? Namanya SeungYeon? Mata yang indah dan nama yang indah.” Jonghyun tersenyum saat mengucapkannya.
***
Soojung dan Seungyeon sedang tergeletak di taman belakang gedung. Tempat favorit dan rahasia keduanya. Keduanya sama-sama sedang berpikir hal yang berbeda.
“SeungYeonie... Apakah ada arti dibalik orang tua yang ingin bertemu dengan pacar putrinya? Aku takut Appa dan Oppa-ku tidak menyukai Minhyuk.” Ungkap Soojung.
“Tenanglah, Minhyuk seorang pria yang baik. Dia juga sangat mencintaimu. Apakah Oppa-mu akan pulang dari Amerika untuk bertemu Minhyuk?” Seungyeon melirik Soojung.
“Oh... Masih belum pasti...” Soojung memejamkan matanya, merasa ia telah salah terlalu bicara banyak hal terhadap Seungyeon. Satu-satunya hal yang tak bisa Soojung ceritakan adalah Oppa-nya.
“Soojungie... Bagaimana perasaanmu saat kau menyadari kau jatuh cinta pada Minhyuk?” Seungyeon melirik Soojung.
“Aku? Jantungku berdebar... Aku tak bisa berhenti memikirkannya. Bayangan wajah Minhyuk selalu ada disetiap kegiatanku. Aku hampir gila setiap saat memikirkannya, karena jantungku berdetak tak karuan. Tapi aku menyukai perasaan itu. Perasaan berdebar itu... Sampai sekarang aku masih merasakannya saat ia memeluk atau menciumku. Darahku serasa berdesir. Kenapa kau menanyakannya? Apakah kau jatuh cinta?” Soojung balik melirik SeungYeon.
Seungyeon hanya mengangguk, Soojung langsung menebak siapa namja yang disukai oleh Seungyeon.
“Apakah itu Profesor Lee?” Tebak Soojung.
“Hmm... Aku tak bisa berhenti memikirkannya. Aku selalu terbayang wajah tampannya, terutama alisnya yang sangat aku sukai...” Sahut Seungyeon dengan tersipu.
“Kau benar-benar menyukainya? Wae? Hanya karena dia menyelamatkanmu sekali? Kau yakin?” Soojung terlihat tak senang dengan ungkapan Seungyeon.
“Oh.. Wae? Kenapa kau sangat tidak menyukai Profesor Lee? Kau tak pernah memujinya padahal seluruh wanita disini memujinya...” Seungyeon menyipitkan matanya.
“Tidak hanya saja aku rasa Profesor Lee seorang playboy... Ya... Pria dewasa yang belum mempunyai pacar biasanya seorang player, bukan?” Soojung mulai terlihat gelisah.
“Tapi Seungyeon... Apakah kau yakin kau menyukainya? Maksudku kau berniat melanjutkan perasaanmu?” Soojung menatap Seungyeon serius.
“Apakah kau bertanya seserius itu karena sesuatu? Oh ayolah Soojung. Dia seorang Profesor yang dikelilingi wanita cantik, aku hanya seorang mahasiswi biasa. Banyak mahasiswi labih cantik pula. Lupakan. Aku tidak akan melanjutkan perasaanku...” Seungyeon berusaha memaksakan senyumnya.
“Syukurlah... Kajja... Minhyuk pasti sudah menungguku.” Soojung bangkit dan duduk diatas rumput.
“Aku bersedia menunggu lebih lama.” Ungkap seseorang yang ternyata Minhyuk. Kini Minhyuk sudah berada dibelakangnya.
“Tapi aku tak ingin menunggu lebih lama untuk pulang bersamamu...” Sahut Soojung.
“Aduhh pemandangan manis menyakitkan mata, pergilah...” Seungyeong bangkit dari tidurnya.
“Seungyeon, annyeong...” Minhyuk pun langsung merangkul Soojung yang kini sudah berdiri dan meraih tasnya.
“Aku duluan, seungyeonie... Oh... Kau juga cepatlah pulang.” Ucap Soojung sebelum meninggalkan Seungyeon.
Saat Seungyeon beranjak pergi meninggalkan taman, ia merasa sesuatu lewat dibelakangnya. Namun saat ia menoleh tak ada siapapun yang berada dibelakangnya.
“Siapa itu?” Seungyeon berteriak cukup kencang.
Siapa itu?
Ayoo tebak?
Ini dua couple favoritku, untuk sekarang masih dominan hyukstal sih, tapi tenang aja part romance jungyeon menyusul. So keep reading readers! ^^
Jangan lupa untuk baca fanfictionku yang lain disini :
Let’s Get Married
Hyukstal Fanfiction
Radio
Atau visit www.nisnizer.blogspot.com
Gamsahamnida ^^