Chapter 1
“Ketika dirimu tak menginginkan sesuatu yang akan membuatmu sangat membencinya, apa yang akan kau lakukan? Tetap tinggal dan menerima kenyataan ataukah melarikan diri? Atau bahkan kau akan menolaknya dengan tegas? Jika itu tak bisa kau lakukan dan hanya akan membuatmu menderita sanggupkah kau bertahan? Bisa saja kau membuangnya dan menganggapnya seakan tak ada kemudian melepaskannya begitu saja, tapi..., tidak bila kau menatap mereka. Aku akan menebus kesalahanku, aku tau tak seharusnya aku berbuat seperti ini…, egoku telah padam saat mereka datang dalam kehidupanku…”
Joongdong High School . . .
Di dalam aula utama, saat ini di penuhi dengan senyum dan tawa baik dari guru,murid,hingga orang tua, yang hadir dalam upacara kelulusan siswa-siswi tingkat 3. Seorang siswi yang meraih nilai tertinggi maju ke aula memberikan sambutan sekaligus ucapan perpisahan sebagai perwakilan teman-temannya. Senyumnya mengembang saat mengucapkan kata-kata “…dan menggapai cita-citaku…” serentak seluruh aula pun bertepuk tangan dengan sangat meriah.
Siswi yang memberikan sambutan tadi, menerima penghargaan dari kepala sekolah. Tatapannya cerah menatap ke sekeliling aula mencari keberadaan sosok orang-orang yang ia cintai. Namun pencariannya sia-sia. Orang-orang yang ia cintai tak ada satupun yang datang di hari bahagianya saat itu. Kenyataan itu menggoreskan luka di hatinya.Membuatnya termenung.
“Lee Na…, kau luar biasa…”kata-kata kepala sekolah membuatnya tersadar dan dengan cepat menerima jabatan tangan sambil senyum kecil.
”...dǽdani gamsahamnida* kepala sekolah...”ucap Lee Na lirih. Ia telah kehilangan semangatnya. Wajahnya tak lagi terlihat cerah,hatinya pun tak lagi seceria saat ia menyampaikan pidatonya.
Usai upacara kelulusan, Lee Na hanya berdiri di bawah pohon mapel tua yang tumbuh di halaman belakang sekolahnya, menunggu dan terus menunggu. Tatapannya perih saat menatap teman-temannya merayakan bersama orang tua dan saudara mereka masing-masing. Semuanya tampak bergembira, tertawa bersama orang-orang yang mereka cintainya, terkecuali dirinya yang hanya dapat menunggu.
”kau tak apa Lina?”tanya Mae Kyung sahabat dekat Lee Na,”apakah mereka belum datang?”.
Lee Na hanya mengangkat bahu sedikit sambil mendesah,”Entahlah, aku tak tahu apakah mereka belum datang atau memang tak akan pernah datang,”ucapnya sedih.
”Apakah sebelumnya mereka memberitahumu tentang kedatangan mereka hari ini? Mungkin mereka terlambat karena suatu hal.Bersabarlah,mereka pasti akan segera datang,” Mae Kyung mencoba menghibur Lee Na.
Lina hanya mengangguk pelan dan tersenyum lirih,”kau tau...Mae Kyung..., aku tak mengharapkan mereka yang telah meninggalkan ku selama 6 tahun untuk datang ke sini...., tidak sama sekali..., aku hanya....”Lee Na menghentikan kata-katanya dan tertunduk.
”kau tak bisa berbohong Lee Na, aku mengenalmu dari dulu...., kau menginginkan mereka hadir di sini..., Lee Na....aku yakin mereka pasti datang....” Mae Kyung menegarkan sahabatnya yang membalasnya dengan senyuman lalu keduanya saling berpelukan.
Keduanya tak menyadari ketika tiba-tiba seseorang berdiri di dekat mereka dan menatap marah pada Lee Na.
”kau yang bernama Lee Na?” tanya seorang wanita paruh baya dengan wajah angkuh.
”ya? ”ucap Lee Na sambil menatap heran lawan bicaranya. Mae Kyung hanya berdiri meenatap ke duanya.
Tiba-tiba wanita itu mendekat dan menampar wajah Lee Na dengan keras hingga Lee Na jatuh terduduk dengan wajah terkejut, ujung bibirnya mengeluarkan sedikit darah.
”kau...., gara-gara kau anakku selalu membangkang apa kata-kataku...., gara-gara kau..., anakku menjadi liar...., dasar kau perempuan miskin tak tahu diri..., seharusnya kau sadar derajatmu jauh di bawah kami....” teriak wanita itu hingga orang-orang menatap mereka ingin tau.
”a...apa maksud anda nyonya?” tanya Lee Na tak mengerti sambil memegang pipinya yang terasa perih.
Wanita itu menatap sinis pada Lee Na,”kau tak usah berpura-pura..., katakan padaku di mana anakku? Di mana Hyun Jongku?”.
Lee Na berdiri tegap, masih di rasakannya denyut perih di pipinya,”aku tak tau di mana kak Hyun Jong nyonya....”.
”kau bohong! dasar perempuan miskin....”wanita itu mengayunkan tangannya kembali dan dengan refleks Lee Na menutup matanya. Lee Na membuka matanya ketika di rasakannya seseorang berada di depannya, melindunginya.
”cukup bu..., jangan membuatku semakin membenci ibu!” suara yang sangat di rindukan Lee Na hingga ia perlahan membuka matanya dan menatap seseorang di sebelahnya menahan tangan wanita yang akan memukulnya itu.
”kakak...”ucap Lee Na.
”Hyun...., lepaskan tangan ibu..., karena wanita inikan kau pergi dari rumah? kau lebih memilih perempuan miskin ini dari pada ibumu sendiri?!”, Hyun Jong melepaskan tangan ibunya dan melindungi Lee Na di belakang tubuhnya.
”semua ini tak ada hubungannya dengan Lee Na bu..., aku memilih jalanku sendiri..., aku tak ingin mewarisi harta ibu karena aku pasti bisa dengan usahaku sendiri!” kata Hyun Jong dengan yakinnya. Tangan kanannya menggenggam tangan Lee Na yang ada di belakangnya,”aku membenci sikap ibu...,jika ibu masih tetap begini..., aku takkan pernah mau kembali kerumah...”ucap Hyun Jong dengan nada yang sangat tegas.
”Hyun..., kau lebih memilih wanita miskin ini daripada ibu mu?! Anak macam apa kau ini!”lengking wanita itu dengan suara tinggi.
”mullonimnida**, aku mencintainya ibu, aku benar-benar mencintai Lee Na! Tak akan ada seorang pun yang akan memisahkanku dengannya”ucap Hyun Jong dengan tegas,dia langsung menarik Lee Na berlalu pergi dengan cepat.
Sang ibu hanya dapat menatap marah dengan penuh emosi, sementara Leena hanya sempat menatap penuh meminta maaf pada ibu Hyun Jong sebelum akhirnya naik ke motor besar milik Hyun Jong.
***
Hyun Jong menghentikan motornya di sebuah taman. Lee Na yang turun dari motor Hyun Jong kemudian berjalan menjauh dan duduk terdiam di sebuah bangku taman. Wajahnya pucat kaku. Hyun Jong menggenggam tangan Lee Na erat kemudian menyeka air mata Lee Na yang mengalir deras.
“mianhamnida***...”ucapa Hyun Jong hingga Lee Na memandang wajah Hyun Jong.
“aku yang seharusnya meminta maaf...,aku bersalah...,kakak....kakak seharusnya tidak melakukan hal itu pada ibu kakak sendiri....”ucap Lee Na lirih.
“aku tak bisa membiarkan ibuku memukul dan menghinamu, tidak untuk wanita yang ku cintai”kata Hyun Jong dan genggamannya makin erat menggenggam tangan Lee Na.
“tapi ibu kakak semakin membenciku...,aku ingin ibu... ibu merestui hubungan kita kak, tapi tidak seperti ini...., tidak dengan cara seperti ini”Lee Na menggelengkan kepalanya dan menatap Hyun Jong dengan nanar, ia kemudian melepaskan genggaman tangan Hyun Jong dengan perlahan.
“dan membiarkanmu di hina ibuku lagi...,tidak Lee Na...aku tak bisa...lebih baik seperti ini...” kata Hyun Jong dengan suara kaku,”...jangan membuat pengorbananku sia-sia Lee Na..., tidak dengarkan aku... apapun yang terjadi suka atau tidak aku keluar dari rumah itu...., aku akan berusaha sendiri..., apa kau tak mempercayaiku? percaya dengan persaanku?” tanya Hyun Jong penuh selidik.
Lee Na diam tertunduk, air matanya kembali mengalir,”tidak kak..., aku ..., aku mencintai kakak, sangat.. teramat...”jawab Lee Na,”tapi tidak dengan cara seperti ini..., aku tak ingin kakak membenci ibu kakak...., aku tak ingin kakak....”
“cukup! jadi kau lebih suka di hina ibuku dari pada bersamaku?” tanya Hyun Jong dengan nada tinggi, senyum separuhnya terlihat sinis,”lalu untuk apa selama ini aku membelamu....untu apa??!”
“tidak...,bukan itu maksudku....”Lee Na berusaha menjelaskan namun Hyun Jong tak ingin mendengarkan dan naik ke montornya,”kak....”
“...”tak ada jawaban dari Hyun Jong yang langsung menstater motornya, kemudian pergi meninggalkan taman itu. Meninggalkan Lee Na yang terduduk menangis.
“igôn modu jé jalmosimnida****....”isak Lee Na dengan nada miris.
+++==========*******==========+++
Lee Na kembali ke rumahnya dengan langkah gontai, hatinya pedih saat mengingat tatapan Hyun Jong yang menatapnya penuh kekecewaan. Lee Na berhenti dan berbelok ke sebuah rumah kecil, rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya setelah di tinggalkan begitu saja oleh ke dua orang tuanya.
Sesaat Lee Na terdiam ketika mendengar suara tangis bayi. Perlahan Lee Na dengan ragu masuk kedalam rumahnya.
Lee Na menjatuhkan tasnya dan menatap dimana suara berasal.
”Lee Na..., akhirnya kau pulang....” pekik seorang wanita dengan senyum cerah.
”Lee Na...” seru laki-laki di sebelah wanita itu.
Lee Na hanya diam,dan menatap bayi di pelukan wanita itu,”mengapa....?” ucapnya perlahan.
“Lee Na...” ucap wanita itu mengawali,”kami kembali...”
”mengapa kalian kembali?” tanya Lee Na dengan dingin.
”Kami merindukanmu...Lee Na..., maafkan kami Lee Na, anakku...., kami menyesal” laki-laki itu meyakinkan Lee Na yang terlihat akan meledak arahnya.
”oh iya Lee Na...ini Chae Ri....adikmu...”wanita yang ternyata ibu Lee Na itu mendekat ke arah Lee Na. Bayi kecil itu bergerak dan tersenyum kecil menatap Lee Na.
”h....”desah Lee Na berat yang di sertai senyum sinis bergetar,”jadi karena dia...,gara-gara dia selama 6 tahun kalian meninggalkanku tanpa mengatakan apa-apa padaku?”tuntut Lee Na.
”Lee Na...., bukan itu...maksud ibu....” wanita itu berusaha menjelaskan.
”tak pernah sekalipun kalian menghubungiku..., kalian membiarkanku sendiri...,tahukah kalian? Tahukah, aku bekerja untuk memenuhi diriku sendiri...”nadanya sangat dingin dan marah.
”maafkan ibu...jweisonghamnida*****”
”Lee Na tolong dengarkan penjelasan ayah..., saat itu kami terpaksa kami....”sang ayah mencoba menjelaskan.
”gôjitmalhaji maséyo******..., kalian membuangku seperti sampah...,membiarkanku sendiri, tak pernah....,tak pernahkah sekalipun kalian memikirkan perasaanku? TAK PERNAH KAN.....???” teriak Lee Na dengan nada keras dan membentak.
Sang ayah refleks menampar wajah Lee Na.
Lee Na menatap wajah sang ayah dengan penuh kebencian sambil memegangi pipinya yang terasa perih.
”Lee Na..., ma...maafkan ayah....”ucap laki-laki itu dengan perasaan bersalah,”ayah hanya ingin kau mengerti dan memaafkan ka…..”
"Tidak..., aku tak bisa menerimanya! Sekian tahun kalian meninggalkanku dan sekarang...." teriak Lee Na histeris sambil menatap nanar bayi mungil di pelukan ibunya yang terlihat mulai ketakutan dan akan menangis.
"maafkan kami Lee Na..."pinta sang ayah.
Namun tanpa memperdulikan apapun lagi Lee Na pergi dengan perasaan kecewa yang teramat besar dan benci yang membara di hatinya.
***
Lee Na terus berlari sambil menangis tanpa memperdulikan orang-orang yang menatap aneh padanya. Kekecewaan dan kegusarannya yang ia rasakan membuatnya kehilangan arah, Lee Na terus berlari hingga ia tiba di sebuah taman. Ia berhenti di taman yang sepi itu sambil terus menangis. Lee Na berpegangan pada sebuah tiang lampu taman untuk sejenak mengatur napasnya yang kelelahan karena ia paksa berlari sambil menangis. Air matanya masih terus mengalir.
”KENAPA???!.....”teriak Lee Na,”kenapa ini harus selalu terjadi padaku, wæ*******??” Lee Na duduk terisak sambil bersandar pada tiang lampu taman.
”Lee Na...”ucap Hyun Jong yang tiba-tiba telah berada dihadapan Lee Na.
”ka...kakak....”Lee Na yang terkejut menyeka air matanya dengan cepat.
”maafkan aku..., aku tahu tak seharusnya aku marah padamu..., maaf tadi aku mengikutimu...” Hyun Jong membantu Lee Na berdiri lalu menyeka air mata yang masih tersisa di pipi Lee Na,”narûl dûrô******** Lee Na..., aku bersalah padamu..., tapi bagaimanapun kau harus mengerti..., aku ingin membuat ibuku mengerti bahwa segalanya tak selalu harus di nilai dengan uang..., aku mencintaimu Lee Na..., dan itulah pilihanku....”kata Hyun Jong lembut.
”aku tak pantas di cintai kak.... jega nôege jotji ana*********, apa yang ibu kakak katakan benar..., kita berbeda... jauh berbeda kak...” isak Lee Na kali ini dia tertunduk, berusaha menyembunyikan air matanya. Namun Hyun Jong mengangkat wajah Lee Na dan menatap langsung ke matanya.
”tidak..., jangan ungkit itu lagi..., faktanya sekarang adalah keputusanku..., aku memilih sendiri jalanku..., dan itu tak akan berubah...”putus Hyun Jong sambil tersenyum penuh kelembutan,”aku akan mengantarmu pulang...” Hyun Jong menarik tangan Lee Na, namun Lee Na menahannya, hingga Hyun kembali berbalik menatap Lee Na.
”aku tak ingin kembali...” kata Lee Na dengan nada dingin.
”Lee Na...”
”tak ada tempat untukku...., aku tak akan kembali ke rumah itu....tak akan pernah...” kata Lee Na sambil menarik tangannya,”kakak pergilah..., jangan perdulikan aku....” ucap Lee Na dan berbalik akan berlari ketika Hyun Jong dengan cepat menarik tangan Lee Na dan memeluknya.
”aku tak akan membiarkan dirimu sendiri...., tak akan Lee Na...” ucap Hyun Jong terus memeluk Lee Na yang berusaha memberontak.
”kak..., ku mohon cukup..., kakak terlalu berharga....aku tak ingin kakak menderita...,kak kumohon lepaskan aku....” ronta Lee Na dalam pelukan Hyun Jong.
Hyun Jong tak mengatakan apa-apa dan terus memeluk Lee Na dengan erat, hingga Lee Na menyerah dan menangis.
”Marry me Lee Na...., menikahlah denganku Lee Na...”bisik Hyun Jong dengan lembut.
Lee Na hanya terdiam tak menjawab, kata-kata itu seolah mimpi baginya.
”aku mencintaimu..., dan aku berjanji akan membahagiakanmu...,nôrûl hangsang saranghal gôya**********” Hyun Jong melepas pelukannya dan menatap Lee Na yang masih terkejut,”aku masih menunggu jawabanmu Lee Na...”
”kakak...., bercandakan?” tanya Lee Na ragu sekaligus terkejut.
”aku bersungguh-sungguh...”yakin Hyun Jong, "menikahlah denganku Lee Na.., aku berjanji akan membahagiakanmu..." kata-kata itu membuat Lee Na tak dapat berkata lagi, keresahan, kekecewaan dan kemarahan membuatnya menganggukkan kepala. Entah mengapa Lee Na merasa yakin padanya. Lee Na mempercayainya, dan malam itu keduanya saling berpelukan di bawah sinar bulan yang lembut.
***
Tak ada pesta…, tak ada acara pernikahan meriah yang dirayakan selain Lee Na dengan gaun putih sederhananya dan Hyun Jong dengan jas hitamnya, mengikat janji di catatan sipil terdekat. Mae Kyung sahabat dekat Lee Na hanya menangis terharu, ia berperan paling besar dalam membantu pernikahan keduanya.
Malam itu setelah Hyun Jong melamar Lee Na, keduanya datang ke rumah Mae Kyung. Tujuan sebenarnya mencari tempat tinggal sementara bagi Lee Na yang tak ingin kembali ke rumahnya. Dan kebetulan tak jauh dari tempat tinggal Mae Kyung ada kantor catatan sipil tempat ayah Mae Kyung bekerja dan keduanya nekat untuk mengikrarkan janji setia pernikahan mereka.
2 hari setelah pernikahan keduanya memutuskan untuk meninggalkan kota itu. Tentu saja karena sering mendapat teror dari ibu Hyun Jong yang mamang tak menyetujui hubungan ke duanya.
***
“Lee Na…”seru Mae Kyung, sambil memeluk Lee Na erat.
”Mae..., aku pasti akan merindukanmu...”ucap Lee Na sambil melepas pelukan sahabatnya.
”aku mengerti...., berbahagialah kalian disana ya ..., kak Hyun Jong..., jaga Lee Na, ya?”pinta Mae Kyung pada Hyun Jong yang telah berdiri di sebelah Lee Na.
”aku mengerti..., aku akan menjaganya....aku berjanji” janji Hyun Jong sambil menggenggam tangan Lee Na dengan erat.
Seketika wajah Lee Na bersemu merah dan membuat Mae Kyung tertawa mencibir,”haish kau ini..., kalian kan sudah resmi...., yah walaupun harus ku akui semalam bukan pesta pernikahan yang baik menurutku...”kata Mae Kyung dengan nada sedih.
”Mae..., kau sudah cukup membantuku dengan meminjamkan gaunmu dan mengantar kami ke catatan sipil..., itu cukup kau sangat membantu kami...”Lee Na memeluk sahabatnya sekali lagi, hingga suara panggillan dari supir bus mengakhiri percakapan keduanya.
”ayo Lee Na....” ucap Hyun Jong dengan lembut.
”m...”angguk Lee Na dengan mantap, setelah melambaikan tangan pada Mae Kyung Lee Na naik ke dalam bus sambil tetap menatap sahabatnya yang melambaikan tangan padanya.
” Mianhamnida*...”ucap Hyun Jong yang memecah lamunan Lee Na.
”kakak..., jangan katakan itu lagi...”bantah Lee Na sebelum Hyun Jong menyelesaikan kata-katanya.
”aku seharusnya mengadakan pernikahan yang layak untukmu...”kata Hyun Jong dengan wajah bersalah.
Lee Na tersenyum sambil menatap Hyun Jong yang kini telah menjadi suaminya lalu berkata,”kau tau..., aku tak akan menyesal sama sekali jika pernikahanku tak di rayakan dan aku sama sekali tak mengharapkannya..., tidak bila itu bersama kau....”
Hyun Jong membalas Lina dengan tersenyum, lalu mengecup kening Lee Na dengan lembut, hingga para penumpang yang lain di buat iri karenanya hingga wajah Lee Na kembali bersemu merah.
”kak..., kau menggodaku terus....”omel Lee Na lalu berpaling menatap keluar jendela.
Hyun Jong tertawa kecil lalu berkata,”jangan marah nyonya Hyun Jong....”
”kakak.....”Lee Na meninju perlahan lengan Hyun Jong hingga keduanya tertawa bersama.
+++==========*******==========+++
Thailand, tepatnya di daerah pantai Pataya, bus yang di tumpangi Lee Na dan Hyun Jong tiba.
”kakak..., kita akan tinggal di mana?” tanya Lee Na sambil menatap kagum ke arah pantai dengan penuh perasaan gembira.
”kita bisa istirahat dulu jika kau lelah...”tawar Hyun Jong.
”tidak kak..., aku ingin melihat tempat yang akan kita tinggali...”
Hyun Jong tersenyum dengan semangat Lee Na,”baiklah...., jika itu maumu....”Hyun Jong membawa 2 tas besar dan menuntun Lee Na ke sebuah gang sempit di perkampungan sekitar.
”aku harap kau tak akan keberatan kita akan tinggal di tempat seperti ini...”ucap Hyun Jong penuh penyesalan.
Lee Na menggeleng cepat,”aku tak keberatan, bahkan senang..., kakak tahukan bagaimana aku hidup setelah kedua orangtuaku meninggalkanku...”yakin Lee Na.
Keduanya tiba di sebuah rumah petak kecil di sisi barat yang agak jauh dari perkampungan setempat, Hyun Jong membaca alamat di kertas kecil,”sepertinya mereka salah menunjukkan alamat...”ucap Hyun Jong dengan ragu.
”sepertinya tidak...,lihat...”Lee Na menunjukkan tulisan kecil yang sudah mulai memudar di dinding kayu rumah mungil itu,”tidak salah lagi...”.
”tapi...”ucap Hyun Jong dengan ragu.
”kak...ayolah..., teman kakak tak mungkinberbohongkan....”yakin Lee Na.
”yah..., kau benar...”keduanya kemudian masuk kedalam rumah yang terlihat sudah lama tak terawat itu dan mulai membersihkannya.
Rumah petak kecil itu memang di pinjamkan pada Hyun Jong dari sahabatnya. Hyun Jong bekerja di salah satu perusahaan fotografi dan Hyun Jong mendapatkan tugas di daerah Pataya. Dengan senang hati Lee Na yang selalu bekerja keras membersihkan tempat itu hingga layak huni. Lee Na tanpa segan mendatangi perkampungan warga untuk mendapatkan makanan dan membayar dengan uang seadanya.
”kau isirahat saja...., kau pasti lelah...”saran Hyun Jong setibanya Lee Na yang mendapatkan beberapa kilo beras, sekerat daging, roti gandum dan 3 kaleng sarden.
”tidak kak..., kakak saja...., mulai besok kakak harus bekerja kan?” tolak Lee Na.
”tapi...”
”sssttt....,jangan membantahku kak...”kata Lee Na berpura-pura galak.
Hyun Jong tertawa sambil mengusap pelan rambut Lee Na,”baiklah nyonya Hyun Jong...”.
”kakak....!!” seru Lee Na yang rambutnya berantakan sambil mengejar Hyun Jong yang berusaha menghindar.
***
Hari-hari Lee Na yang baru, mulai di jalaninya. Hyun Jong mulai bekerja hingga siang lalu mengambil tambahan dengan bekerja sebagai supir taxi bagi wisatawan. Sementara Lee Na dengan setia menunggu Hyun Jong pulang sambil membersihkan rumah dan memasak. Itu rutin di jalaninya hingga ia menemukan sesuatu yang membuat hidupnya berubah....
***
Hari itu Lee Na yang harus pergi ke pusat kota untuk membeli bibit tanaman yang di perlukannya untuk berkebut. Lee Na memang sedang senang-senangnya memulai untuk berkebun di petak taman kecil di sebelah rumhnya. Sebenarnya Hyun Jong menawari untuk menemaninya namun di tolak mentah-mentah oleh Lee Na yang beranggapan ia bisa melakukannya sendiri dengan mudah. Namun ia salah, buktinya Lee Na berkali-kali tersesat hingga menjelang sore ia baru mendapatkan jalan kembali yang benar. Lee Na kembali ketika hari mulai gelap. Langkahnya cepat menyusuri jalan sunyi di sudut kota untuk menuju halte yang terdapat agak jauh dari tempat itu.
Langkah Lee Na terhenti ketika dia tiba-tiba mendengar suara tangisan bayi.
”haish..., ini pasti gara-gara aku terlalu paranoid....”maki Lee Na pada dirinya sendiri. Ia melangkah cepat dan tangisan itu semakin terdengar memilukan. Lee Na berhenti dan manatap sebuah kardus di bawah lampu jalan di seberang jalan tempat Lee Na berdiri.
Entah apa yang membuatnya tergerak hingga ia melangkahkan kaki dan menghampiri kardus itu. Tangannya ragu untuk membuka kardus coklat yang suaranya kian mengeras.
Sambil menatap sekeliling tempat ia berdiri dan terlihat sepi.
Tangannya bergetar saat membuka kardus itu, sambil berdoa Lee Na membukanya dan terkejut akan isi kardus itu,”ba...bayi....!!”.
Tangisan bayi itu terdengar sangat jelas. Lee Na yang ketakutan berbalik akan meninggalkannya namun ketika dia melihat sekumpulan preman yang akan mendekat Lee Na mengurungkan niatnya dan kembali, dengan cepat dia mengambil bayi itu dari kardusnya dan berlari pergi sebelum para preman yang menatap ke arahnya mendekat.
“ku mohon diamlah....” pinta Lee Na mendekap bayi itu dengan sebelah tangannya dan sebelah tangannya lagi membawa belanjaannya. Para preman yang memang bertujuan tak baik pada Lee Na langsung mengejar Lee Na.
”ku mohon....,diamlah....”pinta Lee Na pada bayi itu yang tiba-tiba terdiam.
Lee Na terus berlari menyusuri jalan yang mulai ramai dengan suara mobil. Lee Na mencoba menghentikan sebuah taxi namun tak berhasil, para preman itu terus mengejar Lee Na.
Lee Na yang mulai putus asa berhenti akan melawan ketika sebuah mobil berhenti di sebelahnya.
”Lee Na...”seru Hyun Jong yang langsung menghampiri Lee Na.
”kakak....,h....syukurlah kakak datang....” seru Lee Na merasa lega.
Hyun Jong menatap para preman yang berusaha mengejar mereka tadi,”apa yang kalian inginkan?” tanya Hyun Jong.
”ini bukan urusan kalian, Kami hanya ingin wanita itu mengembalikan bayi kami!” kata salah seorang preman.
”dia bohong..., mereka bohong kak..., aku menemukannya di tinggalkan...”ucap Lee Na dengan perasaan aneh, ia tahu niat jahat para preman itu.
”berani sekali kau perempuan....”bentak salah seorangnya.
”aku lebih percaya dia..., ayo Lee Na kita pergi....”Hyun Jong menuntun Lee Na masuk ke dalam mobil. Namun belum sempat Hyun Jong masuk ke dalam mobil itu para preman menariknya dan langsung memukul Hyun Jong hingga terjatuh.
”kakak...”pekik Lee Na histeris.
Hyun Jong bangkit dan berusaha melawan namun ia kalah capat dan dipukuli para preman itu.
”hentikan...., hentikan........”teriak Lee Na, ia meletakkan bayi itu di jok belakang mobil. Lee Na berusaha keluar, namun Hyun Jong menahan pintu mobilnya dari luar,”kakak....,buka....ku mohon kak...,kakak....buka....”teriak Lee Na namun tak di perdulikan Hyun Jong yang kini telah babak belur hingga kepolisian Thailand datang dan para preman itu langsung pergi.
Lee Na menghampiri Hyun Jong yang kini telah babak belur itu.
”kakak...”isak Lee Na.
”aku tak apa...”ucap Hyun Jong berusaha bangkit namun kemudian jatuh terduduk lagi.
”kak...”
”sudahlah..., ayo kita pulang..., sebelum para polisi itu mengintrogasi kita...”kata Hyun Jong. Keduanya kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu.
***
Sesampainya di rumah, Lee Na segera mengobati Hyun Jong.
"maafkan aku kak..., aku tak bisa meninggalkannya sendiri...,dia terlihat lemah..."pinta Lee Na merasa bersalah sambil mengangkat bayi yang tertidur di sebelahnya. Di dekapnya bayi perempuan mungil itu.
"tak apa..., aku mengerti dan aku bangga padamu...., dia akan bisa menemanimu" ucap Hyun Jong sembari mengecup kening Lee Na yang tersenyum bahagia.
***
Kesibukan Lee Na yang terbaru adalah mengurus bayi mungil yang sekarang di beri nama Yu Na.
Hyun Jong juga cukup memanjakan anak angkatnya itu, sebagai ibu baru ia masih agak canggung mengurusi Yu Na yang masih balita itu, namun bantuan Hyun Jong membuatnya mulai terbiasa bahkan dengan titel baru yang di berikan warga sekitar dengan sebutan “ibu muda”.
Keduanya begitu bahagia menjalani hari-hari mereka dengan keromantisan dan juga keceriaan. Ketika memasuki tahun pertama pernikahan mereka...
“huek…”Lee Na membungkuk dikamar mandi dengan wajah pucat pasi, sementara Hyun langsung membelai punggung Lee Na.
“ada apa? Kau sakit?” tanya Hyun Jong khawatir.
”kakak tak perlu khawatir....aku hanya...,huek...”Lee Na kembali muntah. Setelah merasa agak membaik Lee Na kembali kedalam, sementara Hyun Jong dengan sigap mengambilkan air hangat untuknya.
”kau perlu sesuatu?” tanya Hyun Jong penuh perhatian.
”Tidak kak..., sudah ku bilang aku tak apa..., kakak tak perlu khawatir...,sudah waktunya kakak bekerja...,pergilah...aku tak apa...”ucap Lee Na mengingatkan.
Dengan enggan Hyun Jong beranjak dari tempatnya dan bersiap,”kau harus memeriksakan diri...”kata Hyun Jong sebelum pergi.
”aku tak apa kak...”
”Lee Na..., jika kau tak memeriksakannya aku akan mengantarkanmu...” kata Hyun dengan sedikit memaksa.
”kakak..., itu tak perlu....”tolak Lee Na, namun paksaan dari Hyun Jong membuatnya menyerah. Setelah Hyun Jong pergi Lee Na bersiap dan menitipkan Yu Na di rumah tetangga dekatnya.
Lee Na menyusuri jalan setapak yang agak curam untuk mencapai klinik yang ada agak jauh ke barat. Lee Na berjalan cepat di jalan yang jarang di lalui pejalan kaki itu, klinik yang dia tuju masih 1 km lagi jauhnya ketika dia mendengar benturan keras di sertai ledakan kecil, Lee Na berfikir ada yang ingin berbuat jahat kembali padanya namun, Sama seperti kejadian Yu Na, Lee Na mendengar suara tangisan yang terdengar sangat memilukan. Lee Na berbalik dan menuju sumber suara. Sebuah mobil terbalik dengan seorang balita yang menangis sambil menarik lengan ibunya yang terjepit di dalam mobil.
”Umma....Umma...”ratap balita yang di penuhi darah itu. Sang ibu dengan sekuat tenaga mencoba keluar dari jepitan mobilnya. Saat ia melihat Lee Na yang mematung terdiam, ia meminta Lee Na menarik anaknya menjauh.
”ku mohon...., bawa dia pergi nyonya....,ku mohon..., ku mohon jaga Rae Ah ku...a... aku mohon....”pintanya.
Lee Na sempat ragu namun, hatinya tergerak dengan suara tangis itu. Balita itu menangis sambil menatap sang ibu di depannya. Sesaat bau gas tercium tajam, dan tanpa fikir panjang Lee Na menggapai balita itu dan menariknya menjauh. Namun belum terlalu jauh, mobil itu tiba-tiba meledak. Penduduk yang mendengar ledakan besar itu langsung menuju asal suara dan menemukan Lee Na yang telah tak sadarkan diri tertelungkup sambil melindungi balita yang juga ikut tak sadarkan diri dan warga langsung membawa keduanya keklinik.
***
”Lee Na....”pekik Hyun Jong khawatir ketika Lee Na membuka matanya.
”mh...,kakak....”ucap Lee Na dengan suara lemah.
”syukurlah kau telah sadar...”Hyun Jong mengecup kening Lee Na lama,”jangan membuat ku khawatir lagi...aku mencintaimu Lee Na...” Hyun Jong meremas tangan Lee Na dengan kuat.
Lee Na mengangguk pelan, ia ingat akan balita yang di tolongnya,”bagaimana dengan anak itu?”tanya Lee Na lemah.
”dia tak akan apa-apa...., dia masih tertidur di kamar sebelah...., kau yang parah Lee Na...”Hyun Jong menatap kondisi Lee Na yang mengalami luka bakar di punggung dan luka robek di pelipisnya akibat terbentur batu saat ledakan itu terjadi.
”syukurlah...,maafkan aku kak...aku hanya merasa kasihan padanya...”jelas Lee Na,”apakah ibu anak itu...”
”tak ada yang tersisa dari ledakan itu....”kata Hyun Jong dengan nada lirih.
”kasihan anak itu..., lalu apakah ada keluarganya yang datang?”
”tidak...., warga tidak ada yang tahu identitas mereka...,sepertinya mereka turis...”jawab Hyun Jong,”Lee Na..., jangan fikirkan apapun...., kau harus istirahat...”
”kak..., aku merasa sehat” elak Lee Na sambil tersenyum,”kak..., aku tau ini akan sulit.., tapi...bolehkah aku merawat anak itu hingga keluarganya datang?” tanya Lee Na perlahan. Hyun Jong mendesah sesaat lalu tersenyum,”aku tahu kau akan melakukan itu...,aku tak akan keberatan...,asalkan kau bahagia....”jawab Hyun Jong yang di sambut senyum cerah Lee Na.
”terimakasih kak....”
”m...., kau tahu..., mungkin terlalu muda bagi kita untuk memiliki 3 anak di usia kita sekarang...” kata Hyun Jong.
”tiga?”tanya Lee Na bingung. Hyun Jong mengangguk lalu menatap ke arah perut Lee Na,”maksud kakak....,aku....”
”ya...,5 minggu...”tambah Hyun Jong, Lee Na memegang perutnya sambil mengusapnya. Air matanya menetes, senyum bahagia mulai menghiasi dirinya.
”syukurlah kau tak apa-apa di dalam...., maafkan aku....” bisik Lee Na, Hyun Jong menggenggam tangan Lee Na lalu kembali mengcup kening Lee Na mesra.
***
Setelah dinyatakan sehat Lee Na di perbolehkan kembali ke rumahnya. Lee Na berusaha keras mendekatkan diri pada Frans, batita berusia 3 tahun yang masih dalam keadaan syok.
Hari berganti bulan, kini kandungan Lee Na memasuki usia 5 bulan. Yu Na yang sudah mulai bisa merangkak dan Rae Ah yang sudah mau berbicara dengannya membuat segalanya sempurna bagi Lee Na. Menjadi calon ibu muda tak mudah bagi Lee Na, ketakutan saat nanti melahirkan membuatnya sedikit frustasi. Hyun tau kondisi istrinya dan berusaha membuat Lee Na serileks mungkin. Keluarga kecil itu terus melewati masa mereka.
”Yu Na..., sudah ku bilang jangan suka memasukkan kunci ayahmu kedalam mulut...”pekik Lee Na, pada Yu Na yang telah merangkak naik ke atas meja sambil tertawa senang,”mana kakakmu? Rae Ah?”Lee Na segera menggendong Yu Na dalam pelukannya dan mencari Rae Ah ke halaman belakang.
Rae Ah duduk diam dibawah sebuah pohon sambil memandang sebuah buku cerita bergambar yang baru saja di belikan Hyun Jong untuknya.
”Rae Ah?”tegur Lee Na. Rae Ah menatap Lee Na sekilas lalu kembali memandang buku bergambarnya,”ayo masuk..., kita makan bersama...”rayu Lee Na.
”belum selesai umma...” jawab Rae Ah terus sibuk membaca.
”hm..., umma tak akan makan jika kita tidak makan bersama...” kata Lee Na setengah memaksa. Rae Ah menatap Lee Na lalu mengalah.
”gêrǽyo* umma...” Rae Ah menutup bukunya dan mengikuti Lee Na masuk kedalam.
Ketiganya makan bersama. ”Umma...”
”hm...” jawab Lee Na yang tengah sibuk menyuapkan bubur pada Yu Na.
”umma..., bolehkah aku bermain ke desa?” tanya Rae Ah pelan.
”...”Lee Na menatap sekilas Rae Ah yang tertunduk. ”sungguh? Atau kau mau ku temani?” tawar Lee Na.
”anio umma, aku ingin pergi sendiri” tolak Rae Ah dan memberanikan diri menatap Lee Na.
“m...”Lee Na tersenyum,”baiklah..., kau boleh bermain asalkan kau pulang sebelum sore...”syarat Lee Na.
Rae Ah tersenyum dan mengangguk senang. ”umma..., terimakasih....”
”iya anak pintar...”kata Lee Na dengan senyum lembutnya.
Walaupun hanya pergi ke desa terdekat Lee Na merasa harus memantau Rae Ah hingga akhirnya mengikutinya ke desa. Sementara Rae Ah yang tak tau dirinya diikuti terus berjalan ke arah jalan setapak hingga tiba di sebuah rumah.
”Rae Ah?”seru seorang anak.
”T-Chan...”senyum Rae Ah mengembang ketika memasuki sebuah rumah. Dengan mengendap Lee Na mengintip melalui jendela yang terbuka.
”seperti biasakan Rae Ah? Aku memiliki beberapa buku baru...”kata anak itu sambil menunjukkan beberapa koleksi bukunya.
Lee Na tersenyum. Tak ada yang perlu dia khawatirkan lagi, saat akan meninggalkan tempatnya berdiri seseorang menyapanya hingga Lee Na berhenti.
”nyonya Hyun..., tumben sekali anda datang ke sini...”sapa seorang wanita paruh baya.
”ah..., m...nyonya Sam...apa kabar?”ucap Lee Na gugup karena sepertinya, Rae Ah mengetahuinya dan menengok dari jendela.
”umma...”
”eh..., Rae Ah...kau sedang bermain? U...umma sedang mengajak Yu Na berjalan-jalan saja”Lee Na beralasan. Yu Na langsung memberengut karena dirinya di jadikan alasan.
”nyonya Hyun..., silahkan anda mampir dulu...”senyum wanita itu,”kita bisa sekalian berbincang..., oh iya Rae Ah sering sekali bermain ke sini ..., T-chan tidak kesepian lagi berkat Rae Ah...”tawanya, dengan sungkan Lee Na masuk ke dalam rumah itu. Yu Na yang masih ngambek memberontak minta di turunkan.
”iya-iya..., maafkan Umma, Yu Na...”pinta Lee Na yang kerepotan pada rontaan Yu Na.
”Umma bohong ya? Umma mengikutiku?”tanya Rae Ah saat T-chan dan ibunya sedang mengambilkan minum.
”ti...tidak...”Rae Ah terus menatap tajam pada Lee Na dan membuat Lee Na mengaku,”baiklah....baiklah...Umma mengaku...,iya umma mengkhawatirkanmu...”aku Lee Na dengan jujur.
”kenapa Umma?” tanya Rae Ah menuntut.
”umma..., hanya khawatir...”
”umma bohong....”Rae Ah berlari keluar.
Lee Na terkejut begitu pula dengan T-chan dan ibunya.
***
Hingga menjelang sore Lee Na tak menemukan di mana Rae Ah berada. Hyun Jong yang telah pulang ikut mencari di bantu penduduk lain. Hyun Jong melarang Lee Na untuk pergi karena kondisi Lee Na yang tak memungkinkan.
”biarkan aku ikut Hyun...”pinta Lee Na.
”tidak sayang..., kau harus banyak istirahat...,ingat...”Hyun Jong memandang perut Lee Na.
”tapi karena aku dia....”
Hyun tersenyum,”aku akan mencarinya...”ucap Hyun. Yu Na yang rewel karena masih ngambek dan terus merengek pada Hyun, akhirnya ia membawa Yu Na untuk mencari Frans.
”kenapa semuanya marah padaku sih?” ucap Lee Na dengan perasaan sedih, perlahan dia menutup pintu rumahnya setelah Hyun pergi.
***
”hei..., kenapa kau marah pada ibumu anak pintar?”tanya Hyun pada Yu Na yang ada di pelukannya.
”ma...”ucap Yu Na yang hanya bisa cemberut.
”maafkan ibumu..., kasihan dia...kau menyayanginya kan?”tanya Hyun sambil membelai kepala Yu Na dan merapatkan jaketnya.
”...”Yu Na hanya diam dan meringkuk di dekapan ayahnya,”niii...”ucap Yu Na tiba-tiba dan membuat langkah Hyun berhenti.
”ada apa? Kau melihat unni mu...?” tanya Hyun, Yu Na menggapai-gapai tak jelas ke belakang sebuah bukit kecil, Hyun menengok dan menemukan sosok Rae Ah menangis di sebuah gundukan tanah. Perlahan Hyun mendekat.
Isakan Rae Ah masih terdengar sangat memilukan. Dia terus memanggil dan berseru,”umma...,umma Rae Ah rindu Umma...”
”...” Rae Ah menghentikan tangisnya dan menatap takut pada Hyun Jong. ”appa...”
”Rae Ah...,syukurlah kau tak apa-apa...”kata Hyun Jong sambil mendesah lega pada kondisi Rae Ah.
”a...ap...appa tidak memarahiku?”tanya Rae Ah ketakutan.
”tidak..., appa tidak akan memarahimu..., ayo kita pulang...umma mu mengkhawatirkanmu...”Hyun tersenyum pada Rae Ah yang langsung menurut.
”niii...”ucap Yu Na tertatih. Rae Ah menatap Yu Na sekilas namun kembali berpaling.
”Umma pasti lega kau telah di temukan..., dia sangat mengkhawatirkanmu...”ucap Hyun Jong memecah kesunyian.
”umma pasti memarahiku...”kata Rae Ah yang akan terisak lagi.
”tidak Rae Ah, umma-mu sangat menyayangimu...,dia mengkhawatirkanmu...”
”umma bohong padaku...”
Hyun Jong tersenyum pada Rae Ah,”tidak Rae Ah...walaupun dia bukan ibu kandungmu..., tapi dia sangat menyeyangimu...,yakinlah”, Rae Ah tidak membalas kata-kata Hyun Jong dan terus menunduk sepanjang jalan.
”pa....”ucap Yu Na tertarih.
”dia menyayangimu juga...”ucap Hyun Jong seakan mengerti kata-kata Yu Na. Ketiganya memasuki rumah. Lee Na tertidur di meja makan di sebelah hidangan yang telah di siapkan untuk Rae Ah.
Rae Ah menatap Lee Na yang tertidur karena lelah.
”dia selalu menunggumu..., dia menyayangimu...” kata Hyun Jong.
”...”Rae Ah perlahan melangkah ke arah Lee Na dan kemudian memegang wajah Lee Na. Lee Na tersentak kaget oleh sentuhan tangan Rae Ah yang kedinginan.
”Rae Ah..., kamu sudah kembali?, kau sudah makan? Kenapa tanganmu dingin..., umma akan buatkan susu hangat untukmu...”kata Lee Na dengan panik.
”Umma..., maafkan Rae Ah...”Rae Ah memeluk Lee Na hingga Lee Na terdiam. Hyun Jong tersenyum pada Lee Na mengisyaratkan sesuatu pada Lee Na.
”iya sayang..., umma menyayangimu...,maafkan umma...”ucap Lee Na balas memeluk Rae Ah walau terhalang perut besarnya.
”umma...”
”sssttt...,ayo kita makan...”kata Lee Na lembut, Hyun Jong mendekatkan Yu Na menggapai-gapai pada Lee Na yang langsung di mengerti Lee Na,”kau tak marah lagi padaku?”tanya Lee Na pada Yu Na yang langsung memeluk lehernya.
Hyun Jong dan Lee Na langsung tersenyum. Keempatnya mengelilingi meja makan dalam suasana yang teramat indah. Hyun Jong terus menatap keluarga kecilnya. Tak hentinya senyumnya terus mengembang dan berkali-kali membuat wajah Lee Na memerah.
Frans kini lebih terbuka pada Lee Na dan ia berusaha menempatkan posisi Lee Na sebagai pengganti ibunya. Ia mengerti kasih sayang yang di berikan keluarga kecil itu padanya sangat hangat dan tulus. Kini Rae Ah tak sabar untuk menanti adik kecilnya yang akan segera lahir, sementara Yu Na terus membuat Lee Na mengomel karena kenakalannya.
***
“Umma…”seru Rae Ah yang langsung menghampiri Lee Na yang tertunduk sambil memegangi perutnya.
“umma tidak apa-apa sayang…” ucap Lee Na sambil menahan sakit di perutnya.
Rae Ah terus menatap Lee Na lekat, Lee Na tersenyum pada Rae Ah agar tidak mengkhawatirkannya.
”umma..., di mana appa??” tanya Rae Ah.
”e...entahlah...”sejenak Lee Na terduduk. Tak lama terdengar suara ketukan pintu dan tanpa perintah Rae Ah membukakannya dengan menaiki sebuh kursi.
”ah...maaf anak manis ..., apakah ada orang di rumah ini?”tanya wanita itu pelan sambil membantu Rae Ah turun dari kursi.
”akh....”pekik Lee Na, Rae Ah segera berlari diikuti wanita itu.
”Lee Na!”
” Ma...Ma...e Kyung”kata Lee Na yang terduduk di lantai sambil memegangi perutnya. Mae Kyung langsung membantu Lee Na duduk dan mengambilkan air hangat untuknya. Sementara Rae Ah duduk di sebelah Yu Na yang sedang asik bermain kunci.
”kau baik-baik saja?” tanya Mae Kyung dengan cemas.
Lee Na mengangguk kuat lalu menegakkan duduknya ketika pintu rumahnya kembali diketuk. Lee Na beranjak namun Mae Kyung menahannya.
”biar aku saja...”Mae Kyung segera menuju pintu, namun Lee Na yang penasaran memaksakan diri meenuju pintu.
”Disini rumah tuan Hyun Jong..., ada apa tuan-tuan?”tanya Mae Kyung pada 2 orang polisi.
“kami hanya ingin mengabarkan jika tuan Hyun Jong mengalami kecelakaan…, dan sekarang dia berada di rumah sakit Chula Longkorn…”jelas salah seorang polisi.
“APA….TIDAK…”pekik Lee Na histeris. Ia terduduk lemas, tangisnya pecah. Mae Kyung langsung menenangkan Lee Na,”ti...tidak....semua pasti bohong kan..., semua bohong...”ucap Lee Na tak percaya.
”Lee Na tenangkan dirimu...”ucap Mae Kyung. Namun Lee Na yang tak perduli langsung membawa Yu Na dan Rae Ah kerumah sakit bersama Mae Kyung dengan menumpang mobil polisi.
Sesampainya di ICU...
”nyonya...”pekik Lee Na pada ibu Hyun Jong yang telah berada di depan ICU dengan air mata membasahi matanya.
Sejenak wanita itu menatap Lee Na dengan nada marah,"Menjauh kau.........,dasar wanita miskin tak tahu diri...., gara-gara kau anakku ..., anakku.....tidakkkk...."teriaknya pada Lee Na yang terus menangis sambil memegangi perutnya yang telah membesar.
"nyonya maafkan..."ratap Lee Na dengan kesedihan yang teramat.
"tidak...,jika kau mau berjanji padaku bahwa kau tak akan menemuinya lagi..."syarat Ibu Hyun Jong dengan keras.
"tapi nyonya..."Lee Na berusaha membantah.
"aku tak akan bersimpati dengan kandunganmu..., kau harus pergi darinya…!!”bentak Ibu Hyun Jong dengan suara keras.
Lee Na mendekat pada mertuanya dan menggengam tangannya. Mae Kyung hanya dapat menatap sambil menggendong Yu Na, dan Rae Ah di sebelahnya menatap takut,”nyonya..., maafkan saya saya tidak bermaksud....”
Namun dengan marahnya ibu Hyun Jong mendorong Lee Na keras hingga membentur tembok dan jatuh terduduk.
”akh....”rintih Lee Na sambil memegangi perutnya. ”sa...sakit...”
”umma....”pekik Rae Ah yang langsung mendekat.
”nyonya..., anda keterlaluan...”ucap Mae Kyung sambil menatap Ibu Hyun Jong yang terdiam terpaku.
”umma...”ucap Rae Ah, Mae Kyung menatap Lee Na dan matanya terarah pada darah di kaki Lee Na,”umma...”tangis Rae Ah.
”akh..., perutku...”teriak Lee Na manahan sakit. Mae Kyung langsung berlari mencari pertolongan. Air ketuban Lee Na yang pecah mengaharuskannya untuk mengeluarkan bayinya sebelum waktunya.
”Argh....”teriak Lee Na dengan sekuat tenaga berusaha mendorong bayinya keluar.
”ayo nyonya..., terus dorong...”ucap sang suster memberi semangat.
Sementara itu ...
Di ruang ICU, oprasi Hyun Jong masih di lakukan. Baik Lee Na maupun Hyun Jong sama-sama berjuang. Lee Na terus berusaha sekuat tenaganya. Mae Kyung, Rae Ah dan Yu Na menunggu di luar dengan harap cemas. Sementara ibu Hyun Jong hanya dapat menatap kaku ke arah mereka.
”ayo nyonya....terus...”
”aku...h...h..., sudah tak kuat... lagi...” ucap Lee Na dengan wajah yang sangat letih.
Di ruang ICU, dokter berusaha memicu jantung Hyun Jong yang sempat lemah, hingga jantungnya kembali berdetak bertepatan saat Lee Na berteriak namanya,”HYUN.....”suara tangisan terdengar keras, sang suster memperlihatkan bayi Lee Na yang berjenis perempuan sebelum Lee Na tertidur karena kelelahan.
”umma...” pekik Rae Ah saat mata Lee Na bergerak terbuka.
”m...”desah Lee Na lemas.
”Lee Na..., syukurlah...” pekik Mae Kyung merasa lega.
Lee Na tersenyum lemah pada sahabatnya lalu berkata,”daedanhi kamsahamnida Mae...”
”chon maneyo..., aku sangat mengkhawatirkanmu..., aku merindukanmu Lee Na...”isak Mae Kyung sambil meneteskan air mata,”aku datang untuk bertemu dengan mu..., tapi...”
”hm..., aku mengerti..., maaf aku tak bisa menjamu-mu selayaknya...” ucap Lee Na yang langsung di bantah Mae Kyung.
”tidak..., aku tak apa..., tapi kau...”
”sudahlah..., aku tak apa...”wajah Lee Na berubah menjadi mendung. Mae Kyung mengerti dan memilih diam.
”appa..., appa sakit ya umma?”tanya Rae Ah dengan polosnya.
Lee Na hanya mengangguk sambil tersenyum. Dia tak ingin menjawab namun tak ingin juga membantah.
”umma jangan sedih ya? Adik sudah tidur umma..., umma jangan khawatir...” kata Rae Ah sambil memegang tangan Lee Na.
”iya sayang...” tak ada lagi pembicaraan saat itu. Lee Na sibuk dengan fikiran dan kesedihannya.
+++==========*******==========+++
”Lee Na kamu belum boleh keluar...”kata Mae Kyung menahan, Lee Na yang bersikeras menjenguk Hyun Jong.
”aku ingin beretemu dengannya Mae..., aku istrinya...”Lee Na bertahan dan tetap berjalan ke arah sebuah kamar. Namun saat dia melihat kamarnya tak ada seorang pun di sana.
”apa kau salah kamar?”tanya Mae Kyung memastikan.
Seorang suster datang ke kamar itu sambil membawa selimut baru dan bertanya pada Lee Na,”maaf nyonya..., ada yang bisa saya bantu?”tanya suster itu.
”di mana pasien kamar ini suster?”tanya Lee Na dengan suara tertahan.
”anda skeluarga pasien? Pasien di sini baru saja di makamkan..., maaf nyonya saya harus membersihkan tempat ini silahkan anda keluar...” ucap suster itu. Lee Na keluar dari ruangan itu dengan wajah hampa dan tatapan kosong.
”tidak...,ini tidak mungkin....TIDAK!”Lee Na meremas rambutnya.
Mae Kyung berusaha menahan Lee Na namun Lee Na memberontak dan berlari ke arah bagian informasi. Hasil yang di dapat sama saja, pernyataan bahwa Hyun Jong suaminya telah meninggal.
”TIDAK...........”teriak Lee Na lemas. Tubuhnya oleh dan akhirnya dia tak sadarkan diri.
”Lee Na...,Lee Na...”Mae Kyung berusaha menyadarkan Lee Na, suster lain yang panik berusaha mencari bantuan ketika seorang dokter datang dan langsung mengangkat Lee Na.
+++==========*******==========+++
Selama 2 minggu Lee Na harus dirawat dirumah sakit, selama itu Lee Na tak pernah bicara dan hanya diam sambil terus menangis. Selama ia di rumah sakit, biaya perawatannya telah di bayarkan oleh seseorang.
Tiba saatnya Lee Na meninggalkan rumah sakit. Lee Na bagaikan mayat hidup dan hanya terus termenung. Di sebuah pemakaman umum...
“aku mencintaimu...aku mencintaimu...,kenapa kau tinggalkan aku? Kenapa?”ucap Lee Na di batu nisan yang bertuliskan Hyun Jong. Rae Ah dan Yu Na hanya dapat menatap Lee Na dengan sedih, sementara Mae Kyung yang menggendong Hyo Ri, bayi kecil Lee Na yang baru saja lahir dan Mae Kyung hanya dapat menguatkan Lee Na dari belakang,”aku tak bisa tanpamu..., aku tidak bisa....aku TIDAK BISA!!”Lee Na menghentakan tangannya ke makam itu air matanya terus mengalir, kepedihan dan kesakitan bercampur menjadi satu. Tak ada yang berani mengusiknya mereka hanya diam tanpa kata.
***
”Ikutlah denganku Lee Na...”ucap Mae Kyung yang bersiap akan kembali.
Lee Na tersenyum lalu menggeleng,”aku akan terus di sini..., aku akan terus bersama Hyun Jong...” kata Lee Na dengan tenang.
”tapi kau tak bisa selamanya seperti ini...”kata Mae Kyung tak setuju.
”pergilah..., kau bisa ketinggalan bus...”
”Lee Na...”
”Mae...”kata Lee Na dengan lembut,”aku hanya akan bersama Hyun Jong...”
”tapi dia telah mati Lee Na....”
“TIDAK....”ucap Lee Na dengan suara keras,”TIDAK..., dia pasti kembali...dia pasti kembali...”teriak Lee Na dengan menghentak.
Mae Kyung yang terkejut akan sikap Lee Na langsung membentak marah,”baiklah....!!! jika itu mau mu...., aku akan pergi...”kata Mae Kyung langsung mengangkat tasnya dan pergi.
Lee Na terduduk lemas, hatinya sakit menerima kenyataan. Sementara mendengar pertengkaran itu Yu Na dan Hyo Ri yang tertidur langsung menangis bersamaan. Dan Rae Ah hanya dapat terdiam.
+++==========*******==========+++
"apa yang harus kulakukan??"ratap Lee Na. Tatapannya nanar menatap ke 3 anaknya yang tertidur lelap di sebelahnya. air matanya terus mengalir,"mengapa semua yang ku kerjakan selalu salah....mengapa???" hentakan marah di dalam hatinya, membuatnya tak sadar ada yang mengetuk pintu rumahnya.
Katika ia tersadar, ketukan itu semakin kuat dan menyedarkan Lee Na. Lee Na memandang takut ke pintu dan mencoba tenang saat dia mengintip ke jendela. Lee Na terkejut dan langsung berbalik mundur ketika dia mendengar.
”hei nyonya keluarlah..., serahkan bayi itu dan kami tidak akan menyakitimu..., kami tahu suamimu telah tiada..., cepat keluar sebelum kami melakukan kekerasan padamu...”teriak suara itu dengan keras.
Lee Na langsung membangunkan Rae Ah yang tersentak kaget,”umma..., ada apa?”
”ayo cepat bergegas, bawa saja barangmu...cepat...” pekik Lee Na histeris ketika dobrakan dipintu semakin keras. Rae Ah yang mengerti langsung memasukkan bajunya. Lee Na segera menggendong Yu Na dan meletakkan di punggungnya sementara Hyo Ri berada di depan,”ayo nak...”kata Lee Na yang langsung keluar dari jendela belakang. Lee Na dan Rae Ah berlari ke arah hutan namun Hyo Ri yang terbangun langsung menangis dan membuat orang-orang itu sadar. ”Ayo Rae Ah cepat...”kata Lee Na ketakutan, keduanya tersu berlari melewati hutan hingga tiba di jalan setapak, Lee Na meminta bantuan dari mobil yang lewat, namun tak satupun yang mau berhenti hingga keduanya kembali berlari.
”heyyy....”teriak preman itu.
Lee Na terus berlari sambil menggenggam tangan Rae Ah, ketika sebuah mobil berhenti di sebelahnya,”ayo cepat naik...” ucap seseorang dari dalam mobil itu.
Tanpa fikir panjang Lee Na langsung naik ke dalam mobil itu.
”te...,terimakasih...”kata Lee Na dia memindahkan Yu Na ke depannya dan memeluk Hyo Ri dan Yu Na.
”umma..., itu dokter yang pernah menolong umma...”kata Rae Ah sambil menatap lekat orang yang menolong keluarganya.
”m..?”Lee Na yang tak mengerti hanya memandang penyelamatnya.
Orang itu tersenyum manis pada Lee Na, dan mengangguk,”aku seorang dokter di rumah sakit di tempat anda di rawat..., kau pernah tak sadarkan diri di lobi rumah sakit...”ingatnya dan membuat Lee Na berfikir agak lama,”perkenalkan....”
“aku Heo Young Saeng…, mungkin kau tidak mengingatku…”ucap laki-laki itu memperkenalkan diri.
Lee Na masih berusaha mengingat hingga Hyo Ri menangis,”sstt…jangan menangis sayang…”
Laki-laki itu diam-diam menatap Lee Na kagum.
”kita mau ke mana umma?” tanya Rae Ah tiba-tiba, membuat Lee Na tersadar.
”m..., maaf aku merepotkan...m...”kata Lee Na dengan ragu.
“Panggil aku Saeng...”katanya sambil tersenyum.
”Saeng Baksanim ( Dokter Saeng)..., m...maaf telah merepotkanmu...aku dan anak-anakku turun di sini saja...”ucap Lee Na dengan canggung.
”tak perlu sungkan..., aku akan mengantarmu..., kemana tujuanmu?”tanyanya dengan sopan.
”...”Lee Na diam tertunduk.
”ada apa?, aku menyinggungmu?” tanya Saeng sambil memperhatikan raut wajah Lee Na yang berubah mendung.
Setitik air mata Lee Na jatuh,”Entahlah..., aku tak memiliki tujuan yang pasti. Aku hanya ingin melindungi anak-anakku...”
Saeng terdiam dengan pernyataan Lee Na. Cukup lama dia berfikir hingga berkata pada Lee Na,”jika kau mau..., kau bisa bekerja di panti asuhan milikku..., tapi tempatnya di Korea...” ucap Saeng memberi pilihan dan membuat Lee Na berfikir keras.
”kau terlalu banyak membantuku...”tolak Lee Na halus,”aku tak bisa...”
”fikirkanlah dulu..., kau memiliki banyak waktu..., aku bisa menyewakanmu sebuah penginapan jika kau ingin...”tawar Saeng.
Lee Na sempat berfikir curiga pada niat Saeng. Namun, belum sempat Lee Na berfikir ke hal lain Saeng menghentikan mobilnya di depan pos polisi.
”jika aku berniat jahat padamu..., kau bisa melaporkanku sekarang...”ucap Saeng sambil menjawab keraguan Lee Na.
”paman..., paman tak ingin menculik aku dan umma serta adik-adikku-kan?”Rae Ah yang tak tahan bertanya mengatakan sesuatu yang membuat Saeng tertawa hingga Lee Na terdiam menatapnya.
Saeng mengusap kepala Rae Ah lembut,”tidak anak manis..., aku tak akan berbuat sejahat itu pada kalian..., aku ingin membantu umma-mu anak manis....”.
Rae Ah mengangguk dan menatap Lee Na,”umma...”
Lee Na sempat terkejut dan membuat Yu Na serta Hyo Ri yang ada di pelukannya sedikit tersentak.
Lee Na kembali berfikir, hingga akhirnya dia mengangguk,”aku akan bekerja di pantimu untuk membalas jasamu yang telah menolong kami...” putus Lee Na pada akhirnya.