Author POV
Matahari mulai menampakkan wajahnya, embun berjatuhan dari atas dedaunan. Musim panas telah tiba, saatnya para pelajar untuk memulai hari-harinya. Berada di sekolah yang bagaikan tempat paling menyengsarakan bagi mereka.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAGGGGGGGGGHHHHHHHH!!!!” Tiba-tiba saja Hayoung berteriak dengan kencangnya. Karena mendengar suara adiknya itu, Ilhoon terbangun dari tidurnya. Dia langsung berlari menuju kamar adiknya itu.
“Hayoung, ada apa? Kenapa kau berteriak tak jelas seperti i...” betapa kesalnya Ilhoon saat tahu Hayoung berteriak karena sedang dikelitik oleh Bora, kakak perempuan Ilhoon.
“Ya! Baboya! Kenapa kalian berdua melakukan hal tak jelas seperti ini hah? Aku capek, aku ingin tidur dengan tenang. Aku kan sudah bilang kemarin.” Kesal Ilhoon.
“Ilhoon ah, kenapa kau menyebut noonamu dengan babo. Kalau kau memang ingin tidur, tidurlah di malam hari. Bukan pagi hari, siapa yang menyuruhmu pulang malam-malam. Sekarang kan mudah saja bagiku membangunkan kalian berdua. Kalian harus siap-siap pergi sekolah. Ilhoon, kau pergilah ke kamar mandi. Biar Hayoung sarapan dulu.” Akhirnya Ilhoon dengan wajah cemberutnya pergi ke kamar mandi. Terlihat jelas di wajahnya bahwa dia benar-benar ingin tidur, tidur yang lama tanpa ada gangguan.
-=-=-=-=-=-
Setelah selesai mandi, Ilhoon segera pergi ke meja makan. Dia tak ingin mengulur banyak waktu di rumah, dia ingin segera berangkat sekolah dan tidur. Karena dia tahu, hari pertama sekolah di musim panas, pasti hanya upacara dan perkenalan kelas baru. Hayoung bergantian pergi ke kamar mandi setelah melihat Ilhoon di meja makan.
“Bora Noona, kemana Kyuhyun hyung?”
“Mana aku tahu, kenapa kau tanya padaku. Bukankah kalian pergi bersama semalam. Memangnya kemana kalian kemarin?” Tanya Bora.
“Oh, pergi ke tempat biasanya Noona. Game center.”
“Ampun ya kalian itu, nggak hyungnya nggak dongsaengnya, sama-sama bandel.” Bora menceramahi tak henti-hentinya hingga membuat telinga Ilhoon capek mendengarnya. Tapi karena Ilhoon sudah biasa, dia hanya bisa menutup telinganya dengan mata batinnya.
Author POV END
Ilhoon POV
“Noona, sudahlah. Jangan banyak bicara, nanti kau bisa cepat jadi tante-tante loh. Aku pergi dulu ya! Hayoung, kau ikut denganku tidak? Kalau iya, ayo cepetan dikit!”
“Ya! Ilhoon, noona belum selesai bicara denganmu.” Teriakan Bora noona sama sekali tak kudengar. Aku hanya mengambil sepatu dari loker sambil menunggu Hayoung. Kalau pernyataan Bora noona kujawab lagi, pasti aku takkan mengikuti hari pertama sekolah musim panasku dan akan bertahan di rumah, mungkin aku bisa mati karena mendengar ceramahnya.
-=-=-=-=-=-
“Ilhoon oppa, apa kau tahu kalau sekolah kita saat liburan kemarin ada, heeemm..” Kuperhatikan wajah Hayoung karena sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu yang penting, saat dia sadari aku sedang melihatnya, dia malah menyemprot padaku.
“Ya! Ilhoon oppa. Aku ingin bercerita padamu. Tapi kenapa kau melihatku seperti itu. Kau tak mau mendengarku hah?”
“Ya! Kenapa kau berpikiran seperti itu, aku hanya ingin tahu ceritamu. Makanya kudengar baik-baik.” Aish, bisa-bisanya aku punya adik oon seperti Hayoung ini. Dimana-mana, orang yang mau cerita pasti bakal didengar baik-baik kan. Bikin naik darah saja.
Hayoung bercerita padaku bahwa liburan kemarin di sekolah ada pembunuhan. Bagiku itu berita bagus, pasti akan ada hal aneh di sekolah. Entah itu penampakan hantu atau pembunuhan lagi mungkin. Dasar, pemikiran pendek orang, pasti mereka banyak yang berpikiran seperti itu. Hahaha.. Tapi, Sepertinya Hayoung punya pikiran yang berbeda denganku. Dia terlihat takut, mungkin dia merasa tak nyaman dengan berita itu. Yaaaa, namanya juga anak perempuan. Aku hanya meyakinkannya bahwa hal seperti itu takkan ada di dunia nyata. Mungkin hanya beberapa orang saja yang percaya adanya hantu, termasuk adikku ini.
“Ilhoon!” kudengar seseorang memanggilnya, saat aku menoleh. Kulihat sahabatku Jongup berlari menghampiri.
“Ah, hai bro. Apa kabar?” kupeluk Jongup. Sudah lama sekali aku tak bertemu denganya. Terakhir aku ketemu itu kemarin malam di Game center.
“Hahaha, kau aneh-aneh saja Hoon. Hai Hayoung, apa kabar?” Jongup dengan dandan sok gantengnya mulai merayu Hayoung.
“Oh, hai Jongup oppa. Ba baik, oppa?”
“Hahaha, baik karena bisa lihat kamu pagi-pagi begini.” PLAK, kujitak kepala Jongup. Kau kira aku mau kita jadi besan apa. Nggak bakalan.
Akhirnya Hayoung kutinggal pergi bersama Jongup, saat aku mulai menjauh. Kulihat Hayoung sudah ditemani teman-temannya. Jadi, aku takkan merasa bersalah apa-apa padanya, takutnya aku dianggap kakak tak bertanggung jawab. Siapa yang mau.
-=-=-=-=-=-
Sampai di kelas pun aku bertemu dengan orang-orang yang sama dengan orang-orang di semester kemarin. Ternyata sekolah ini memang tak pernah mengganti kelas saat ajaran baru. Sialnya lagi, aku harus satu kelas dengan Jongup lagi.
Kucari tempat duduk yang paling strategis, aku tak ingin satu tahun ini tidurku diganggu seperti saat semester kemarin. Aku akan cari tempat dekat jendela, tapi aku tak mau duduk di kursi paling belakang. Duduk di belakang juga resikonya terlalu besar. Kulihat ada seorang perempuan duduk di bangku paling belakang, dekat jendela. Syukurlah, bangku depannya belum ada ngeduduki.
Kuperhatikan pelan-pelan wajah wanita itu, tapi ia sama sekali tak menampakkan wajahnya. Rambutnya hampir menutupi seluruh wajahnya. Siapa dia? Semester kemarin aku sama sekali tak melihatnya di kelasku. Apa dia murid baru? Ah, masa bodoh dengannya. Aku hanya ingin tidur, aku capek. Aku menyampaikan pesan pada Jongup untuk tidak mengganggu tidurku, bangunkan saja saat pulang sekolah nanti.
-=-=-=-=-=-
“Jangan, jangan bunuh saya. Saya tidak akan bilang siapa-siapa. Tapi saya mohon jangan bunuh saya, saya akan menuruti semua perkataan anda. Kumohon, jangn bunuh saya.” Aku melihat wanita dan seorang pria di dalam kelas, apa yang dia katakan tadi? Bunuh? Ada apa ini? Aku penasaran, aku ingin tahu, meskipun ada perasaan ngeri, tapi aku benar-benar ingin tahu ada apa ini sebenarnya.
Pelan-pelan kudekati mereka, aky mendengar pria itu berkata bahawa dia tidak ingin ada saksi sama sekali. Dia tidak ingin ada yang menganggunya. Pria itu lalu berteriak, MATILAH! Wanita itu berlumuran darah, merah. Seluruh mataku dipenuhi warna merah. Aku tak bisa melihat dengan jelas. Apa yang terjadi?
-=-=-=-=-=-
“Ilhoon, bangunlah!” kulihat Jongup di depan mataku. Apa yang terjadi tadi? Siapa yang telah dibunuh. Apa maksudnya? Kenapa aku bermimpi seperti itu?
“Hei Ilhoon, kenapa kau berkeringat seperti ini? Aku jadi ngap banget lihat kau. Kenapa hah?”
“Oh, tak apa kok. Udah selesai upacaranya? Udah jam pulang ya?” tukasku.
“Yaiyalah Hoon, sudah bangunlah. Aku harus pulang, aku harus bantu-bantu di toko hari ini.”
Aku masih bingung dengan mimpiku itu. Aku maksudnya? Kenapa aku bisa bermimpi hal mengerikan seperti itu? Sepertinya aku kecapekan. Aku harus segera pulang. Aku tak ingin mengingat-ingat hal itu lagi. Kulewati tangga, turun ke lantai bawah bersama Jongup. Suasana sekolah masih ramai, di hampir setiap anak tangga banyak yang mendudukinya. Saat kulihat di lantai paling bawah... Wanita itu? Aku membelalakkan mataku. Kuperhatikan wanita itu, berlumuran darah. Bajunya, wajahnya sama seperti yang aku mimpikan tadi. Siapa dia? Apa yang sekarang ini kulihat? Apa dia nyata?
“Hei Hoon, kenapa kau bengong hah! Ayo jalan! Ada apa? Kau lihat siapa? Kau gila ya malah merhatiin tiang hah?”
“Hah? Tiang? Kau tak lihat itu Jongup?” kutunjuk tempat wanita itu berdiri, tapi ia telah pergi. Hilang begitu saja. Hilang tanpa menunjukkan lagi bahwa wanita berlumuran pernah berdiri disana.
Jongup berpikir bahwa aku terlalu kebanyakan tidur. Dia pikir aku kecapekan, dia pikir aku masih ada di alam bawah sadar. Jongup hanya tertawa melihatku kebingungan. Tapi yang tadi benar-benar nyata. Benar-benar ada di depan mataku. Apa maksudnya ini? Apa itu nyata? Aku benar-benar tak bisa membedakan yang mana yang benar-benar nyata.
-=-=-=-=-=-
“Aaaagghhh, kumohon. Jangan bunuh aku.” Apa ini? Tempat ini lagi? Sekolah ini lagi. Apa yang sebenarnya terjadi. Wanita itu lagi, berlumuran darah. Merah dimana-mana, meja itu berubah menjadi warna merah. Meja paling belakang, dekat jendela, dan...
“Woy Ilhoon!” aku terbangun, terbangun dari tidurku. Itu tadi mimpi? Mimpi itu lagi, kenapa aku bisa bermimpi hal yang sama di hari yang sama. Apa maksudnya? Otakku benar-benar sudah capek berpikir.
“Hei Ilhoon, kenapa kau malah bengong hah? Kau ini tidur saja terus.” Kulihat Kyuhyun hyung menceloteh, aku tak bisa melihatnya dengan jelas. Benar-benar kabur. Kyuhyun hyung melihatku kebingungan, sepertinya dia tahu telah terjadi sesuatu padaku. Dia mengguncang-guncangkan badanku. Menyadarkan sesuatu padaku.
“Ah Kyuhyun hyung.” Aku sudah sadar, sekarang aku benar-benar merasakan hal yang benar-benar nyata.
“Kau kenapa Hoon? Apa yang terjadi di sekolah? Sepertinya kau ketakutan. Apa yang terjadi?”
Aku bingung harus menceritakan apa pada Kyuhyun hyung. Aku bingung apa hal tadi benar-benar nyata atau hanya bunga tidur. Bunga tidur yang mengerikan. Aku menceritakan semuanya pada Kyuhyun hyung. Awalnya Kyuhyun hyung hanya bisa tertawa mendengarnya, tapi saat kuberitahu dia bahwa memang terjadi pembunuhan di sekolah saat liburan, wajahnya mulai serius. Mungkin Kyuhyun hyung juga bingung kenapa aku bisa bermimpi hal yang sama di hari yang sama pula.
Kyuhyun hyung berkata padaku untuk tetap tenang, dia berjanji hal ini takkan terjadi lagi padaku. Aku pegang kata-kata hyungku ini, agar aku tidak merasa takut. Aku tak mau bunga tidur ini menguasaiku.
-=-=-=-=-=-
Ilhoon POV END
Kyuhyun POV
“Hei Donghae hyung, Eunhyuk hyung.” Sapaku saat aku sampai di kantor kepolisian korea.
“Oh, Kyuhyun. Ada apa? Tak biasanya kau kesini? Sudah lama sekali sejak kau bekerja menjadi polisi bagian analisis.” Tukas Donghae.
“Begini hyung, ada kasus yang membuatku penasaran. Kau tahu kan pembunuhan di gedung sekolah liburan lalu?”
“Kenapa kau ingin tahu Kyu, apa ada hubungannya denganmu?” tanya Eunhyuk.
Kujelaskan bahwa masalah ini sangat penting bagiku karena adik-adikku sekolah di tempat itu. Kuceritakan juga bahwa mungkin adikku akan terlibat dalam masalah. Bisa jadi terlibat karena tak sengaja menjadi saksi dalam kasus ini.
Karena Donghae dan Eunhyuk merasa bahwa kasus ini akan lebih baik diselesaikan bersama, akhirnya mereka mau membantuku menyelesaikan masalah ini. Mereka meminta izin pada atasan untuk menindak lanjuti kasus ini. Tentu saja bersamaku, rekan kerja mereka dulu. Rekan kerja mereka yang mereka anggap paling pintar karena bisa menyelesaikan tiap kasus dengan cepat. Meskipun sekarang aku sudah tidak akan bisa bersama mereka karena kasus itu.
Kyuhyun POV END
Ilhoon POV
Sudah hampir 3 hari aku tak bisa tertidur. Setiap kali aku tertidur, bayangan merah itu selalu muncul, tak henti-hentinya mengganggu tidurku. Aku capek, Bora noona selalu menyuruhku tidur. Tapi aku tak mau, aku tak mau bayangan merah itu muncul lagi. Aku tak mau kalau sampai wanita itu menemuiku lagi. Sekolah tak kudatangi lagi sejak hari pertama itu. Meskipun Jongup selalu datang tiap pagi menjemputku, tapi aku tetap tak mau berangkat. Aku hanya menyuruhnya untuk menjaga Hayoung, menjaga agar tak terjadi apa-apa padanya.
Aku menunggu kepulangan Kyuhyun hyung, tapi dia tak kunjung pulang. Setiap kali kutelepon, dia hanya berkata untuk bersabar karena dia akan menyelidiki sampai ke akar-akanya. Aku kesal karena harus tetap mempercayainya, tapi kalau aku tak percaya pada Kyuhyun hyung, siapa lagi yang akan bisa membantuku.
-=-=-=-=-=-
Aku ingin mencari udara segar, aku ingin pergi keluar sebentar. Menghilangkan kepenatan selama 3 hari ini. Aku menelusuri jalan setapak di taman, kuperhatikan baik-baik di sekitarku, taku-takut akan muncul lagi wanita itu.
Saat kunikmati dinginnya air mancur, aku menyipitkan mata saat kulihat wanita, wanita yang sangat mirip. Mirip sekali dengan wanita itu. Wanita berlumuran darah merah segar. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa hal aneh berulang kali muncul di hadapunku.
Meskipun rasa takutku menjalar hampir ke seluruh tubuh, tapi aku tetap ingin tahu lebih dekat dengan wanita itu. Wanita yang mungkin memang pernah muncul di kehidupanku sebelumnya.
“Permisi..” suaraku bergetar, tanda bahwa aku masih takut.
“Ya? Ada yang bisa saya bantu?” wajah itu, wajah yang sama. Tapi kenapa hatiku makin lama makin tentram. Rasa takut itu mulai hilang dengan perlahan. Aku terdiam melihatnya, kuperhatikan wajahnya, kuperhatikan pelan-pelan. Wajah itu memang sama, sama tapi punya aura yang berbeda.
“Maaf, apa kita pernah bertemu? Kenapa kau memperhatikan wajahku sampai seperti itu?”
“Ah Oh, maaf. Aku hanya, apa kau punya kembaran atau punya saudara yang wajahnya memang sama sepertimu?” aku sadar bahwa pertanyaanku ini lancang, tapi aku masih ingin tahu. Kulihat dia sedang berpikir, sepertinya aku memang sudah lancang bertanya tentang privasinya. Aku pun mengajaknya duduk di bangku terdekat, mungkin dia pelan-pelan akan bercerita padaku.
“Bagaimana anda bisa tahu kalau saya punya kembaran?” akhirnya dia membuka mulutnya. Kupikir dia tidak akan mau membicarakannya denganku.
“ah, begini. Maaf kalau aku lancang. Saya berpikir anda punya kembaran karena saya pernah bertemu dengan wajah yang sama, tapi mungkin karakternya yang berbeda.” Aku pura-pura membuat karangan cerita.
“Ah iya, maaf sebelumnya. Nama saya Ilhoon, maaf kalau saya lancang seperti ini.”
“Ah tidak apa-apa. Nama saya Naeun, nama kembaran saya Nayoung. Dia memang punya karakter yang berbeda dengan saya. Yaa, wajah kami memang sangat sama. Orangtua saja hampir tak bisa membedakan kami. Tapiiiii...” kulihat matanya, sepertinya dia memikirkan kembarannya. Aku tahu, sepertinya wanita yang muncul di mimpiku itu Nayoung. Kembaran dari wanita yang kutemui ini.
“Kalau memang anda tak ingin bercerita pada saya. Tak apa-apa, saya yang minta maaf karena sudah bertanya macam-macam pada anda.” Aku tahu tindakanku ini keterlaluan, aku sudah bertanya hal yang sangat privasi. Jadi, aku hentikan pembicaraan ini.
Aku tahu, aku takkan puas dengan hal yang bergantung seperti ini. Aku pun memberikan nomer teleponku pada Naeun, mungkin dia mau bercerita pada waktu yang lain. Bukan saat ini, tapi mungkin esok atau mungin esoknya lagi.
-=-=-=-=-=-
“Aku pulaaaaaaaaaaaaannnnggg...” aku mendengar suara Kyuhyun hyung dari bawah. Aku langsung berlari menuju Kyuhyun hyunh, lalu...
BRUK, aku menindinya. Aku duduk diatasnya.
“Hyung, bagaimana? Apa kau sudah menyelidiki semuanya? Kapan aku bisa tidur hyung? Kapan?”
“HAH? Memangnya kau tak tidur Hoon.” Kaget Kyuhyun hyung.
“Bagaimana aku bisa tidur kalau terus-terusan dihantui kayak gitu hyung, bagaimana? Apa kau tahu cara mengembalikan tidurku?”
“Oppa, apa yang kalian lakukan. Bora Eonni, lihat ini!” Teriak Hayoung saat melihatku menindih Kyuhyun hyung.
“Hahaha, apa yang kalian lakukan? Kyuhyun oppa, Ilhoon a.. sepertinya kalian harus ke dokter jiwa kalau mau sembuh dari homo kalian ini.” Canda Bora noona.
Aku pun berdiri meninggalkan Kyuhyun hyung di depan pintu. Aku menuju meja makan, mencari sesuatu yang bisa dimakan. Pura-pura tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Saat semua berkumpul di meja makan, kami mulai makan dengan diam. Tiba-tiba..,
“Sudah lama kita tak makan malam bareng-bareng seperti ini ya? Aku senang.” Kata Bora noona, kulihat Hayoung mulai menitikkan air matanya. Aku tahu, kami memang jarang sekali berada di rumah di saat yang bersamaan.
“Maafkan aku.” Kulihat Kyuhyun hyung membuka mulutnya. Aku tahu, ini bukan salah Kyuhyun hyung. Orangtua kami dibunuh saat mereka pergi ke bank, siapa yang tahu mereka akan dirampok. Perampok yang tertangkap itu tidak dijatuhi hukuman mati karena Kyuhyun hyung kalah di persidangan. Sejak saat itu, Kyuhyun hyung berhenti menjadi polisi, berhenti mengejar cita-cita yang sangat ia banggakan.
“Hyung, kemana saja kau beberapa hari ini? Apa kau telah menemukan sesuatu?”
“Apa yang kalian bicarakan? Apa yang kalian sembunyikan dariku? Kenapa aku tak tahu apa-apa sedangkan kau meminta bantuan Kyuhyun oppa, Hoon.” Aku tak sadar telah mengatakan sesuatu yang salah di depan Bora noona. Aku benar-benar bodoh.
“Sudahlah, dulu kita sudah berjanji takkan ada kebohongan lagi. Bora, Ilhoon....” Akhirnya Kyuhyun hyung menceritakan semuanya. Menceritakan kenyataan bahwa aku mungkin diikuti makhluk yang harusnya tak ada di dunia nyata ini. Kulihat Hayoung mulai bergidik ketakutan. Saat Kyuhyun hyung bertanya apakah Hayoung ingin mendengar semuanya. Hayoung menganggukkan kepalanya. Mungkin dia tidak mau kalau harus dipenuhi rasa takut yang tak diperlukan.
Kyuhyun juga mulai menceritakan bahwa dia juga menemukan kemungkinan siapa yang dibunuh dan yang membunuh pada kasus pembunuhan di sekolah itu. Aku juga menceritakan bahwa aku bertemu dengan kembaran dari wanita yang mungkin dibunuh itu. Meskipun aku tahu kasus ini belum selesai, tapi aku berusaha berpikiran positif bahwa masalah ini akan segera selesai.
-=-=-=-=-=-
Keesokan harinya, Kyuhyun hyung menyuruhku untuk masuk sekolah. Dia menyuruhku untuk menemukan dimana tepatnya wanita itu dibunuh. Saat itu juga kutelepon Jongup untuk menjemputku, meskipun aku berusaha untuk berani. Siapa yang tahu aku akan terdiam takut seperti pertama kali aku melihat wanita itu.
Di perjalanan menuju sekolah, aku tak menemukan hal-hal yang ganjal. Aku dan Jongup hanya berjalan pelan, memperhatikan Hayoung dan teman-temannya berjalan bersama di depanku. Sambil pelan-pelan kuceritakan pada Jongup alasanku tidak masuk sekolah beberapa hari ini.
Tentu saja, aku sudah membayangkan bagaimana jeleknya wajah Jongup saat kaget. Tapi tetap saja aku tertawa melihatnya.
“Ya! Kenapa kau malah tertawa Hoon. kalau kejadian itu benar-benar terjadi.”
“Bagaimana aku bisa ketakutan melihat wajahmu itu. Kalau kau ingin aku lebih takut lagi, bagaimana kalau buat serius wajahmu itu?”
Memang bukan saatnya aku bercanda, tapi buat apa aku ketakutan tak jelas kalau memang wanita itu tidak menggangguku hari ini.
-=-=-=-=-=-
Perasaan takut muncul saat aku akan memasuki kelasku. Yaa, kelas yang mungkin adalah tempat terbunuhnya wanita itu. Benar saja, bayangan wanita itu ada lagi. Duduk di bangku belakang dekat jendela. Sialnya lagi, bangkuku ada di depannya.
Saat aku mengatakannya pada Jongup, Jongup hanya tak mau percaya. Dia takut kalau dia harus percaya padaku sehingga aku mengatakan bahwa aku memang bercanda padanya. Meskipun memang aku tak bercanda.
Aku memberanikan diri untuk duduk di depannya. Rasa takutku mulai menjalar lagi, Aish. Kenapa Cuma aku yang bisa melihatnya? Ini membuatku takut setengah mati. Saat guru sejarahku masuk ke dalam kelas, dia melihatku. Mungkin dia kesal padaku karena aku sudah tak masuk sekolah selama berhari-hari. Tapi siapa yang peduli, aku tak takut kalau memang ada orang yang membenciku.
Rasa mengerikan di belakang punggungku semakin terasa. Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan? Sehingga wanita yang ada di belakangku ini marah? Selama jam pelajaran sejarah berlangsung, aku benar-benar tak bisa konsentrasi. Aku benar-benar takut. Dasar Kyuhyun hyung, kenapa dia menyuruhku untuk masuk sekolah kalau wanita ini tak segera pergi. Apa yang membuat wanita ini tak pergi saja ke alamnya sana, Aish aku tak tahu lagi.
-=-=-=-=-=-
“Hoon, bagaimana? Apa wanita yang kau ceritakan itu muncul?” tanya Jongup saat jam pelajaran Sejarah sudah selesai. Disaat yang bersamaan aku merasakan bahwa kengerian di balik punggungku lambat laun hilang. Apa yang terjadi? Kemana perginya wanita itu? Kutoleh ke belakang, wanita itu hanya menundukkan kepalanya.
Aku sudah capek, badanku terasa berat jika harus terus-terusan duduk di bangku itu. Aku mau pulang. Aku meninggalkan gedung sekolahku. Aku berjalan menuju rumah, saat kutemui Naeun.
“Naeun ssi!” teriakku.
“Ah, Ilhoon. Jangan panggil aku Naeun ssi, aku hanya satu tahun diatasmu?”
“Eh benarkah? Kenapa kau bisa tahu kalau aku satu tingkat dibawahmu?” aku bingung, kenapa dia bisa tahu.
“Seragam itu sama dengan punyaku, aku juga dulu sekolah disana. Yaaa, meskipun aku sekarang sudah jadi alumni saja.” Wow, betapa kagetnya aku. Jadi aku merasa pernah bertemu dengan wajah ini karena Naeun adalah kakak kelasku. Aku pun bertanya apa kembarannya dulu juga alumni disini. Dan Naeun mengiyakan pertanyaanku.
-=-=-=-=-=-
Sesampainya dirumah, aku bertemu Kyuhyun hyung bersama teman-temannya di ruang tamu. Kulihat sepertinya mereka sedang membicarakan hal yang penting.
“Ilhoon, kesini!” panggil Kyuhyun hyung.
“Ada apa hyung?”
Kyuhyun hyung bertanya padaku tentang apa yang terjadi saat aku ke sekolah. Aku hanya menceritakan bahwa wanita itu masih ada dan masih duduk di belakang bangkuku. Saat aku juga menceritakan perbedaan aura mengerikan antara saat jam pelajaran dan jam istirahat, kyuhyun hyung seraya menarikku lebih dalam ke pembicaraan yang lebih penting.
Kyuhyun hyung menceritakan bahwa ada kemungkinan bahwa pembunuhnya adalah salah satu guru di sekolahku. Lalu aku mengatakan bahwa mungkin itu guru sejarahku, Doojun Seongsaenim. Dengan cepat, kyuhyun hyung berlari keluar bersama Donghae hyung dan Eunhyuk hyung. Aku ikuti mereka, aku mengikuti kemana perginya mereka.
Mereka berlari menuju sekolah, malam-malam begini. Mana berani aku? Melihat aku yang hampir ketakutan Kyuhyun hyung menarik tanganku, dia memintaku untuk lebih berani.
“...Tenang saja, ada aku Hoon.” aku mengikuti semua perkataan Kyuhyun hyung. Aku menyusuri lorong demi lorong kelas. Menakutkan, gelap, dingin. Itulah rasa yang muncul, rasa ketakutan mulai muncul lagi. Aku merasakan aura wanita itu lagi. Saat kulihat wanita berlumuran darah di ujung lorong, aku menghentikan laju Kyuhyun hyung.
“Ada apa Hoon?” pertanyaan kyuhyun hyung tidak kupedulikan. Donghae hyung dan Eunhyuk hyung juga hanya bisa ikut berhenti.
Kulihat wanita itu dalam-dalam, tiba-tiba tangannya menunjuk ke arah.. kelasku. Ya, dia menunjuk kelasku.
“Hyung, kesini. Ke kelasku!” aku berlari sekuat tenaga. Mencari tahu apa yang ditunjuk wanita itu. Kenapa dia ingin aku ke kelas. Aku merasa dia ingin meminta tolong sesuatu dariku.
BRAK, saat kubuka pintu kelasku. Kulihat Naeun sedang ada di depan seorang pria. Doojun Seongsaenim. Jadi benar dia adalah pembunuhnya? Doojun Seongsaenim sedang membawa pisau. Donghae hyung dan Eunhyuk hyung langsung mengarahkan pistol mereka ke depan Doojun Seongsaenim.
“Hentikan Doojun a! Kau sudah tak bisa lari lagi. Lepaskan wanita itu sekarang juga, atau aku akan menembakmu sekarang juga!”
Gertakan Donghae hyung berhasil membuat Doojun Seongsaenim melepaskan tikamannya dari Naeun. Dia hanya bisa terduduk saat rencananya membunuh Naeun telah terungkap. Kulihat Naeun, kupegang dia. Aku tahu dia pasti ketakutan. Jadi, ini maksud Nayoung untuk segera menolong Naeun dari tikaman Doojun.
-=-=-=-=-=-
Hari ini adalah ulang tahun Naeun dan Nayoung, Naeun mengundangku untuk datang kerumahnya, sekedar menikmati kesenangan sesaat di dunia.
Sesampainya di rumah Naeun, kulihat penuh sekali foto Naeun dan Nayoung berdua. Saling memeluk, terlihat sekali bahwa mereka sangat saling menyanyangi satu sama lainnya. Aku ikut senang bisa melihat Naeun hidup, ternyata Nayoung bukanlah bunga tidur yang jahat ataupun kejam. Tapi... yaaa, kalian bisa memikirkannya sendiri. Karena yang aku tahu, mimpiku bukan mimpi burukku. Meskipun mimpi saat itu sangat menakutkan, tapi itu bukanlah mimpi buruk karena dengan mimpi itu aku bisa menyelamatkan Naeun.
-=-=-=-=-=-
“Aku pulaaaannnggg..” teriakku saat aku pulang ke rumah.
“Kemana saja Oppa pergi? Hari ini Bora eonni masak enak?” Hayoung menarikku ke meja makan.
“Jinjayo? Hahaha, apakah benar enak noona?” candaku pada Bora noona. Kyuhyun hyung muncul dari ruang TV, Bora noona muncul dari dapur, membawakan makanan yang sepertinya enak. Tampilannya benar-benar lucu. Tapi, siapa yang tahu rasanya kalau belum mencoba.
Hari ini keluargaku berkumpul, makan malam yang menyenangkan, kuharap ini tidak akan menjadi yang terakhir. Benar-benar nikmat saat kau bisa menikmati hidupmu bersama keluargamu. Keluarga yang sangat kau sayangi. Aku juga bisa merasakan adanya ayah dan ibu kami. Bersama kami, di ruang makan ini. Saling menikmati makanan satu sama lain. pasti ini akan menjadi mimpi yang sangat indah, karena memang sebenarnya mimpi tidaklah buruk, karena mereka adalah bunga tidur yang selalu menemani malammu.
Saling menikmati bahwa hidup akan lebih indah jika kau bagi bersama orang lain. Aku sayang kalian, kuharap ini bukan mimpi indah seperti yang banyak orang katakan, tapi kuharap kita akan selalu bersama di dunia ini dan di alam sana nanti, SELAMANYA.
-=-=-=-=-=-
“Nayoung, jangan tinggal aku. Ayo kita pergi bersama.” Nayoung berlarian mengelilingi kebun bunga.
“Naeun, kau harus bisa mengejarku. Ayo cepat! Jangan sampai kau tertinggal. Aku akan selalu menunggumu disini. Jadi sebelumnya, kau harus nikmati hidupmu. Karena aku sayang kamu Naeun.”
END