“It’s been a long time. Me liking you and you never knew. I worry that I might get caught. I keep wondering if I should say it or not. Do you know my heart?”
B1A4 – Crush.
***
Menyambut uluran tangan Bomi, entah mengapa aku justru melihat senyum Junmyeon tak terlihat cukup sumringah. Sebelum akhirnya pergi meninggalkan koridor loker berada, ia pun tak lupa untuk menganggukkan kepalanya kepadaku dan juga Soojung.
Setelah keduanya berbelok ke arah lobby sekolah kami, aku pun ikut membalikan badanku sambil tergesa menyimpan kembali bungkusan cokelatku yang menyedihkan ini ke dalam tas ranselku sebelum ketahuan orang-orang lainnya bahwa aku sudah kalah sebelum berperang.
Namun sebelum bungkusan tersebut sampai di dasar tas ranselku, tangan Soojung pun menahan tanganku dan mengatakan, “Kamu yakin cuma mau menyerah sampai disini?” Dengan mataku yang sudah berkaca-kaca, aku pun mengangguk lemas ke pada sahabatku itu.
“Kurasa aku hanya membuang waktuku, Soo..,” jawabku, kali ini bungkusan cokelatku sudah sampai di dasar tas dan aku mengangkat tangan Soojung dari dalam tasku. “Cokelatku ini gak ada apa-apanya kalau di Valentine ini dia sudah bersama yang lain,” lanjutku.
Menyusul langkah kakiku untuk menjauhi koridor loker, Soojung pun memelukku dari samping sambil menyenderkan kepalanya ke bahuku sambil mengatakan, “Aku merasa jadi teman yang buruk, karena tak bisa berbuat apapun untukmu..”
Mendengar perkataannya, aku pun hanya bisa tersenyum dan membatin, ‘Tak apa Soojung, mungkin kali ini kebahagiaan itu masih belum mau berpihak padaku.’
***
Tiga bulan setelah kejadian broken Valentine tersebut, aku pun masih seperti Nara yang lama, hanya saja kali ini kami justru jadi sering memulai percakapan atau malah bertemu di luar sekolah karena kami beberapa kali menjadi rekan satu kelompok untuk tugas teater dan biologi.
Hanya saja, hubungan Junmyeon dan Bomi terlihat semakin lengket satu sama lain. Waktu dimana keduanya tak berduaan pun sepertinya hanyalah pada saat Junmyeon berada di dalam kelas.
Mei datang dan tandanya Junmyeon sebentar lagi akan merayakan ulang tahunnya yang ke-17. Dengan cukup terkenalnya geng EXO di sekolah kami, tentunya akan ada banyak siswa yang diundang di ulang tahun yang berisi cowok-cowok dan cewek-cewek eksis di sekolah kami. Soojung yang kini masih berpacaran dengan Jongin memang salah satunya, namun yang pasti aku bukan termasuk diantaranya.
Akan tetapi bukan main kagetnya aku saat di salah satu jam istirahat Junmyeon menghampiri mejaku dan memberikan undangan ulang tahun yang akan diselenggarakan di rumahnya akhir pekan ini.
“Jangan lupa datang ya, Nara. Ayahku sekalian ingin bertemu dengan Nara si jenius biologi,” kata Junmyeon dengan senyuman manisnya. “A-ayahmu?,” balasku gugup sambil menutup buku catatanku.
“Iya, ayahku. Dia selalu mengeluh karena punya anak yang tak pintar pelajaran biologi walaupun ia profesor Biologi. Tapi karena belakangan kita satu kelompok, nilai biologiku jadi membaik dan ayahku penasaran dengan rahasiaku,” jelasnya.
Melihat sikapku yang salah tingkah, Junmyeon pun menepuk pundakku sambil berdiri setelah sebelumnya duduk di bangku di depanku. “Ayolah, kamu harus datang! Okay?,” katanya.
“O-okay. Thank you Junmyeon,” kataku sambil tersenyum. Mendengar ucapan terimakasihku, Junmyeon terlihat seperti tertegun. “Kenapa?”, tanyaku penasaran. “Tak apa-apa, hanya saja barusan aku seperti ingat seseorang,” jawabnya sambil berjalan ke arah mejanya dan mengatakan, “Jangan lupa datang!”.
***
Sambil melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul tiga sore, aku melihat ke arah bungkusan kado mungilku yang rencananya akan aku berikan untuk Junmyeon hari ini. Namun ternyata nasib baik tak berpihak padaku karena penyakit anemia-ku kumat dan membuatku susah untuk bangun dari tempat tidur.
Sambil kembali berusaha memejamkan mata, ponsel-ku bordering. “Halo..,” kataku sambil tak melihat siapa penelepon di layar ponselku. “YA! CHO NARA! KAU DIMANA?,” datang dari suara galak seorang cewek yang tak lain adalah sahabatku Jung Soojung.
“Dirumah.. Kenapa sih?,” tanyaku tak bersemangat. “Masih tanya kenapa? Kenapa aku harus tahu kalau sahabatku diundang di pesta yang sama justru dari pacarku?? Kau anggap aku ini apa? Buruan siap-siap!,” cecarnya.
“Ohh itu.. Iya maaf. Tapi sepertinya aku gak datang, Soo. Anemiaku kumat. Lagipula aku gak memberitahumu karena gak mau mengganggu teman kencan Jongin malam ini. Pasti dia ingin kau temani disaat dia harusnya kumpul bersama sahabatnya dan pacar-pacar mereka,” jawabku.
“Ah kamu ini… Aku sudah ke salon dan sekarang di rumah Jongin karena sudah janji bertemu dengan ibunya. Kalau tahu kamu diundang kan kita bisa pergi bersama.. Aku minta Kyungsoo jemput kamu ya? Dia searah dengan rumahmu untuk kerumah Junmyeon..” kata Soojung.
Bukan Soojung namanya kalau tak memaksa. “Soo, please gak usah. Okay I’ll come. Ketemu disana ya. Bye, love you!,” kataku sambil menutup teleponnya.
***
Setelah berkali-kali mengganti baju yang pas dan berbaikan sedikit dengan anemiaku, akhirnya aku memesan taksi untuk pergi ke ulang tahun Junmyeon. Dari jauh sudah dapat ditebak mana rumah besar yang dimiliki oleh Junmyeon terlihat dari deretan mobil tamu yang ramai parker di depan rumahnya.
Sambil merapikan dress-ku, aku turun dari taksi dan langsung masuk ke rumahnya. Beruntung, Junmyeon berdiri tak jauh dariku. Tapi kebahagiaan sepertinya masih tak berpihak padaku karena tak lama Junmyeon terlihat berlutut di hadapan seorang wanita yang tak lain adalah Bomi..