home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Cross Roads

Cross Roads

Share:
Published : 07 Oct 2014, Updated : 14 Dec 2014
Cast : Kris, Kai, Lee Na Ra, Shin Sung Young, EXO-K, EXO-M
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |24815 Views |7 Loves
Cross Roads
CHAPTER 1 : CHAPTER 1

CROSSROADS

CHAPTER 1

Author            : bellecious0193, realhida

Poster             : LilyAndromeda

Genre             : romance, sad, action

Length            : chaptered

Rating             : PG 15

Main Casts     :

Kris Wu aka Wu Yi Fan/Li Jia Heng

Kim Jongin aka Kai

Lee Na Ra aka Lily Evans (OC)

Shin Sung Young (OC)

etc

 

“She comes when I have no light in my life”  Kim Jongin

“I have a crush since the first time I met her” Kris Wu

Shin Sung Young

Aku mendesah berat seiring dengan kepergian bosku. Kutatap pintu yang baru saja dilewatinya. Baru dua hari yang lalu dia memberiku tugas untuk bekerja di daerah pegunungan, sekarang tugas baru dengan seenaknya ia berikan padaku. Apa-apaan ini? Aku menyukai pekerjaanku, hanya saja berat jika harus seperti ini. Andai saja aku memiliki partner untuk bekerja, mungkin aku tidak akan kewalahan seperti sekarang.

Lusa aku harus pergi ke sebuah tempat yang bahkan tak kuketahui keberadaannya. Aku berpikir keras sambil menatap sebuah kertas yang tadi diberikan oleh bosku. Sebuah alamat tertera disana. Alis kananku terangkat ketika aku merasa tidak asing dengan nama yang tertera dibawah alamat itu. Dia, adalah orang yang akan membawaku untuk melaksanakan pekerjaanku. Bosku bilang tempat itu bukanlah lokasi yang ramah. Ya tentu saja, mana ada kata ramah di sebuah lokasi balapan liar? Aku bukan tidak takut, serius aku takut! Membayangkan bagaimana tempat itu. Aku ini anak baik-baik, jadi wajarlah. Ke diskotik pun aku tidak pernah.

Aku tersadar dari lamunanku. Ku lihat jam di tanganku menunjukkan pukul 17.23. Sudah saatnya pulang. Aku bangkit dan membereskan laptop serta dua buah kamera yang tergeletak di meja kerjaku. Setelah semua masuk ke dalam tempatnya masing-masing akupun berjalan keluar. Kuambil ponselku dan kutekan tombol 3 cukup lama, dan muncul nama Lee Na Ra disana.

"Eonni, jadi menjemputku? Aku sudah selesai. Oh, neee."

 

…………………………………………………………………………

 

 

Lee Na Ra

Aku berkendara dengan BMW X6 ku sekitar tiga puluh menit untuk sampai di kampus Sung Young. Ia memintaku untuk menemaninya bekerja hari ini, atau lebih tepatnya mengantar. Kulihat gadis itu berdiri di pelataran kampusnya sambil menenteng beberapa buku yang terlihat tebal.

Aku sudah menganggap gadis itu seperti adikku sendiri. Aku anak tunggal dari kedua orang tuaku, dan aku tinggal sendiri di Korea. Orang tuaku sibuk dengan bisnis mereka di Manhattan.

Eonni!” Young masuk ke mobilku dan melemparkan buku-bukunya asal-asalan di  jok belakang.

Bagaimana? Jadi?” Tanyaku sembari menginjak pedal gas.

Ne.” Jawab Young, sekarang ia tengah berkutat dengan kameranya.

Selain menuntut ilmu di Seoul University, Sung Young juga seorang wartawan freelance di sebuah majalah remaja di Korea. Pekerjaannya berkutat dengan kamera dan artikel. Sedangkan aku bekerja di department luar negeri. Tapi aku juga sangat suka memotret. Jadi kurang lebih kegemaran kami sama.

Kami mulai memasuki sebuah kawasan yang tersembunyi dari gemerlapnya Apgujeong. Kulajukan mobilku pelan. Kurasakan Young meringsut di sebelahku.

Eonni, aku takut. Kenapa tampang mereka menyeramkan sekali?

Young-ah! Kita sudah sampai di sini. Kau pikir kita harus pulang, eoh?” Aku memarahi Young yang terlihat ketakutan di sampingku.

Tapi, eonni…

Tetap dibelakangku dan jangan jauh-jauh. Dan potret apa yang kau butuhkan, arra?

Aku memarkirkan mobilku di depan sebuah rumah yang tampak sederhana. Aku keluar diikuti Young. Dia memegang erat tangan kiriku. Aku berjalalan ke arah seorang lelaki gemuk yang duduk di teras rumah itu. Dia adalah Jang Suk, orang yang memegang kuasa di daerah itu.

Nara, kau benar-benar kemari. Ck! Nekat sekali kau.” Jang Suk menyandarkan punggungnya di sebuah kursi yang besar. Mulut dan hidungnya mengeluarkan asap dari rokok yang dihisapnya.

Ya ahjussi! Aku sudah bilang kan adikku harus mengambil berita di sini, jadi mau bagaimana lagi?” Aku mengusap pelan tangan Young yang melingkar kuat di lengan kiriku.

Baiklah. Kau tenang saja, aku sudah bilang pada anak buahku bahwa kau kemari jadi tak perlu khawatir.

Ne, gomawo ahjussi.” Aku membungkuk lalu mengajak Young berjalan ke tempat dilaksanakannya balapan liar.

Kau dengar, Young-ah. Kita aman jadi kau bisa mulai memotret sekarang.” Aku berkata pada Young yang sekarang terlihat lebih rileks. Ia hanya mengangguk dan mengeluarkan kameranya dari dalam tas. Kulihat Young mulai memotret segala hal yang ada di sekitar kami.

Akupun mulai melakukan hal yang sama. Kukeluarkan kameraku dari dalam tasku dan mulai memotret. Sampai kameraku menangkap sesosok lelaki yang berdiri di samping Audy R8-nya. Sosok tinggi menjulang dengan kulit seputih susu. Rambutnya pirang dan garis wajahnya nyaris sempurna. Aku bersumpah dia seperti karakter manga yang keluar dari komik.

Aku terus mengarahkan kameraku padanya. Bukan karena dia sekedar tampan, tapi karena wajah bosannya yang menarik perhatianku. Ketika semua orang sibuk bersiap-siap dengan balapan dan mengobrol heboh dengan teman-temannya, dia justru bersandar disamping mobilnya, memandang acuh pada semua yang disekitarnya. Objek yg menarik! Pikirku.

 

…………………………………………………………………………

 

Shin Sung Young

Aku mengangkat kameraku dan mulai membidik beberapa objek yg ada di sana. Jujur, jantungku berdetak tak karuan saat ini. Bagaimana tidak? Mereka semua, yang ada di tempat ini, memiliki tampilan yang bisa dibilang menyeramkan. Mereka seperti penjahat di film-film thriller hollywood yang selama ini sering kutonton.

Setelah beberapa kali membidik, akupun menurunkan kameraku dan kuamati hasil jepretanku. Aku tersenyum, tak kusangka hasilnya memuaskan. Aku mendongak dan menoleh ke arah kakakku, tapi tak kudapati ia di sana. Aku menyapukan pandanganku di tempat itu. Kemana dia? Aku mulai panik. Bagaimana ini? Jantungku berdetak sangat cepat sekarang. Aku berjalan asal, beberapa orang di sana menatapku. Mereka sangat menyeramkan, dengan rantai menempel di jaket kulit mereka, dan juga deretan anting di telinga mereka.

Aku mulai berjalan, setengah berlari, keluar dari keramaian. Berkali-kali aku menoleh ke belakang. Seingatku Nara eonni mengenakan sweater merah, warna yang sangat mencolok. Yang akan dengan mudah ditemukan, tapi aku tetap tak bisa menemukan wanita yang tiga tahun lebih tua dariku itu.

Aku tak tahu lagi harus ke mana lagi sekarang. Aku benar-benar panik. Aku terus berjalan sampai kudengar deru motor di dekatku. Mataku melebar maksimal, dan hal terakhir yang kuingat adalah sesuatu yang sangat keras menghantam perut dan kakiku.

 

…………………………………………………………………………

 

Lee Na Ra

Aku mengalihkan kameraku pada objek-objek lain disana. Namun ketika aku menoleh baru kusadari bahwa Young sudah tidak ada di tempatnya berdiri tadi. Shit! Di mana dia?  Aku merutuk dalam hati. Aku mencari ke segala penjuru. Mengabaikan siulan beberapa lelaki yang memang biasa disitu.

Young-ah! Young-ah! Neo eoddiga?”  Aku memanggil-manggil namanya tapi tetap saja aku tak bisa menemukannya.

Aku mengeluarkan ponselku dan mencoba menghubunginya, tapi ternyata ponselnya tidak aktif. Pikiranku kalut sekarang. Aku sempat berpikir untuk menelepon polisi tapi otakku belum segila itu. Jika aku menelepon polisi sama saja aku bunuh diri, itu berarti aku menyerahkan diriku ke polisi. Bukan rahasia lagi jika kawasan Apguejong ini begitu menjadi incaran polisi. Aku menengok dan melangkahkan kakiku gontai ke sana kemari. Namun betapa terkejutnya aku ketika tubuhku menabrak sesuatu, ah tidak, seseorang. Kudongakkan kepalaku dan kulihat sosoknya yang lumayan tinggi. Si pirang itu di depanku, menatapku dengan tatapan datar yang sulit kuartikan.

 

…………………………………………………………………………

Kris Wu

Aku melihat gadis pemegang kamera itu, dia membidikkan kameranya ke objek-objek yang menurutnya menarik juga kearahku. Dia tampak tenggelam dalam dunianya sendiri. Saat dia menurunkan kameranya aku terkesiap, tapi segera kuatur hatiku. Kuatur wajahku dengan ekspresi datar yang biasa aku pasang kepada siapapun.

Aku tidak mengenal gadis itu tapi rasanya dia sungguh tidak asing. Seperti aku pernah menemuinya tapi entah dimana. Ada rasa kuatir dalam hatiku, kenapa gadis seperti dia ada di tempat seperti ini? Aku yakin dia gadis baik-baik dan terhormat. Dilihat dari caranya berpakaian, ia bukanlah gadis yg biasa berada di tempat seperti ini. Tapi apa perduliku? Kenapa aku begitu penasaran dengan gadis ini? Arghhh.. Entahlah.

Aku masuk ke dalam Audy R8-ku mengamatinya dari dalam, agar tak seorangpun tau aku sedang mengamatinya. Beberapa waktu kemudian aku melihatnya sangat panik, berjalan kesana kemari tanpa arah, seperti sedang mencari sesuatu atau seseorang. Ada beberapa orang preman yang sepertinya akan menghampirinya. Hatiku mengatakan untuk datang padanya saat ini juga, dan akupun mengikuti kata hatiku.

Kuhampiri dia tapi aku sama sekali tidak memanggilnya, hanya menatapnya dari jauh sampai, BUGG!! Dia menabrakku. Dia membungkuk berkali-kali sambil meminta maaf.

"Choesonghamnida. Choesonghamnida Tuan, aku sungguh tidak sengaja. Choesonghaeyo."

Aku menatapnya dengan ekspresi datarku, menyembunyikan gejolak dalam hatiku. Ekspresi wajahnya benar-benar mengaduk-aduk perasaanku. Belum sempat aku berkata apa-apa, terdengar suara sirine polisi yang makin jelas menghampiri tempat kami berada.

"Shit! Ini pasti razia lagi!"

Tanpa pikir panjang aku menarik tangannya menuju mobilku. Dia memberontak, tentu saja

"Yak! Yak! Tuan apa yang kau lakukan? Aku mau dibawa kemana? Lepaskan aku!"

Aku tidak menjawab pertanyaanya, tapi tetap menarik tangannya.

"Tuan kumohon lepaskan aku. Adikku ada disini dan dia hilang. Aku sedang mencarinya, aku takut terjadi apa-apa dengannya." Kulihat dia menangis, dan akupun berbalik menghadapnya.

Kau selamatkan dulu dirimu sendiri sebelum memikirkan orang lain Adikmu akan baik-baik saja.” Aku menekankan setiap kata-kataku dingin dan menusuk hati siapa saja yang mendengarnya, tapi toh dia menurutiku.

Aku memasukkannya ke dalam mobilku. Kujalankan mobilku dengan kecepatan tinggi, menjauh dari sana. Kulirik dia beberapa kali. Dia terlihat menggenggam ujung bajunya erat. Dia tidak menangis sekarang tapi jelas terlihat sorot kekhawatiran di matanya.

Aku menggenggam stir mobilku erat, sungguh aku ingin mengatakan banyak hal tapi mulutku terkunci rapat jadi kuputuskan untuk konsentrasi pada jalanan di depanku. Kulirik lagi dia lagi. Ia terlihat sedang membaca sebuah pesan dari seseorang.  Matanya membulat, shock! Lalu sejurus kemudian dia berbicara padaku dengan suara tercekat.

Tuan, bisakah kau mengantarku ke Seoul Hospital? A-adikku ada disana, bi-bisakah?” Dia berkata ragu-ragu. Aku sama sekali tidak melontarkan sepatah katapun dan hanya mengangguk, mengantarkannya ke Seoul Hospital.

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK