home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Try To Make You Lost Feeling

Try To Make You Lost Feeling

Share:
Published : 20 Jul 2014, Updated : 29 Jul 2014
Cast : Apink Chorong, Apink Bomi, Apink Eunji, Apink Namjoo, UKISS Donghoo, and Kim Woobin
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |4276 Views |18 Loves
Try To Make You Lost Feeling
CHAPTER 1 : Ide Jahil Bomi

Ide Jahil Bomi

Aku memegang kepalaku, lalu mengacak-acak rambutku sendiri. Aku melamun lagi. Shin Dongho. Nama itu terlintas di pikiranku lagi. Kemarin sore dia baru saja menerobos hujan demiku.

“Nuna, belum pulang..?” Tanyanya.

“Belum. Aku tidak membawa payung hari ini. Aku mungkin menunggu sampai hujannya reda.” Jawabku cuek tanpa menoleh sedikitpun ke wajahnya.

Dongho tiba-tiba menarik tanganku.

“Eh, waeyo??” Tanyaku, karena kaget dengan perlakuannya.

“Nuna, aku akan memayungimu dengan payungku, sehingga kau tidak akan kehujanan.. Ayo kita pulang sekarang!” Ajaknya.

“Eh.. Lalu bagaimana denganmu?” Tanyaku.

Dia menarik tanganku sekali lagi. Kali ini posisi kami telah berada di tengah-tengah hujan yang lebat. Aku aman berada di bawah payungnya, sedangkan dia telah terguyur dengan air hujan.

“Nuna, aku ini cowok.. Aku tidak apa-apa dengan hujan. Yang terpenting bagiku adalah nuna tidak kehujanan...” Katanya sambil tersenyum.

“Eh.. Eh..... Tapi...”

Dongho tidak mengindahkan kata-kataku. Ia hanya diam dan tetap saja nekat menerobos hujan demiku. Kupikir wajar-wajar saja kalau Dongho begitu mengkhawatirkanku. Dia kan sekarang pacarku.. Tapi aku jadi sedih. Karena sudah mempunyai pacar, itu berarti aku tidak bisa mendekati Woobin oppa, Si Sunbae Cool itu lagi. Padahal sedari dulu Woobin oppa-lah yang menjadi pria idamanku. Semua ini karena dare sialan itu!

“Jadi rumah nuna dimana..?” Tanyanya.

“Di sana ada perempatan.. Jalan lurus saja dulu! Lalu belok ke sebelah kiri.. Di sebelah kiri itu kan jalan raya, banyak gang, nah pilih gang yang kedua di sanalah rumahku.. Rumah pertama sendiri dari ujung sebelah kanan bercatkan warna biru, sangat  mudah ditemukan...” Jelasku.

“Okay. Arasseo.” Katanya, mengerti.

Kami tetap menerobos hujan dalam diam. Benarkah ia tak apa-apa..? Tanyaku berkali-kali dalam hati sambil sesekali menatap wajahnya yang masih polos dan kekanak-kanakan itu.

“Nah! Sudah sampai, Nuna...” Katanya.

Hingga aku tak sadar kalau kami telah sampai di depan rumah..

“Mau mampir sebentar dan minum teh hangat..?” Tawarku. Aku tidak enak hati karena ia telah menerobos hujan dan basah demiku. Aku khawatir dia akan masuk angin.

“Terimakasih tawarannya. Tapi mungkin lain kali saja, Nuna. Kali ini aku sedang banyak PR dan tugas sekolah yang harus segera kuselesaikan.” Tolaknya dengan lembut.

“Eo.. Ya sudah...” Kataku. Aku tak tahu lagi apa yang harus kukatakan untuk membujuknya. Setidaknya aku sudah berusaha.

“Kau pulangnya hati-hati ya..!” Kataku, akhirnya.

“Nuna begitu masuk ke dalam rumah juga langsung istirahat ya..! Lalu.. Ini musim hujan pakailah baju yang hangat sebelum tidur.. Nanti nuna masuk angin!” Pesannya. Babo-ya! Yang harusnya kukhawatirkan akan masuk angin itu kamu, Dongho-ya..., batinku.

“Eo..” Jawabku singkat.

“Bye, Nuna!” Katanya sambil melambaikan tangan padaku.

Lalu ia pulang dengan payungnya. Aku menatap punggungnya yang berjalan menjauh dari rumahku.

“DONGHO-YA!!” Teriakku.

“Wae, Nuna?” Dongho membalikkan badannya.

“Ani. Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih..” Kataku.

“Oh.. Sama-sama, Nuna...” Jawabnya sambil melambaikan tangannya padaku lagi dan berjalan mundur seolah ia tidak ingin terlalu cepat berpaling dari wajahku.

Kemudian ia membalikkan punggungnya dan kembali berjalan menjauh dari rumahku. Aku melambaikan tanganku sambil menatap punggungnya yang berjalan menjauh.

Ternyata kekhawatiranku benar. Keesokan harinya Dongho benar-benar masuk angin.

“Selamat pagi, Nuna!” Sapanya sambil berdiri di depan kelasku.

Wajarlah ia sampai harus ke kelasku pagi-pagi buta begini. Tadi pagi LINE darinya tak kubalas sama sekali. Habisnya aku malas..

“Masuklah..!” Pintaku.

Hari ini lehernya dibalut oleh sebuah scarf merah.

Dongho masuk ke kelasku yang kebetulan masih sepi dan memposisikan dirinya di kursi kosong yang seharusnya menjadi tempat duduk Eunji, tetapi kebetulan pemilik kursinya belum datang.

“Hatchoooo...!! Hatchooo....!!” Dongho segera mengeluarkan sapu tangan yang ada di saku bajunya untuk menutupi bersinnya.

“Kau masuk angin, Dongho-ya..?” Tanyaku.

“Eh.. Anu... Tidak, Nuna.. Ini hanya sedikit flu saja..” Elaknya.

Kemudian Eunji datang.

“Kau bisa duduk di sebelah Namjoo dulu, Eunji-ya..?” Pintaku.

Eunji mengangguk.

“Eh, tidak usah.. Aku juga tidak lama-lama di sini kok, Nuna.. Ini aku sudah mau kembali ke kelas.. Eunji Nuna, silakan duduk...!” Katanya, kemudian ia kembali ke kelasnya sendiri.

Eunji mengangguk lagi, kemudian duduk di kursinya sendiri.

Kriing! Kriiiiiiing!

Kemudian tidak lama setelah itu bel tanda masuk berbunyi dan pelajaran pertama segera dimulai.

“Heh! Melamun lagi ya?!” Kaget Si Jahil Bomi.

“Eo..” Jawabku cuek.

“Melamunkan siapa kali ini..?” Tanyanya, kepo.

Aku hanya diam saja dan manyun.

“Woobin oppa?” Tebaknya asal.

Aku menggelengkan kepalaku.

“Dongho?” Tebaknya lagi. Bomi pikir ini tebak berhadiah kali ya, batinku.

Aku mengangguk.

“Cieee..... Tumben tidak melamunkan Woobin oppa?” Goda Bomi.

“Ya!! Bagaimana bisa aku memikirkan Woobin oppa, sementara statusku masih pacar Dongho..?” Tanyaku.

“Wey...! Kenapa kau harus memikirkannya benar-benar..? Lagipula dia kan bukan pacar sungguhanmu.. Aku kan sudah bilang.. Tinggal kauputuskan saja dia..!” Jawab Bomi enteng.

Aku menoyor kepalanya.

“Aw! Appo!” Kata Bomi sambil mengelus kepalanya yang sakit.

“Kau pikir semudah itu..?” Tanyaku. “Aku tidak enak hati pada Dongho.. Dia telah melakukan banyak hal untukku...”

“Apa saja yang telah dia lakukan untukmu?” Tanya Bomi.

“Meminjamkanku dasi ketika aku lupa membawanya sampai dia yang kena marah sonsaengnim-nya karena tidak berseragam lengkap, hujan-hujanan demiku hingga masuk angin, memberiku coklat dan surat cinta setiap hari, sering mengirimiku makanan yang lezat, menemaniku main game ketika tidak ada yang menemaniku bermain, menjagakan adikku untukku ketika aku begitu ingin pergi nonton konser CN Blue tetapi tidak ada yang menjaganya di rumah, memberi makan Bonie, Popo, dan Ahreum (ketiga anjing Siberian Husky yang galak milik Chorong), mengajak jalan-jalan Darling dan Baby (kedua anjing golden kece milik Chorong yang hobinya pakai kacamata hitam), dan membelikanku boneka panda pink besar yang kuidamkan sejak lama..” Jawabku.

“Wuahh.....!! Daebak! Sudah banyak yang dia lakukan untukmu ya..? Kalau begitu kau telah berhutang budi banyak padanya..!” Kata Bomi.

“Nah, makanya...! Semua ini karena dare sialanmu itu!” Umpatku sambil menoyor kepala Bomi sekali lagi.

“Aw! Appo! Jangan menoyorku terusan, unnie..!!” Peringat Bomi.

~ll~

Jadi hari itu... Eunji dan Namjoo sibuk berpartisipasi di acara pesta penyambutan siswa baru, Eunji perform choir, sedangkan Namjoo tampil dua kali dalam choir dan juga cheerleader. Maklumlah Eunji hanya perform dalam choir saja, karena berbeda dengan Namjoo, ia tidak terlalu menyukai menari, dia lebih menyukai menyanyi. Sebenarnya kami semua mengikuti ekstrakurikuler yang sama, yaitu tenis, tetapi karena untuk anak ekstrakurikuler tenis tidak ada perform, aku dan Bomi yang menganggur bisa mendapatkan waktu istirahat. Kami mengisi waktu luang kami ini dengan bermain Truth Or Dare di kantin sekolah. Awalnya sih have fun, tapi akhirnya jadi...

“Sekarang giliranmu, Unnie!” Kata Bomi.

“Aku, truth!” Kataku.

“Ah, unnie mah sukanya cari aman.....” Ejek Bomi.

“Baiklah.. Tipe orang seperti apa yang tidak unnie sukai..?” Tanya Bomi yang akhirnya memberi pertanyaan.

“Orang yang kekanak-kanakan, suka bergantung pada orang lain, sok famous, dan sok imut..” Jawabku dengan jujur.

Gilirannya kembali ke Bomi lagi.

“Dare!” Kata Bomi secara langsung.

“Ini... Campurkan kecap ini dengan greentea milkshake-mu itu, lalu minum sampai habis!” Perintahku sambil menyodorkan sebotol kecap.

Bomi kemudian mencampurkannya, lalu meminumnya.

“Done, Unnie.. Ngehehe.... Rasanya tidak buruk..” Katanya.

Aku hanya meringis membayangkan rasanya yang campur aduk, tidak karuan.

“Sekarang giliranmu lagi, Unnie..!” Bomi menunjukku.

Aku memegang jari telunjuknya.

“Pasti mau pilih truth lagi kan..?” Tebak Bomi.

“A-aku... Dare!” Kataku, karena tengsin.

“Tembaklah adik kelas satu yang baru masuk tahun ini..!” Perintah Bomi.

“A-apa???” Tanyaku.

“Iya. Tembaklah adik kelas satu..!” Ulang Bomi.

“Lalu kalau sudah punya pacar, aku tidak bisa mendapatkan Woobin oppa dong..?” Tanyaku.

“Halah.. Ini kan hanya untuk memenuhi dare... Setelah itu kau putuskan saja dia!” Jawab Bomi dengan entengnya.

“Hush!! Itu kan namanya PHP...” Kataku.

“Jadi kau mau memenuhi dare-mu atau tidak, Unnie..??” Tanya Bomi.

“Yaa... Baiklah..! Baiklah..!” Kataku dengan terpaksa.

“Tapi siapa yang harus kutembak yaa?” Tanyaku balik pada Bomi, meminta saran.

“Mmm.....” Bomi berpikir sejenak.

“Ha! Aku punya ide!” Kata Bomi akhirnya setelah berpikir.

“Siapa?” Tanyaku.

“Anak kelas satu yang suka memberimu coklat dan surat cinta setiap pagi itu.. Dia sepertinya menyukaimu.. Dia tidak mungkin menolakmu.. Siapa namanya...?? Shin.. Shin... Wong.. Ho.. Shim..... Bok... Ho... Shik.. Bo.. Bo...... Ho...???” Kata Bomi mencoba mengingat-ingat sambil memutar-mutar telunjuknya di dekat kepalanya, berulang-ulang.

“Shin Dongho. Kudengar..” Kataku cepat.

“Nah, itu yang kumaksud! Hehe...” Kata Bomi sambil cengar-cengir.

“Okay! Tunggu nanti sore ya, ketika ekstra tenis!” Kataku dengan tegas.

“Okay..” Kata Bomi, menyetujuinya.

Sore hari, ketika ekstrakurikuler tenis, di lapangan aku melihat calon korbanku sedang akan istirahat setelah bermain dengan temannya, tim tenis putra.

Aku lalu menepuk bahu Dongho dari belakang.

“Dongho Saeng, maukah kau menjadi pacarku..?” Tanyaku, memberanikan diri sambil menggenggam tanganku sendiri. Walaupun aku sudah tahu kemungkinan akan diterima, tetapi aku merasa awkward saja harus mengatakan ini. Maklumlah...! Ini pertama kalinya aku menembak cowok. Selama ini aku bahkan belum juga pacaran. Selama ini aku hanya mengidolakan cowok dan melihatnya dari jauh, contohnya Woobin sunbae..

Aku melihat Bomi, Eunji, dan Namjoo berbisik-bisik di ujung lapangan sambil melihat kearahku, Bomi sesekali menunjuk Dongho. Paling mereka sedang membicarakanku.

Dongho tersenyum dan langsung mengangguk.

Aku lega dengan responnya bahwa aku diterima. Setidaknya aku tidak perlu malu ditolak di saat pertama kalinya aku menembak cowok, pikirku.

“Dongho saeng, ayo kukenalkan teman-temanku sebentar..!” Ajakku.

“Okay, Nuna!”Jawab Dongho, semangat.

Aku lalu berjalan ke ujung lapangan sambil menggandeng Dongho.

“Teman-teman.. Ini Dongho pacar baruku...” Perkenalkanku pada teman-temanku.

“Annyeong haseyo, Nunadeul..!” Sapa Dongho yang langsung membungkuk begitu bertemu Eunji, Bomi, dan Namjoo.

Bomi dan Namjoo lantas menatapku dengan pandangan aneh.

“Shin Dongho imnida..” Katanya sambil menyalami teman-temanku dengan penuh semangat, dimulai dari Bomi.

“Yoon Bomi...” Jawab Bomi menjabat tangannya.

“Shin Dongho imnida..” Katanya sambil menyalami Eunji.

“Jung Eunji imnida..” Jawab Eunji sambil menjabat tangan Dongho dengan senyumnya yang tulus.

Dan yang terakhir, Namjoo...

“Shin Dongho imnida..” Kata Dongho sambil menyalami tangan Namjoo.

“Kim Namjoo...” Jawab Namjoo sambil menjabat tangan Dongho.

“Yuk, Dongho...!” Ajakku sambil meraih tangan Dongho.

“Teman-teman kami kembali ke lapangan di ujung sana dulu yaa!” Tunjukku pada lapangan seberang.

“Ah, ne...!” Jawab Bomi, Eunji, dan Namjoo hampir bersamaan.

Aku kemudian menggandeng tangan Dongho. Kemudian aku membalikkan kepalaku sebentar ke belakang, dan menunjukkan tanda “v” dengan menggunakan tanganku pada Bomi sambil berkedip tanda dare telah sukses dilaksanakan.

~ll~

“Jadi intinya unnie ingin putus dengan Dongho saeng tanpa perlu merasa bersalah..?” Tanya Bomi.

Aku mengangguk.

“Iya, begitulah, Bomi-ssi...” Jawabku.

“Unnie buat saja Dongho memutuskan unnie sendiri.. Nah, dengan begitu kan bukan unnie yang salah..” Usul Bomi.

“Caranya?” Tanyaku, bingung. Dongho begitu mencintaiku, tak mungkin ia putuskan aku.., pikirku.

“Unnie buat saja Si Dongho itu ilfeel pada unnie..!” Saran Bomi.

 “Ah! Cerdas sekali kau, Bomi, kali ini..!!” Kataku senang sambil memukul kepala Bomi.

“Ah, Unnie!! Appo!! Unnie kan sudah kubilang jangan menoyorku malah ganti memukulku.. Ini sumber ide cemerlangku, Unnie. Ngehehehehe....” Kata Bomi.

“Nggak! Biasanya kan kau lemot...” Kataku dengan jujurnya.

“Jadi bagaimana caranya membuat orang ilfeel..?”

Bomi mulai berbisik-bisik di telingaku, membisikkan ide-ide jahilnya.

Aku memukul kepalanya lagi setelah ia selesai membisikiku.

“Anak pintar!!” Seruku.

“AW! UNNIE!! SUDAH KUBILANG JANGAN MEMUKULKU!!!” seru Bomi geram.

Bomi menoyorku, kemudian mengacak-acak rambutku.

“Hahahahahaha........!!”

Kami lalu tertawa bersama. Aku sudah tidak dilema lagi.

To be continued...

Kira-kira apa yaa yang akan dilakukan Chorong untuk membuat Dongho ilfeel padanya...? Penasaran dengan kelanjutan ceritanya?? Baca chapter berikutnya yaa...!! :)

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK