home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Try To Make You Lost Feeling

Try To Make You Lost Feeling

Share:
Published : 20 Jul 2014, Updated : 29 Jul 2014
Cast : Apink Chorong, Apink Bomi, Apink Eunji, Apink Namjoo, UKISS Donghoo, and Kim Woobin
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |4276 Views |18 Loves
Try To Make You Lost Feeling
CHAPTER 2 : Percobaan Nakal Chorong

Percobaan Nakal Chorong

Aku langsung menyerbu sepasang lembar roti tawar *tuhh roti tawar aja ada pasangannya masa kamu enggaaak??? /plak/ #abaikan* dan selai kacang Nutella dari dalam kulkas, karena umma belum pulang kerja kalau siang-siang begini. Kemudian aku menuang sekotak susu sapi low fat ke dalam mug panda kesukaanku. Belum saja menikmati setangkap roti yang nikmat, aku baru saja mau mangap, tiba-tiba.....

Teeeeng! Teeeeeng!

Bunyi macam apa itu?? ._. Emang bel jaman sekarang bunyinya kek gitu yah??? Lupakan! -_-

Ada yang memencet bel rumahku. Aku menengok dari CCTV dibalik pintu. Oh..., ternyata Si Nappeun Bomi, batinku.  Ia masih juga dengan seragam sekolahnya sama sepertiku, mungkin ia dari sekolah langsung mampir ke sini. Aku segera membukakanya pintu.

“Ngehehehe....” Bomi cengengesan, setelah pintunya kubukakan. “Unnie...” Sapanya.

“Oh, kau toh...” Kataku malas.

“Aku sudah melakukan permintaanmu, Unnie..” Lapor Bomi.

Aku menaruhkan telunjukku pada bibirnya.

“Sst! Nanti saja..! Ayo naik, masuk ke kamarku dulu..! Kita ngomongnya di atas aja, biar lebih santai..” Pintaku.

“Aku sudah sukses menghindari Dongho seharian ini. Dongho biasanya main ke kelas kalau jam istirahat, istirahat kali ini aku bersembunyi di perpustakaan supaya ia tidak bisa menemukanku. Aku juga tidak membalas LINE-nya dan tidak mengangkat teleponnya. Ditambah lagi aku telah menyuruhmu menyampaikan bahwa tragedi aku menembaknya itu hanyalah dare.” Curhatku panjang lebar setelah duduk di ujung kasur, sedangkan Bomi duduk di kursi yang ada di depan meja belajarku. “Ngahaha...!! Dia pasti ilfeel abis denganku...!” Kataku pede.

Bomi cuma meringis.

“Jadi apakah kau sukses menjalankan tugasmu Bomi-ya..? Kau ke sini mau melapor itu kan..?” Tanyaku.

“Geuge.......” Kata Bomi panjang sambil menggaruk-garuk rambutnya yang entah itu gatal benaran atau tidak.

“Geuge... Geuge... Tidak pakai acara ‘geuge, geuge’!!! Cepatlah Bomi-ssi!” Omelku, galak.

“Cheogi........................” Katanya lagi dengan nada yang entah panjang mana sama kereta api.

Tungguku sabar dengan ekspresi straight face-ku yang aduhai. /?

Bomi memutar-mutar jari telunjuknya sebentar sebelum akhirnya menjawab.

“Jadi begini, Unnie... Aku sudah menyampaikan pada Dongho-saeng kalau kau menembaknya hanya untuk memenuhi dare-ku..,”

Dengarku dengan ekspresi sumringah.

“Tapi... Ia bilang, ia tak papa...,”

It’s okay wae, Mas
It’s okay wae
Aku rapopo.. Aku rapopo.. Aku rapopo..

Don’t comeback again, Mas!
Don’t comeback again!
Aku rapopo.. Aku rapopo.. Aku rapopo....

Tiba-tiba terdengarlah lagu “Aku Rapopo” nya Jupe dan Bomi tiba-tiba berjoget ria sambil goyang jempol atas bawah.

Aku memandangnya dengan ekspresi straight face-ku, lagi. Ternyata Bomi doyan yang beginian...

Aku mematikan radionya.

“YOON BOMI!” Teriakku untuk menyadarkannya.

“Eh.. Eh.. Iya...? Apa..?” Tanyanya.

“Back to topic..!” Kataku, mengingatkan.

“Eh, iya ya.....? Darimana datangnya lagu itu ya..?” Tanyanya sambil menepuk-nepuk radio putihku yang berada di belakangnya, tepatnya terduduk manis di meja belajar pink-ku.

“Tadi aku menyalakan radio ada DJ Hyuk sama Leeteuk siaran, siapa tahu mereka putar lagu comebacknya SISTAR, Touch My Body di radio... Eh, kau malah berjoget ria..” Jawabku.

*ini bukan promosi XD*

“Habis musiknya asik sih, Unnie..” Bomi menyampaikan alasannya sambil cengengesan.

“Kau suka yang begituan..?” Tanyaku, bergidik.

Bomi mengangguk dengan polosnya.

“Okay. Lanjut tentang yang tadi.. Respon Dongho gimana..?” Tanyaku untuk menyekip pembicaraan yang tadi.

“Dia bilang..., dia tak apa-apa unnie. Kau tembak hanya karena dare.. Malahan baginya dare itu mendatangkan berkat baginya.. Berkat dare itu Dongho bisa jadian sama unnie, begitu katanya...” Jelas Bomi.

“Jadi dia tak merasa dipermainkan...?” Tanyaku.

Bomi menggelengkan kepalanya.

Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tak gatal.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!” Teriakku. “Jadi aku belum bisa mendapatkan Woobin oppa dong..?” Tanyaku.

Bomi mengangguk.

“Sabar, ne, Unnie..!” Kata Bomi sambil mengelus-elus pundakku.

“Ne...” Jawabku lemas sambil menundukkan kepalaku.

“Daripada unnie galau, mendingan kita nonton TV yuuk!” Ajak Bomi.

“Ide bagus!” Kataku sambil mengelus-elus kepala Bomi seperti adik kecilku sendiri.

“Ngehehe...” Kekeh Bomi.

Begitu TV dinyalakan...

Ada kabar gembira untuk kita semua~ Kimchi enak kini tinggal ekstraknya~

#IklanMastinVersiKorea #MastinMendunia #KulitManggisPemes #YahhhKimchinyaTinggalEkstrak #WoooNangis! :c

Ngekkk~

*ceritanya back sound-nya FF Author langsung ganti radio rusak*

Bomi dan Chorong tak jadi bahagia, mereka mengubah ekspresi wajah mereka yang tadinya gembira ketika hendak menyalakan TV menjadi straight face.

Click!

Chorong memencet lagi remot TV nya dan mengubah channel TV nya ke channel lain. Dilihatnya film Dora The Explorer yang ceritanya Dora-nya sudah dewasa.

“Whooa! Dora sudah dewasa nih.. Tonton, ah..! Siapa tahu tambah pintar..” Kata Chorong mencoba have fun dan menghilangkan kegalauan hatinya dengan kartun tersebut.

“Wuah!! Daebak!” Seru Bomi.

“Apakah kalian lihat pub...?” Tanya Dora yang berada di layar kaca.

#IniMahCeritanyaDoraTheDugemerzBukanDoraTheExplorer ._.” #PalinganJugaDoraMabukSirupCapSarangTawon -_- ( “   u,u )

“Di situuu.......!!!” Jawabku dan Bomi dengan semangat dan kompaknya sambil menunjuk pub yang lokasinya di tengah, tepat di belakang Dora persis.

“Dimana...?” Tanya dora lagi.

“Di situ, tepat di belakangmu, arah jam 12..” Jawab Bomi.

“Di situ, woy..!” Jawab Chorong yang sudah mulai tak sabar.

“Dimana...?” Tanya dora..., lagi.

“Di situ...” Jawab Bomi masih dengan sabarnya.

“Di situ, Begokk!” Seru Chorong, jengkel.

“Oh, iyaaa.... Pub nya berada di belakangkuu....” Kata Dora yang akhirnya mengerti.

“YEEE! Kan daritadi udah gue bilangin di belakang lu..!!”

Chorong menghampiri Smart TV-nya dan hendak membantingnya saking gregetannya.

“Jangan, Unnie..! Mahal loh belinya...” Cegah Bomi sambil memegang pundak Chorong.

Kalau Chorong tidak diingatkan oleh Bomi mungkin TV itu sudah hancur lebur di lantai kamar sekarang.

“Hehe. Iya yaaa... Mahal.” Kataku sambil cengengesan dan mengelus-elus permukaan atas TV-nya yang slim itu.

“Unnie, yuk main video game saja daripada jengkel..!” Saran Bomi.

“Ide bagus!” Seru Chorong.

“Bomi-ya! Kita duduk di lantai saja ya supaya dekat dengan joystick-nya..?” Pinta Chorong.

“Okay, Unnie..” Sahut Bomi setuju. Ia langsung memposisikan duduknya di sebelahku, di lantai, duduk di atas karpet bulu beruangku.

~ll~

“YEAY!!!” Teriakku girang setelah terpampang bahwa winner-nya aku.

“Ah! Serunyaaa..!” Kata Bomi.

“Bomi kau kalah..” Sahutku.

3 jam telah berlalu sejak kami main video game tadi. Hari telah berganti menjadi sore.

“Tak apa-apa, Unnie.. Yang penting.. Yang seru adalah main bersama unnieku..” Kata Bomi dengan polosnya.

Aku lantas mengelus kepalanya dan merangkulnya. Ah, Yoon Bomi.. Ia sudah seperti adik kandungku sendiri.. Meskipun aku hanya anak semata wayang, namun aku tak pernah merasa kesepian, karena ada dia di sisiku yang selalu menemaniku..., batinku.

Bbuing!

Terdengar bunyi dari dari Smart Phone-ku. Lalu kulihat sekilas ada chat LINE yang terpampang di screen Smart Phone-ku dari orang yang sudah tak asing lagi bagiku.

dongho: nuna-ya! mw kah kau mkn mlm dgku hr ini? c:

“Bomi-ya! Ini Dongok. Dia ingin mengajakku makan malam.. Eottokhae, eo?” Tanyaku pada Bomi sambil cemberut.

“Aaa! Malaaas...!!” Seruku malas sambil menutup wajahku sendiri dengan kedua telapak tanganku.

Bomi kemudian menarik kedua tanganku.

“Sst! Unnie-ya... Unnie, tidak boleh begitu.. Gunakan ini sebagai kesempatan terakhirmu saja..!” Kata Bomi.

“Tapi aku malas, Bomi-ssi.. Si Dongok itu begitu menyukai makan di restoran Eropa. Cara makannya ribet sekali. Aku malas..” Kataku.

“Nah, unnie..! Kalau begitu buatlah dia ilfeel dengan cara makanmu yang menjijikkan..” Saran Bomi.

“Ah, Bomi-ya! Kau cerdas sekali..!” Aku mengelus kepalanya sekali lagi. “Gomawo...” Ucapku.

Tanpa menunda aku langsung membalas LINE dari Dongho.

chorong: ok. :3 aku bs mkn mlm dgmu hr ini, dongho-ya.

“Hehehe...” Kekeh Bomi dengan pipinya yang blushing, lalu tersenyum.

“Ya! Uri Bomi sudah besaar...!!” Seruku.

Bomi langsung ber-straight face ria.

Ngekkk~

Bunyi back sound radio rusak kembali terdengar.

“Yak!! Unnie!!! Memangnya dari dulu aku belum..??” Seru Bomi.

“Belum...!” Jawabku sambil mehrong.

Bomi lantas mengejarku. Kami kejar-kejaran seperti anjing dan kucing yang sedang bertengkar. Bomi mengejarku. Kemudian aku juga mengejar Bomi. Loh, sebenarnya yang harusnya mengejar itu Bomi atau aku sih..?

“Hhh... Hhhhhhhhhhhhhhh...”

Napas Bomi terengah-engah tak karuan.

“Sudahlah, Unnie.. Berhenti mengejarku hanya Mandilah dan berdandan, kau akan berkencan!” Saran Bomi.

“Ya!! Bomi-ya! Kau menyerah, kan..?” Todongku pada Bomi dengan guling Hello Kitty-ku yang ada di kasur. *kenapa harus Hello Kitty sih, Yorubun...???*

“Ani. Aku serius. Unnie kan akan berkencan, sebaiknya mandi dan berdandanlah yang cantik dulu..!” Kata Bomi dengan ekspresi yang benar-benar serius.

“Wuah!! Daebak! Uri Bomi benar-benar sudah dewasa.” Seruku.

Bomi tidak menanggapi. Ia cemberut dan melipat tangannya di depan dada.

“Baiklah. Aku mandi, ne..?” Kataku menurut.

Bomi mengangguk.

“Nah.. Berhubung unnie mau mandi, Bomi pulang, ne..?” Kataku lagi.

“Yae?” Tanya Bomi. “Unnie, kau mengusirku..?

“Ne.. Hari sudah sore, nanti kau akan dicari umma-appa-mu. Lagipula aku mau mandi.. Bomi sebaiknya pulang, ne..? Aku akan membukakan pintu untukmu...” Kataku.

“Ne.. Baiklah.. Lagipula hari sudah sore, aku harus segera pulang..” Kata Bomi yang akhirnya menurut dan beranjak dari tempat duduknya.

Aku mengantarkan Bomi sampai ke depan rumahku.

“Bye, unnie..!” Pamit Bomi.

“Bye, Bomi-ya..! Pulangnya ati-ati, ne..!” Kataku.

“Ne..” Bomi melambaikan tangannya padaku.

Aku melambaikan tangan padanya balik. Setelah sosok Bomi menghilang dari depan pintuku. Aku langsung kembali ke kamarku di lantai atas. Aku mengecek Smart Phone-ku begitu sampai di kamar. Ternyata Dongho sudah membalas.

dongho: okay, nuna. i’ll pick u up at 6.30. ;)

Balasnya sok Inggris.

Setelah membaca balasannya aku langsung melangkah masuk kamar mandi sambil menggumamkan lagu Mr. Chu-nya A-Pink.

~ll~

Aku sudah selesai berdandan. Setelah berjam-jam memilih baju aku akhirnya memilih sebuah mini-dress berwarna merah yang cantik untuk kupakai.

Satu setengah jam yang lalu...

“Longdress hitam ini..? Tidak, akan terlihat suram.. Minidress ungu muda yang banyak hiasan permennya ini..? Tidak, terlalu alay... Minidress pink ini..? Tidak, terlalu kekanak-kanakan... Backless dress merah ini..? Ah, tidak! Terlalu seksi! Dress kuning ini..? Tidak, ah! Nanti aku terlihat seperti Minion.. Dress berkerah putih ini..? Tidak, ah! Nanti seperti mau komuni pertama..” Kataku sambil membuang-buang baju yang tak jadi kupakai ke atas kasur.

“Nah, yang ini bagus!” Kataku girang, setelah mencoba sebuah dress merah yang cantik yang sangat elegan, simple, dan sangat pas ditubuhku. Lalu aku memutuskan untuk mengenakan baju itu, untuk bertemu Dongho.

‘Nah, ini bisa membuat Dongho terpesona padaku..’ Batinku.

Lalu aku menampar pipiku sendiri.

‘Eh, kenapa aku jadi memikirkan Dongho?? Andwae..!! Andwae..!! Jangan-jangan aku mulai menyukainya...’ Batinku lagi.

Tiba-tiba sebuah suara membuyarkan lamunanku.

Tiiiiin! Tiiiiiiiin!

Yorubun, jangan salah paham yaaa..! Ini bukan panggil Si Tintin, ini suara klakson mobil Dongho.. u,u

“Umma, Appa aku pergi dulu yaa..!” Pamitku pada umma dan appa yang kebetulan sudah pulang ke rumah sejak jam 6 sore tadi.

“Mau pergi kemana..?” Tanya appa.

“Mau pergi ke sweet teman, Ppa..” Jawabku. Aku memilih kata ‘makan malam’ daripada ‘berkencan’. Kurasa itulah kata yang lebih tepat, karena toh sebentar lagi aku akan putus dengan Dongho. Jadi appa tidak akan menanyakannya jika kubilang hanya makan malam.

“Baiklah, jangan pulang kemalaman yaa..!” Ujar appa.

“Ne, Appa.. Chorong berangkat dulu, ne..!” Pamitku.

Lalu aku keluar rumah dan menuju ke mobil Dongho yang sudah berada di depan rumah. Dongho membukakanku pintu mobil bak seorang putri.

“Gomawo...”Kataku, berterimakasih padanya.

Lalu kamipun berangkat ke salah satu restoran masakan Eropa yang ada di Seoul.

~ll~

Ternyata dia memilih restoran Prancis yang bernama La Cafe *ini nama cuma ngarang doang, gatau ada beneran ato ga ><*. Sesampainya di sana dia langsung membukakanku pintu bak tuan putri lagi.

"Gomawo..." Kataku, berterimakasih padanya lagi.

"Ah, Nuna.. Tak usah berterimakasih, Nuna.. Aku kan pacar nuna, jadi sudah sewajarnya kalau aku memperlakukan nuna seromantis ini..." Kata Dongho.

Pipiku jadi memerah.

Ya iyalah.. Secara tadi aku pakai blush on-nya Etudeee... *ini bukan promosi!!* :p

Dongho lalu mengandeng tanganku dan membimbingku berjalan dengan mesranya.

Dongho memilih untuk duduk di dekat jendela, katanya di sanalah lokasi yang paling romantis untuk berkencan. Sejenak setelah kami duduk, pelayan langsung menghampiri kami.

"Bonsoir..! Kalian mau pesan apa, Tuan, Nona..?" Tanya Ajumma pelayan yang langsung memberikan buku menunya padaku dan Dongho.

Dongho masih sibuk membolak-balik buku menu, kiranya ingin memilih menu yang benar-benar enak baginya. Sedangkan aku membolak-balik buku dan justru malah bingung dengan menu-menu masakan Prancis yang menggunakan Bahasa Prancis yang tidak kumengerti sama sekali.

'Hahaha... Nah, ini waktunya beraksi...!' Batinku sambil tersenyum evil sendiri. Kututup buku menunya.

"Ajumma, pesan pecel lelenya ada..?" Tanyaku pasa Si Ajumma pelayan dengan suara yang cukup keras.

Orang seisi La Cafe langsung menatap ke arah kami semua.

"Psst!" Seru Dongho sambil menaruh jari telunjuknya di bibirnya sendiri tanda menyuruhku diam.

'Yesss! Kayanya rencanaku berhasil tuh.. Si Dongok mulai malu..' Batinku, senang.

"Maaf nggak ada, Nona.." Jawab Ajumma pelayan cafe.

"Kalau cendol..?" Tanyaku lagi, kali ini dengan nada suara yang normal, takut di complain Dongho lagi.

"Maaf nggak ada juga, Nona..." Jawab Ajumma itu.

"Jadi restoran ini adanya apaan sih..? Kok kayanya nggak lengkap banget gitu??!" Tanyaku dengan nada suara yang mulai ditinggikan lagi.

"Psst!" Seru Dongho, memperingatiku lagi.

Seisi La Cafe kembali menengok ke arah kami lagi.

Dongho segera mencegah pertanyaan-pertanyaan konyolku ini dengan langsung menyebutkan pesanan, "Ajumma, Haricot De Mutton 2.., lemon tea 2.."

"Baik. Saya ulangi lagi pesanannya.. Haricot De Mutton 2.., lemon tea 2.. Benar?" Tanya Ajumma itu.

"APA?? Bekicot De-"

Seisi La Cafe langsung melihat ke arah kami. Lagi.

"Benar." Potong Dongho cepat sambil menutup mulutku, mencegahku untuk berbicara lagi.

"Ada pesanan lain lagi, Tuan..?" Tanya Si Ajumma lagi.

"Tidak, terimakasih.." Jawab Dongho.

"Baik. Kalau begitu tunggu pesanannya ya, Tuan, Nona..." Kata Si Ajumma pelayan itu sambil membungkukkan badannya sebelum pergi.

Aku melepaskan tangan Dongho dari mulutku.

"Apaan sih..??" Tanyaku, begitu aku melepaskan tangannya yang besar itu dari mulutku.

"Gwaenchana, Nuna..." Jawab Dongho yang nampaknya malu mengungapkan alasan yang sebenarnya mengapa ia menutup mulutku. Pasti itu karena ia mulai malu. Tapi ia tak ingin menyakiti hatiku, aku tahu itu..

Dia lantas menggaruk-garuk rambutnya yang tak gatal sama sekali itu sebenarnya.

15 menit kemudian, setelah kami menunggu pesanan kami datang..

"Merci..." Kata Dongho. Aku tahu. Maksudnya ia berterimakasih ke Si Pelayan tersebut.

"Ini Bekicot De Mutton itu ya..?" Tanyaku pada pelayan pria yang mengantarkannya.

"Benar, Nona.." Jawab si pelayan pria tersebut, nyengir.

Dongho menyikut lenganku.

"Wae..??" Tanyaku.

"Ani, Nuna.." Jawab Dongho sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain dan lagi-lagi menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.

Pelayan pria itu meninggalkan kami, setelah mengantarkan pesanan kami.

"Bentuknya seperti tai ya...?" Tanyaku dengan suara yang cukup keras untuk didengar.

Seisi La Cafe kembali memperhatikan kami lagi. Dongho menatapku.

"Wae..??" Tanyaku lagi.

"A-ani..." Jawab Dongho gelagapan. Ia pasti sudah emosi. "Silakan makan, Nuna..!" Katanya, akhirnya.

Aku mulai makan. Kupegang garpu di sebelah kiri dan pisau di sebelah kanan. Dongho memperhatikanku lagi.

"Wae...???" Tanyaku lagi.

Dongho tersenyum kali ini. Senyumannya terlihat sangat natural.

'Jangan paksakan kehendak hatimu, Dongho.. Bencilah aku dan putuskanlah saja aku.. Karena itu yang kuinginkan.' Batinku sambil menatap wajahnya yang polos itu.

Dongho memegangi tanganku.

"Peganglah garpunya di sebelah kanan dan pisaunya di sebelah kiri, Nuna.. Kemudian potonglah dulu ini..!" Ajar Dongho sambil menggerakan tanganku.

"Oh, begini yaa...?" Ulangku sambil mempraktekan apa yang Dongho ajarkan.

Dongho mengangguk.

"Nah, sekarang makanlah, Nuna..!" Katanya mempersilakan.

Aku memang memotongnya dengan benar, tetapi aku lantas memakan daging yang sudah terpotong tersebut menggunakan ujung pisau yang sudah kutancapkan ke dagingnya.

Ctakkk! Ctakkkkk! Ctakk!

Berikutnya aku memotong dagingnya dengan kasar sampai piringnya berbunyi dengan nyaringnya. Lagi-lagi aku sukses membuat seisi La Cafe memperhatikan kami. Tetapi untuk membuat Dongho ilfeel sepenuhnya? Belum..

Dongho tidak memperingatkanku, meskipun ia tahu seisi cafe menatap ke arah kami. Mungkin ia tak ingin kenyamanan makanku terganggu.

'Ayolah, Dongho..! Marahlah padaku...!' Teriak batinku.

Kali ini aku mencoba untuk melakukan hal lain yang lebih menyebalkan.

Aku memotong dagingnya dengan sangat kasar hingga..

Syunggg!

Daging itu hinggap di kepala orang lain. Nampaknya kepala seorang madam, turis asing...

Dongho lalu memperhatikan orang itu terus, begitupula aku. Aku memang bermaksud membuat dagingnya jatuh. Tetapi ke lantai.., bukan ke atas kepala orang. Madam tersebut nampaknya merasa ada yang mendarat di kepalanya dan mencoba mengambilnya. Tetapi rambutnya yang pirang, yang ternyata rambut palsu itu tertarik bersama dengan dagingnya.

"Ups!!" Aku menutup mulutku. Untung saja madam itu tak mengetahui siapa yang melemparinya daging.

Beberapa pengunjung cafe lantas menatapnya.

Aku lalu mencoba memotong daging dengan kasar lagi.

Pranggg!

Kali ini di luar ekspektasi. Bukan hanya dagingnya saja yang melompat ke lantai, tapi nampaknya piring yang nampaknya tersenggol oleh tanganku itu mendarat dengan mulusnya di lantai dan sukses terpecah-belah, tak berbentuk, menjadi kepingan-kepingan beling.

Dongho mendelik.

Manajer Cafe yang kebetulan sedang berada di tempat dan melihat kejadian barusan langsung menghampiri kami.

"Nona, harus mengganti kerusakan piringnya.." Kata Si Manajer begitu sampai di meja kami.

Aku mulai panik.

"Biar saya saja yang mengganti piringnya, Pak.." Kata Dongho.

"Baiklah. Anda harus mengganti piringnya sebanyak 30.000 won." Kata Si Manajer.

'Mahal sekali...!' Batinku sambil menutup mulutku sendiri.

Dongho memberikan uang lembaran sebanyak 30.000 won itu kepada Si Manajer Cafe.

"Nuna, ayo pulang..!" Ajak Dongho sambil menarik tanganku.

Dongho lalu membayar makanan kami di kasir dan terus pulang.

'Ia pasti sudah malu sekali.. Maafkan aku, Dongho-ya...' Batinku sambil menggigit bibir bagian bawahku sendiri. 'Tapi tak apa percobaan membuat ilfeel-ku nampaknya berhasil..' Senyumku evil kemudian.

Aku membuka pintu sendiri ketika sudah di samping mobil, kali ini Dongho tak membukakanku pintu. Dongho lalu mulai menjalankan mobilnya dan keluar dari halaman parkir La Cafe. Kulihat ia menyetir dengan wajah yang semerah kepiting rebus. Ia pasti marah.

'Kepiting rebus baiknya diberi bumbu pedas..' Batinku, evil.

"Dongho-ya! Aku masih lapar.. Tadi makan sedikit sekali.. Bagaimana nanti pulang mampir di kedai soju Yubin Ajumma dulu..?" Tanyaku sambil memasang tampang aegyo dan memegang lengannya.

"Maaf, Nuna.. Tapi aku sudah mengantuk.. Kalau masih lapar, nuna di rumah masak ramyun instan saja..." Tolak Dongho masih dengan bahasa yang sopan.

Aku melepaskan tanganku dari lengannya.

'KAKAKAKAKKAKAAKAAAA!' Tawaku evil dalam hati, aku tersenyum tipis.'Nampaknya ia sudah ilfeel padaku.. Paling-paling juga sebentar lagi aku diputuskan.. YEAYYY!! Aku bisa mendapatkan Woobin oppa setelah iniiiiiiiiiiiiiii...................!!!' Teriak batinku senang.

To be continued...

Apakah Dongho benar-benar marah dan akan memutuskan Chorong..? Nantikan di chapter selanjutnya! ;)

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK