Sunflower is a plant usually having a very tall stem and a single large round flat yellow flower, with many long thin narrow petals close together.
Dia terus mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga, meski kakinya sudah agak gemetar dan tubuhnya mulai lemas, tapi iya terus mengayuh, sesekali membunyikan bel sepedanya bahkan ia juga berteriak kencang.
Kring~ kring~ kring~
“Koran… Koran…”
Tidak perlu terus berteriak karena hampir seluruh penduduk komplek ini pelanggan koran tempat ia bekerja. Dia hanya sekedar memberi tahu pelanggannya saja bahwa koran baru telah datang, yang membuatnya kehilangan tenaga adalah ia terus melakukan pekerjaan ini setiap hari dan menyebarkannya korannya ke setiap rumah-rumah elite yang ada di kompleks ini.
“Apa? Ada pelanggan baru? rumahnya yang ini bukan yah?” Taeyeon memperhatikan sudut-sudut depan rumah mewah dan megah berwarna coklat itu sambil sesekali memeriksa alamat pada secarik kertas di tangannya. Tanpa berpikir panjang ia pun segera melempar korannya ke dalam halaman rumah tersebut melewati celah pagar yang ada. Taeyeon pun segera beranjak dari tempatnya dengan tubuh yang sudah sangat lelah.
“Selesai” ucapnya girang sambil berjalan menuju sepeda kesayangannya.
Namun, kepalanya tiba-tiba berputar cepat ke belakang setelah mendengar bunyi klakson mobil. Matanya menangkap sosok laki-laki yang terlihat gagah di balik jendela mobil mewah terbuka datang dan ingin masuk ke dalam rumahnya. Laki-laki itu pun berlalu dihadapan Taeyeon tanpa menengok Taeyeon sedikitpun, dia menampakkan wajah yang penuh konsentrasi menyetir meski dengan kecepatan pelan. Mata Taeyeon terbelalak menyaksikan penampilan seorang pangeran bermobil mewah itu, ia pun mendadak terdiam seperti patung-patung di museum.
“Hei anak muda, sedang apa kau disitu? sudah 10 detik aku lihat kau berdiri seperti tak bernyawa. Kau tukang koran kan? Cepat selesaikan tugasmu!” kata penjaga keamanan rumah pangeran itu.
Taeyeon kaget dan panik mendapati suara ahjussi itu.
“a..aa..hah iya..benar, baiklah, Anneyeong!” sahut Taeyeon sambil menyisir poni rambutnya dengan jari dan mengigit bibirnya. Segera Taeyeon berjalan meninggalkan tempat itu.
“Anak itu terlihat malu dan aneh, pipinya merah seperti udang goreng” gumam Ahjussi itu sambil menutup pagar.
Tayeon menghempaskan tubuhnya ke kasur yang sebenarnya tidak empuk lagi. “Ah….aku bisa gila. Rasanya seperti disambar petir, apa hebatnya dia tidak melihatku, aahh karena kacamata hitam dan besar itu? Apa memang tidak punya mata?” Taeyeon berkali-kali menghembuskan napas dan mengamuk serta memukul-mukul kasur kecilnya itu. Taeyeon memang anak yang pintar dan rajin, gelar “kutu buku” menjadi kata kunci oleh teman-teman di kampusnya yang ingin menggosip tentangnya, mencarinya atau sekedar memanggilnya. Lagi, kelebihannya cantik, tapi tidak terawat karena dia tidak perduli.
“Aku benar-benar heran pada Taeyeon kutu buku itu, dia tidak pernah memakai bedak, tidak memiliki parfum, penampilannya sungguh kampungan. Apa dia tidak pernah suka dengan namja? Atau memang tidak mengenal namja. Bahkan sudah kuliah seperti ini. terdengar aneh memang..issh” Ujar Yoona menggosip dengan teman-temannya di kantin kampus.
”Aku yakin dia pasti ada kelainan.” sahut Hyoyeon.
“Aku rasa tidak, dia hanya lugu.” bela Krystal.
Hyoyeon menjitak kepala Krystal. Percakapan mereka terpotong saat seorang namja tampan dan gagah melewati mereka.
“Astagaaaa!” ucap Krystal.
Bruuuk….
”Ah… mianhae, mianhae.” kata Taeyeon sambil menundukkan badannya.Tiba-tiba Taeyeon kaget yang menabraknya adalah namja yang ia lihat kemarin. Namun, namja itu lagi-lagi berlalu tanpa berkata sepatah katapun. Ia hanya menunjukkan sikap ketidak sukaannya atas kejadian tersebut dengan menyapu bagian tubuh yang tersentuh oleh Taeyeon dengan jemarinya dan wajah yang terlihat jijik . Taeyeon kesal, karena itu terjadi tidak disengaja, dia merasa di rendahkan namja itu.
”Hai.. ini kue kamu nuna. Kau tak apa?” Tanya Baekhyun penuh perhatian sambil memberikan kue Taeyeon yang terjatuh. Untung saja kue kering bukan makanan berkuah.
”Ah.. i..iya..aku tidak apa-apa.” jawab Taeyeon sambil memerhatikan namja misterius itu sambil berjalan meninggalkan Baekhyun.
“Aigoo … Baekhyun, kau so sweet sekali” ucap Krystal sambil bertingkah imut khas gadis Korea.
"Yak Krystal… Baekhyun tidak ada apa-apanya dengan namja yang tadi. Kalah telak.” bantah Yoona dengan nada angkuh.
Taeyeon tak bisa konsentrasi pada buku yang ia baca, dia melamun, pikirannya kacau, sesekali mengetuk mejanya dengan jari-jarinya. “Pabo, aku bertemu dengannya lagi, siapa dia? Seberapa hebat dia tak menjawab permintaan maafku, apa dia tidak punya mulut?” gumam Taeyeon.
”Ddaar...” Baekhyun datang dan langsung duduk di kursi yang ada di depan Taeyeon. Mata indah Taeyeon terlihat kosong, juga tidak kaget. Baekhyun mulai bicara dengan jantung yang berdebar. “Ini nuna aku bawakan kue dan minumannya. Kau tadi tidak jadi makan karena namja itu tadi kan?, sudahlah jangan di pikirkan lagi!”.
Taeyeon tidak menjawab, dia hanya membalas senyuman saja kepada Baekhyun. Tapi Baekhyun memakluminya bahwa Taeyeon memang gadis pendiam juga tidak terlalu suka bergaul dengan laki-laki. Baekhyun mendesah, melihat kehadirannya lagi-lagi tidak dihiraukan Taeyeon, gadis yang ia suka. Walaupun Taeyeon seniornya, ia tak pernah putus asa untuk mendekati Taeyeon.
“Baiklah… Aku tidak mengganggu nuna lagi sekarang, tapi ku mohon makan kue ini yah!,aku sayang kamu nuna.” Ucap Baekhyun malu-malu ala anak SMP.
Taeyeon pun mendongakkan kepalanya dan menatap Baekhyun. Baekhyun bersemangat melihat reaksi Taeyeon. “Benarkah? Kau menyayangiku? A…a…a..apa k…k…kau bercanda?” Tanya Taeyeon geli.
“Iya…iya… benar, untuk apa aku bercanda. Bahkan aku juga sangaaat.. em.” Baekhyun mendadak diam.
“Sangat apa?” .
“Ah… tidak, em ya sangat senang bersama nuna.” Kilah Baekhyun dengan tingkahnya yang menggemaskan.
Taeyeon memandang sekeliling kamarnya. Kamar yang penuh dengan tulisan-tulisan yang membosankan, sebagai kutu buku tulisan-tulisan itu terlihat berharga, tapi kali ini tulisan-tulisan itu tak di baca Taeyeon lagi. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas, tapi ia pun belum mengantuk. Ia duduk di depan jendela kaca kamarnya sambil melihat bulan dan terbayang-bayang sikap namja misterius itu. Ini aneh, Taeyeon belum pernah seperti ini, mengabaikan bacaan-bacaan penting yang di pajangnya dan justru melamun. “Ah… apa hebatnya dia, bisa membuatku malas membaca? Apa dia seorang malaikat? Apa? Baekhyun menyayangiku? Apa aku nuna kandungnya, aku bahkan tidak pernah dekat dengannya. Konyol.” gumam Taeyeon kesal. Tiba-tiba Taeyeon lapar, tidak ada makanan yang tersisa lagi dimeja makan. “Omo, aku tak biasanya lapar jam segini, ya… karena ini sebenarnya jam tidurku. “Dari depan pintu kamar orangtuanya, Taeyeon minta izin keluar mencari makan. Entah bagaimana ibu Taeyeon mengizinkan anak gadisnya keluar malam. “Mungkin eomma benar-benar lelah. Tidurnya begitu lelap.” kata Taeyeon sambil membuka pintu mini market.
”Khamsahamnida”.
Taeyeon menunggu antrian pembayaran, baru tiga detik tiba-tiba dia kaget seorang laki-laki yang selesai membayar yang ada di depannya berbalik mendadak dan berhadapan dengannya. Kaki kirinya pun mundur selangkah, tatapan laki-laki itu begitu tajam. Sepertinya lama adegan saling pandang itu terjadi, sebenarnya sangat singkat. Laki-laki itu benar-benar terlihat seperti robot. Kaku,tatapan tajam tak bermakna, tak ada senyum apalagi berbicara. Namja itu berlalu. Taeyeon melongo, jantungnya terasa ditusuk benda tajam melihat tingkah laki-laki itu yang selalu tak tahu menahu tanpa ada rasa bersalah dan lagi-lagi berlalu.
“Maaf… apa anda mau bayar?” tanya karyawan mini market.
Selesai makan, Taeyeon masuk ke kamarnya dan jam menunjukkan pukul dua belas lewat. Taeyeon merasa pusing dengan peristiwa yang berturut-turut terjadi dalam sekejap dan itu terus berhubungan dengan namja misterius itu. Taeyeon memijat-mijat kepalanya, ia benar-benar merasa seperti dihantui pangeran itu.
Taeyeon bergegas ke halte bus dengan rambut yang masih acak-acakan dan wajah yang pucat. “Ah… kenapa harus kesiangan,mana bus mana bus.” Taeyeon gelisah dan panik. Inilah Taeyeon, dia memang gadis yang agak ceroboh tapi itu tak terlihat di kampus. Karena dia pendiam. “Ah…. mana… aku bahkan tadi malam tidak membaca, aku lupa hari ini ujian.” Taeyeon mondar-mandir tak sabar menunggu bus datang. Tiba-tiba Baekhyun muncul dihadapannya.
“Taeyeon nuna? Ah.. apa kau dalam masalah? Naik motorku saja ya? Ayolah!” ajak Baekhyun semangat.
Tak lama ambil keputusan, Taeyeon pun naik.
Mereka pun sampai di kampus.
“Gomapta Baekhyun.” kata Taeyeon santai
“Iya nuna, lebih sering seperti ini tidak apa-apa, seperti yang ku bilang kemarin, aku sangat senang bersama nuna.” jawab Baekhyun sambil mendekatkan wajahnya ke Taeyeon. Kepala Taeyeon menghindar.
“Yang benar saja? Aku bahkan tidak menyisir rambutku, kau mau dekat-dekat denganku.” tungkasnya.
“Tidak masalah bagiku.”
Baekhyun segera mengambil sisir yang sejak tadi dipegang Taeyeon.
“Atau aku saja yang menyisir rambut nuna.”
Taeyeon terdiam kaku, spontan ia mengambil sisirnya dan berkata, “Ah tidak perlu aku segera menyelesaikan masalahku. “Gomapta.”
Baekhyun bingung melihat Taeyeon berlari meninggalkannya, tetapi ia tersenyum bahagia karena masih memaklumi nuna yang cuek itu.
Belum sampai ke ruang kelas, Taeyeon mendadak terhenti. Astaga, hampir saja dia memeluk seorang namja, dia baru sampai di lantai dua. “O …omo.” Taeyeon tersentak dan lagi-lagi kaki kirinya mundur selangkah. “A…a..aaaa…”. Teriak Taeyeon histeris. Seketika tubuhnya melayang, dia berusaha menyelamatkan dirinya, tapi gagal. Ada yang menahan tangannya, ia tidak tahu siapa karena matanya yang terpejam. Ia pun membuka matanya pelan dan ternyata namja misterius itu telah menyelamatkan nyawanya. Dia dengan sigap menarik tangan Taeyeon dan mengembalikan posisi Taeyeon seperti semula. Deg deg deg, detak jantung Taeyeon berdebar kencang. Mata Taeyeon bertemu dengan mata namja itu. Hanya sebentar, namja itu melepaskan tangan Taeyeon segera, ia pun meninggalkan Taeyeon dalam keadaan seperti patung untuk keempat kalinya.
“Aiiishhh…. Dia lagi, dia lagi … Tapi beruntung juga tidak jatuh” gerutu Taeyeon saat keluar dari ruang ujian. Dia sudah sangat lelah. Hari ini rasanya ia tak ingin melakukan aktivitas lagi. Sungguh, rasanya kepalanya ingin meledak, namja misterius, Baekhyun dan ujian yang terburuk baginya. Taeyeon mendesah, “Aku lelah”.
“Benarkah nuna?”. Tanya Baekhyun tiba-tiba ada disampingnya.
Taeyeon menoleh.“Hei… kau, hem iya aku lelah”.
“Kalau begitu bagaimana kalau kita ruang seni?” ajak Baekhyun sambil mengedipkan matanya pada Taeyeon. Taeyeon terperangah dan tersenyum geli.
“Untuk apa? Apa ada yang menarik?” tanya Taeyeon tak semangat.
“Lihat saja sendiri”. Baekhyun meletakkan kedua tangannya di bahu Taeyeon dan mendorongnya menuju ruang seni.
Tiba-tiba mata Taeyeon melotot, dia tidak marah, hanya benar-benar tidak terima berada dalam situasi yang menyebalkan, bersama Baekhyun dan melihat namja misterius itu lagi. Rasanya dia ingin lari, tapi Baekhyun sedang memegang tangannya.
Taeyeon memperhatikan Baekhyun yang ada disebelahnya. Tidak ada yang bergejolak, ia pun beralih menyaksikan seorang namja yang sedang mempersiapkan peralatan musik di panggung. “Jreng…jreng” .
“Halo semuanya… aku memang mahasiswa baru disini, aku merasa nyaman disini karena aku bisa membentuk band dengan cepat. Semua personel band ini sudah lulus audisi. Perkenalkan namaku Choi Siwon. Ku mohon kalian mendukung band ini, Sunrise Band. Terima kasih. Lagu ini kami persembahkan untuk yeoja yang disana.” kata Siwon datar.
“Ah... namanya Siwon” ujar Taeyeon sambil mengangkat alisnya. Baekhyun hanya tersenyum senang melihat Taeyeon ada di sisinya.
*
Meori jom sseo chimchakhage
Dasunhage santteutage Yeah~
Du boreneun chokchokhan Lotion
Gamgakjeogin Fashion japjimodel biseutage
Gyunyoga saneun gil geonneo golmok
Mujakjeong chajagagi jeone
**
Naui hyanggeutame dagaseodorok
Ttaeron dalbit soge bami saedorok
Hangsang na yeogi seo isseo
Geunyeoga nal bangiero meomchudorok
Hwiparam bulmyeo hana dul set
Nan oneuldo geunyeol yoksim nae
Sarojamneun beop ajik moreujiman
Nalmada geunyeol hyanghan nae mam jeonhari
Nan geunyeoui gyeote pin haebaragi (haebaragi 2x)
Siwon sukses menyanyikan potongan lagu milik boygroup Super Junior yang berjudul Sunflower dengan aransemen bandnya, hampir semua yeoja yang menonton menjerit histeris layaknya para fangirl fanatik. Mereka semua berbisik-bisik satu sama lain, senyum-senyum dan bahkan sudah ada yang berteriak kencang salah satunya Hyoyeon.
“Siwon… apakah aku yeoja itu? Saranghaeyo . . .”
Krystal menyenggol Hyoyeon. “Maldo andwae” kata Krystal kesal.
Bahkan Yoona tidak perduli dengan kedua temannya, ia terus melambai-lambaikan tangannya yang putih itu agar Siwon melihat ke arahnya. Siapa sangka seketika Siwon melihat arah Taeyeon dan Baekhyun yang jaraknya lima meter dari panggung kecil ini, tapi itu hanya kebetulan. Suasana semakin panas, para mahasiswa mulai merasa gerah dengan tingkah laku para yeoja yang bagai over dosis obat atau seperti orang yang minum racun serangga. Hanya perempuan yang tidak tertarik dengan Siwon bergegas keluar dari ruang seni. Semua yang masih bertahan di ruang seni sudah mulai penasaran dengan aksi Siwon selanjutnya.
Tiba-tiba lampu panggung semua mati, semuanya mulai panik. Taeyeon semakin erat menggenggam tangan Baekhyun, dalam keadaan gelap Baekhyun tersadar dari kepanikannya rasanya dadanya sesak saat tangannya kini mulai menjadi perlindungan untuk Taeyeon. Satu lampu menyala mengarah pada Siwon yang sedang berdiri tegap yang tangan kirinya memegang selembar kertas seperti sudah siap perang dengan kata-kata indah untuk mencurahkan isi hatinya kepada orang-orang yang ada dihadapannya. Matanya membesar, tangan kanannya mengepal.
Baekhyun menyaksikan Taeyeon yang masih memejamkan mata ketakutan. Ada hal yang ingin ia lakukan pada Taeyeon dengan jiwa yang sudah bergejolak, dalam perasaan sayang sambil mencondongkan wajahnya perlahan ke arah wajah Taeyeon yang lugu, seketika Taeyeon membuka mata setelah mendengar suara yang sangat kencang dari seberang. Baekhyun pun terkejut mendadak salah tingkah seperti orang yang tertangkap basah, pura-pura tak ada yang terjadi, badannya gemetar. Taeyeon tak menyadari tingkah Baekhyun karena sudah terpaku melihat aksi namja di atas panggung itu. Tanpa di sadari Taeyeon melepaskan genggamannya. Baekhyun kecewa, ia mulai sedih.
Cahaya… ku mau cahaya …
Susunan jemari melambai-lambai risau
Nestapa jiwa, meradang, gundah
Aku bicara padamu di hening malam
Kesepian, kau hanya siang terbit
Aku bagai seorang hilang kasih, cahaya siang
Tidak pada malam, tapi kau pada siang
Memberiku harapan, meski dalam hitamnya bayangan
Aku selalu menunggu
Cepat datang, ayo pulang
Aku sudah harum dan rupawan
Menghantar cinta pada garis-garis sinarmu yang menawan
Saranghaeyeo... neol saranghae
Lagi, Siwon mendapatkan teriakan histeris para ratusan yeoja di bawah panggung. “Astaga, dia benar-benar menjadi bunga matahari karena gadis yang dia impikan.” Komentar salah satu yeoja. Taeyeon pun terkesima, penampilan Siwon sebagai seorang pembaca puisi seperti sudah mewujudkan impiannya. Bukan dia yang ingin menjadi pembaca puisi atau punya kekasih yang jago membaca puisi. Tapi, masa lalunya yang benar-benar menguras tenaga untuk mengenangnya. Kalau bukan kecelakaan lima tahun silam, ia percaya sampai sekarang dia masih mendengar puisi-puisi indah di rumah atau dimana saja jika ia bersama oppanya. Air mata taeyeon mengalir, wajahnya terasa panas.
“Taeyeon nuna, sangat suka puisi?” Tanya Baekhyun saat di perpustakaan kampus.
“Ah, iya…” jawab Taeyeon lemas.
“Kenapa? Atau kalau perlu aku akan membuat puisi juga untuk nuna, haha aku sadar tidak mengerti tentang puisi. Tapi dengarkan aku juga ya!” Baekhyun berniat menghibur Taeyeon.
“Jika seseorang sudah begitu berharga bagi kita, meskipun dia tiada rasanya masih seperti ada. Aku belum bisa menghilangkan beban, bahkan aku terluka jika ada seseorang sepertinya tetapi berbeda.” Ucap Taeyeon kaku dengan wajah sembab.
“Mm... mwo?” Baekhyun menaikkan alisnya tanda tak mengerti dengan ucapan Taeyeon yang sekarang sudah mulai membuka hati untuk berteman dengannya.
Taeyeon berjalan-jalan di taman kota yang penuh bunga-bunga hias khas korea, tidak ada teman seperti kebanyakan pengunjung taman itu, mereka membawa kekasih, sahabat atau keluarga. Taeyeon hanya bisa tersenyum tapi jika orang melihat dia persis seperti bunga yang layu, ya, dia memang sedang meratapi nasib bahwa tak banyak teman, bahkan sekarang yang berhasil mendekatinya baru Baekhyun.Tentu saja, Baekhyun telah memperjuangkannya setahun lebih. Dia masih teringang suara lantang Siwon saat membaca puisi itu lalu bersambung ke suara oppa yang begitu ia sayang.
“Suatu ketika dimana kamu akan melihat yang bersinar, maka jangan abaikan sinar itu. Tapi jika kau menemukan hal yang redup maka sinari dengan sesuatu yang indah dari hatimu.”
Kata-kata itu membuat air mata Taeyeon mengalir deras.Ia buru-buru menghapus karena orang-orang mulai memperhatikannya. Taeyeon menangis dengan suara lirih, bibirnya gemetar, ia tidak bisa disembunyikan kesedihannya.
“Bagaimana? Kau harus cepat pulang nuna!” kata Siwon sambil memberi tas mahal kepada seorang yeoja cantik dan tinggi. Yeoja itu memukul bahu Siwon penuh mesra. Siwon bertingkah kesakitan sambil memusuti bahunya yang sebenarnya tidak sakit.
“Seleramu bagus juga, aku suka tas ini, menurutmu ini cocok untuk pekerjaanku disana? Hei,dengar Siwon, kau harus berjanji, kau tidak akan menyakiti hati seorang gadis lagi setelah aku pergi, aku malu punya adik yang playboy atau dangerous boy, arasseo?” ujar Hyun Ah.
“Iya cocok, sangat cocok. Nuna tidak pakai tas tetap saja cantik.” Sahut Siwon menggoda. “Huh… kau ini…kau dengar tidak apa yang ku bilang tadi hah? Kalau kau tidak berubah, mau berapa kali kau pindah kuliah?” teriak Hyun Ah. Membuat seluruh pengunjung toko tas itu kaget.
“Iya aku dengar, kau jangan bicara keras-keras soal pribadiku nuna!” bisik Siwon pada kakaknya. Seperti tidak ada jarak antara mulut Siwon dengan telinga kakaknya itu. Segera Siwon pun memberi hormat pada semua pengunjung tanda permintaan maaf.
“Hem… ternyata si playboy ini punya rasa malu juga yah.” ejek Hyun Ah sambil tersenyum licik dan berjalan menuju ke meja kasir. Siwon mengikuti langkah kakaknya di belakang dengan canggung.
Taeyeon membekap mulutnya, ia tak percaya. Bola matanya berkeliaran seperti mencari-cari jawaban. Peristiwa yang baru saja dia lihat tak begitu asing di matanya, itu hal biasa saja. Sekarang, Dia mulai merasa dadanya sesak. Dia berusaha melawan rasa kecewa yang menyerang batinnya, tapi tidak bisa. Dia mengguncangkan badannya. Berharap ini bukan masalah baginya. Tapi, kenapa begini?