Teriakan para fans menggema di stadium yang besar ini, tangan melambai-lambai dengan memegang sebuah lightstick yang bertuliskan nama idola mereka, berharap mendapat perhatian dari sang idola. INFINITE. Bukan infinite yang berarti tak terhingga, tetapi Infinite boyband berasal dari Korea Selatan.
Tak kusangka, banyak sekali yang membawa tulisan di papan dengan nama sahabatku tertera disana. Nam Woohyun. Ya, Nam Woohyun yang ketika senyum matanya menghilang, Nam Woohyun yang suka menggunakan aegyo atau tingkah laku yang lucu untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan, Nam Woohyun yang memiliki suara emas, Nam Woohyun vokalis utama dari Infnite. Dia, Nam Woohyun, adalah sahabatku.
“Terima kasih telah meluangkan waktu kalian untuk kami! Selamat malam dan sampai jumpa di lain waktu! Kami sangat mencintai kalian, Inspirit!” suara leader Infinite, Kim Sunggyu menggema di stadium. Lalu Infinite pun berjalan kembali ke backstage karena konser tunggal mereka telah selesai. Tak sedikit Inspirit yang menangis karena harus berpisah dengan idola yang sangat mereka cintai itu. Akupun bergegas berjalan kearah pintu keluar dan memasuki pintu masuk rahasia dengan menggunakan kalung bertulisan backstage pass.
Awalnya petugas keamanan mengira aku adalah sasaeng fan, tapi setelah melihat kalungku ia langsung memberiku spasi agar aku bisa memasuki pintu tersebut. Aku pun jalan lurus sampai tak lama kemudian aku mendengar sorakan dan orang-orang berbicara dengan ramai di suatu ruangan, semua crew dan member Infinite pasti sedang ada di dalam ruangan itu, pikirku. Aku mengetuk pintu tersebut dua kali dan memasuki ruangan.
“Yunhee-ah!” teriak Woohyun yang langsung berlari dan memelukku dengan erat. Kalau semua crew tidak tahu siapa aku sebenarnya, pasti mereka semua akan mengira bahwa aku adalah kekasih Woohyun.
Pernah, ketika aku sedang es krim berdua dengan Woohyun, fans yang fanatik mengira bahwa aku adalah kekasih Woohyun dan mereka akhirnya mencoba menyakitiku dengan berbagai cara. Membajak jejaring sosialku, mengirimiku tikus yang sudah mati ke apartemenku, bahkan ada juga yang hampir memukulku tapi untung saja tidak sempat terjadi.
“Lee Yunhee!” semua member Infinite datang kearahku dan memeluk aku dan Woohyun. Kami sudah terlihat seperti teletubbies yang berpelukan bersama-sama. Aku merasa sangat senang karena mereka semua sudah seperti kakakku sendiri. Mereka selalu memberi aku perhatian layaknya aku adalah adik dari mereka semua. Sudah satu bulan aku tidak bertemu mereka karena jadwal mereka yang sangat padat serta kuliahku yang sedang banyak-banyaknya tugas menumpuk. Akhirnya kami semua melepaskan pelukan karena aku yang sudah tidak bisa bernafas saking eratnya pelukan mereka.
“Aku kira kamu nggak bakal dateng!” teriak Sungyeol sambil mencubit pipiku.
“Masa kakak-kakak sama sahabatku konser, aku nggak dateng sih. Pasti dateng dong!” kataku sambil mengeluarkan lidah untuk mengejek mereka.
Akhirnya kami semua merayakan keberhasilan konser Infinite dengan makan-makan dan juga nonton film di apartemen milik Infinite, di daerah Busan. Kami membicarakan apa saja yang muncul di kepala kami dan menertawakan lawakan-lawakan aneh dan jayus dari Dongwoo, Hoya, Sungjong, dan Myungsoo. Lawakan atau tebak-tebakan jayus mereka tidak terlalu lucu, tapi mungkin karena aku sangat merindukan mereka aku tertawa dengan apa saja yang keluar dari mulut mereka, sampai-sampai tenggorokanku kering dan aku merasa sangat haus.
“Aku mau ambil minum nih di dapur, ada yang mau titip juga?” aku tanya mereka.
“Aku!” semuanya berseru, kecuali Woohyun.
“Sini, aku bantuin kamu bawa minumannya.” kata Woohyun sambil beranjak dari tempat duduknya.
Aku dan Woohyun pergi ke dapur dan mengambil 8 botol air putih dingin dari kulkas. Aku meletakkan 6 botol di meja terlebih dahulu, memberikan satu botol untuk Woohyun, dan membuka satu botol air putih untuk aku minum. Setelah aku selesai minum, aku berbalik arah untuk membawa 6 botol lainnya untuk Infinite tetapi tiba-tiba tangan Woohyun berada di sekitar leherku, memelukku dari belakang. Aku terkejut, mataku mungkin sudah sebesar telur tapi untung saja aku belum memegang 6 botol tersebut.
“Aku sangat merindukanmu, Yunhee.” bisik Woohyun, kemudian ia melepaskan pelukannya dan memutar tubuhku agar menghadapnya. Kemudian ia tersenyum lembut dan membelai rambutku.
“Mungkin pelukanku yang barusan beda dari pelukanku yang lainnya, karena aku ingin kamu merasakan apa yang ada di hatiku. Aku cinta padamu, Yunhee. Sejak SMA aku udah merasakan rasa sayang ini, tapi aku takut persahabatan kita berantakan. Makanya aku baru bisa bilang sekarang. Maaf kalau aku membuat kamu kaget sama pernyataanku barusan, karena aku udah nggak bisa nyembunyikan perasaanku lagi. Aku takut menyesal kalau aku telat.”
Pikiranku langsung kosong. Blank. Aku tak menyangka selama ini Woohyun memiliki perasaan sayang yang lebih dari seorang sahabat padaku.
Aku tak menyangka bahwa selama ini, Woohyun, sahabatku, juga memiliki perasaan yang sama denganku.
Yaitu, Cinta.