home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > First Love [Part 1]

First Love [Part 1]

Share:
Author : SJFF_INA
Published : 30 Jan 2014, Updated : 30 Jan 2014
Cast : donghae super junior
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |799 Views |0 Loves
First Love [Part 1]
CHAPTER 1 : Part1

Annyeong. Masih inget sama saya? #ga

 

Mian yang kemarin bilang my lady nya cepet abis,itu udah mandet banget,saya masih punya hutang juga soalnya sama temen,hahaha.

 

Saya bawa cerita baru,ini udah ada dari otak saya sejak dulu,Cuma saya kembangin lagi,mudah-mudahan ga terlalu mengecewakan -_-

 

ini murni pemikiran saya. Kalau ada kesamaan itu murni ketidaksengajaan karena saya juga benci plagiat. Don’t bash n don’t plagiat,warn ya!

 

Happy reading^^^^^^^

 

‘cinta?dalam kamus ku tak ada kata itu.’- donghae

 

‘apa itu cinta?nama senjata baru keluaran amerika?’-siwon

 

‘aku tak mau mengenalnya’- ji ae

 

‘jangan seperti itu,kau akan terperangkap nantinya.’ – jong in

 

‘kapan kau melihatku?’ – ji eun

 

 

And story begin------

 

Laki-laki dengan nama lee donghae –begitulah yang tertulis di meja kerjanya- sibuk membuka lembaran demi lembaran kertas yang disebut laporan itu dengan perlahan,mencoba menyerap isi dari semua yang tertera dari satu persatu kertas itu. dia hanya menggumam menjawab ketukan yang berasal dari pintu ruangannya.

 

“maaf presdir lee,sepertinya ada masalah di luar. Wanita yang mengaku kekasih anda mengamuk karena tak di izinkan masuk.” Ucap laki-laki yang menjabat asistennya itu. Donghae hanya menoleh sekilas dan menyimpan kacamata bacanya. Menatap bawahannya itu dengan tatapan dingin,seperti biasa.

 

“satu wanita pun kau tak bisa menyelesaikannya. Tsk,bagaimana  kau menghadapi banyak orang.” Donghae beranjak dan dengan langkah lebar memasuki lift menuju  lantai dasar dimana wanita yang mengaku kekasihnya dan mengaku juga sedang mengandung anaknya itu.

 

Ia menghampiri wanita yang ia ketahui bernama song rae won itu dengan tatapan dingin yang selalu menghiasi wajahnya yang tampan.

 

Donghae mengisyaratkan agar para penjaga kantornya itu melepas wanita yang berontak itu. seketika rae won langsung menghambur menuju donghae yang langsung mendorongnya paksa ketika wanita itu memeluknya.

 

“hei!kenapa kau melakukan ini?!aku sedang mengandung anakmu!” donghae masih dengan tatapan dinginnya. Orang-orang yang berlalu lalang dikantor itu seolah terbiasa dengan apa yang sedang terjadi. Karena entah ini kali keberapa pemilik perusahaan ternama itu didatangi wanita tak jelas yang meminta pertanggung jawaban atas kehamilannya. Tapi semua itu tidak terbukti karena detik itu juga laki-laki yang memang mempunyai tanggung jawab seharusnya digiring anak buah donghae kehadapan semua wanita yang mendatanginya itu. tak sedikit dari mereka yang akhirnya bunuh diri karena menanggung malu.

 

Kenapa banyak wanita yang melakukan itu?alasan mereka bervariasi. Ada yang benar-benar menyukai donghae sehingga melakukan itu.ada juga yang penasaran atau sekedar ingin mencari sensasi. mereka umumnya wanita ‘kesepian’ yang selalu mendatangi bar yang didatanginya bersama rekan-rekannya.

 

Ia ingat wanita didepannya ini. Salah satu wanita yang berusaha mendekatinya di bar pinggiran seoul  beberapa minggu lalu tapi ia tolak dengan dingin.

 

“kapan aku menyentuhmu?” suara dingin itu membekukan suasana di sekitarnya. Begitu pula wanita yang mengaku sebagai kekasihnya itu. kalau nada bicaranya sudah seperti itu berarti ia benar-benar marah dan sesuatu akan terjadi.

 

Terlihat seorang laki-laki diseret paksa oleh orang suruhan donghae dan mendorongnya kehadapan wanita itu,membuat keduanya terbelalak.

 

“bawa keduanya ketempat yang jauh dari sini.” Hanya itu yang donghae katakan dan pergi meninggalkan kegaduhan yang terjadi. Inilah kelebihannya,ia selalu bertindak cepat sebelum semua tak terkendali. Perasaannya juga lah yang membantu ketika sesuatu seperti tadi akan terjadi. Ia benar-benar mempersiapkan diri jika ia sedang menjamu partnernya yang kebanyakan ingin bertemu di bar pasti  ada saja wanita-wanita aneh yang ‘mengganggunya’. Ia sendiri tak peduli karena tak begitu tertarik.

 

“seperti biasa kau melakukannya dengan baik.” Puji  seseorang yang sudah duduk manis di kursi kerjanya ketika donghae sampai.

 

Laki-laki itu hanya mengangkat bahu tak peduli,ia mengambil sisa laporan yang belum ia baca dan duduk di kursi lain.

 

“kau selalu mengabaikanku. Kapan kau melihatku huh?bahkan kau tak menanyakan kapan aku datang.” gerutunya ketika melihat donghae acuh. Ia mengerucutkan bibirnya kesal,menghampiri donghae dan duduk disebelahnya.

 

“hae-ya…” panggilnya. Donghae hanya menggumam menjawab panggilannya.

 

“lee donghae..” donghae menoleh mendengar panggilan manja itu. “ada apa han ji eun-ssiiiii” jawabnya tak sabar.

 

Gadis bernama han ji eun itu tersenyum manis. “akhirnya kau menganggapku juga. Begitu dong.” Ia mencubit pipi laki-laki tampan itu dengan gemas yang dibalas tatapan tak terima donghae. Ji eun tertawa,ya hanya dia yang bisa menyentuh donghae disini karena hanya ia yang berani melakukannya.

 

Donghae melanjutkan acara memeriksa laporan dari para bawahannya itu. tak peduli dengan ji eun yang menatapnya geli.

 

“jangan menatapku seolah aku ini makanan enak yang siap kau lahap.” Komentar donghae membuat ji eun makin keras tertawa.

 

“tak berubah. Tak ada manis-manisnya. Mau sampai kapan kau seperti ini?tidak ada gadis yang mau mendekatimu kecuali aku.” Cibir ji eun membuat donghae menatapnya malas.

 

“wanita-wanita murahan itu juga mendekatiku.”

Ji eun menepuk dahinya pelan,terkadang jalan pikiran donghae benar-benar sulit ditebak olehnya.

 

“astaga..itu berbeda!mereka gila,jadi berani mendekatimu,sementara….”

 

“berarti kau juga gila karena mendekatiku.” Potong donghae sembil membalikkan kertas laporannya. Ji eun terbelalak,orang ini benar-benar tak ada manis-manisnya. Pikirnya.

 

“karena kau juga gila.”

 

“orang gila yang tampan.” Balas donghae sambil meneriakkan nama asistennya sebelum ji eun membalas perkatannya.

 

‘dasar.’ umpat ji eun dalam hati.

 

********

 

“yak!kim jong in!kalau kau menyentuhnya,aku akan menghabisimu!” teriak seorang gadis yang berlari menghentikan  seseorang bernama jong in itu agar menjauh dari boneka pemberian pacar barunya.

 

Jong in tak mengindahkan perkataan orang itu dan malah mengambilnya sambil tetawa mengejek.

 

“dia hanya memberimu boneka beruang sebesar ini?ish,ini sih murah.”

 

Gadis itu- ji ae- mencoba meraih boneka yang jong in pegang dan tentu saja laki-laki itu mengangkat bonekanya agar ji ae tak dapat meraihnya.

 

“kim jong in. kembalikan!atau ku hancurkan i-pad mu!” ji ae sudah beriap mencari i-pad milik jong in di sakunya,tapi dengan sigap laki-laki itu mengangkat benda kesayanganya lebih tinggi Karena tahu ji ae tak akan bisa menggapainya karena ia lebih tinggi.

 

“jongin-ah..berikan..” ji ae memasang wajah sedihnya yang tetap saja bisa meluluhkan hati jong in.

 

“pabo!” ji ae meraih bonekanya dan menjitak jong in dengan keras sambil keluar dari kamarnya. Jong in berteriak tak terima dan mengejar gadis itu.

 

“ya!kalian sudah besar,berhenti bermain seperti anak kecil!” tegur ibu ji ae ketika gadis itu berlindung di belakangnya menghindari amukan jong in.

 

Jong in mengerucutkan bibirnya dan melangkah keluar rumah. “awas kau ji ae!aku pulang ke apartemen.”

 

Ji ae hanya tertawa menatap jong in yang kesal karena dirinya. Dia mengerling pada ibunya dan kembali berlari pada kamar tercinta. Ibunya hanya menggeleng melihat tingkah anak gadisnya yang masih kekanakan di usianya yang ke 24.

 

Ji ae merebahkan diri di ranjang single size nya dan memeluk boneka beruang itu.

 

“baro oppa. Besok kau mau mengantarku kerja tidak?besok hari pertamaku bekerja di persahaan baru.” Ia berbicara pada boneka itu seolah berbicara pada kekasihnya. Dia tersenyum lebar dan mengetik sesuatu pada ponselnya.

 

“aku tak sabar menunggu hari esok”

 

.

 

.

 

.

 

Ji ae merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan setelah jong in merusak tatanan rambutnya ketika mengantarnya barusan. Iya,kekasihnya baro,tidak bisa mengantarnya karena harus segera pergi keluar kota karena urusan pekerjaan,jadi si tengil –sebutan ji ae pada jong in- yang mengantarnya.

 

Ia memasuki perusahaan itu dengan hati berdebar. Ia di pindahkan dari perusahaannya dulu ke tempat ini. Kalau dulu adalah cabangnya,kali ini ia bekerja di pusatnya. Mungkin karena kerja kerasnya selama 1 tahun terakhir,ia dipindahkan ke kantor pusat yang pekerjaannya lebih berat,tapi juga gajinya menggiurkan. Baginya tak masalah,pekerjaan itu ia lakoni dengan baik,toh lebih baik bekerja keras dan mendapat hasil setimpal bukan daripada diam di rumah tanpa menghasilkan apapun?apa gunanya pendidikan yang ia tempuh sampai perguruan tinggi jika tak ia pakai sekarang?

 

Mungkin disini ia harus memulai dari bawah lagi karena di kantornya dulu ia sudah menjabat sebagai asisten manajer,tapi di sini,ia menjadi pegawai biasa. Itu adalah system yang dipakai perusahaan itu untuk melihat sejauh mana kemampuan pegawainya.

 

Ji ae menyapa semua yang ada di ruangan itu,memperkenalkan dirinya. Karena semua yang ada disana adalah para seniornya dalam bekerja,tentu ia harus belajar banyak.

 

“annyeonghaseyo. Kim ji ae imnida. Bangaseumnida.  Mohon bimbingannya.” Ia tersenyum ramah pada semua penghuni ruangan dimana ia akan bekerja saat ini. Untunglah,pelatihan di kantornya dulu dalam memperkenalkan diri dihadapan para seniornya yang sedikit serius itu membuat ia bisa mengendalikan diri karena mereka hanya tersenyum tipis kearahnya dan kembali pada meja masing-masing.

 

Ji ae menghembuskan nafas pelan,menata perasaannya yang gugup dan mulai bekerja. Seorang wanita yang lebih tua darinya menyodorkan setumpukan kertas yang ia yakini adalah laporan yang harus ia selesaikan.

 

“kamsahamnida sunbaenim. Maaf merepotkan. ” ji ae membungkuk berterima kasih.

 

“aish,jangan seformal itu. kau pasti dapat pelatihan dulu dari kantormu dulu ya?tidak berubah,menganggap kami semua berpikiran kolot. Hei,tak usah begitu,memang beberapa disini senior,tapi bersikaplah biasa saja. Kami  bukan atasanmu. Itu membuat ku tak nyaman kau tahu. Oh ya,panggil aku eonnie saja. Park hee jin imnida.” Wanita itu mengulurkan tangan dan disambut hangat oleh ji ae.

 

“kamsahamnida eonnie. Maaf membuatmu tak nyaman. Habis aku gugup sekali.”

 

Hee jin tertawa. “kau pasti akan gampang berinteraksi. Mungkin kau harus bersiap karena  orang-orang di bagian ini semua sudah berumur dan mungkin kau yang termuda. Kalau bagian lain masih ada yang seumuran denganmu. Nasib mu malang sekali bersama para orang tua.” Kekeh hee jin membuat ji ae membelalakan mata.

 

“eoh?jeongmal?apa disini termasuk divisi yang sulit?aish,kenapa aku harus ditempatkan disini.” Gumam ji ae sedikit fustasi. Hee jin hanya tersenyum melihat hoobenya itu.

 

“berarti kualiikasimu bagus ji ae-ya..yang masuk divisi ini mempunyai kualifikasi bagus. Disini hasil laporan semua bagian kita yang memeriksa kembali dan memperbaikinya.. Hahaha. Sudahlah,bekerja dengan baik. Fighting!” hee jin mengepalkan tangannya memberi semangat pada ji ae. Ji ae membalas kepalan itu dan menatap tumpukan kertas itu. ia harus bekerja keras. Setidaknya  ia sudah mendapat 1 kenalan disini. Dan sepertinya hee jin eonnie akan membantu banyak nanti,pikirnya.

 

Ia membuka lembaran demi lembaran kertas itu dan mulai mempelajarinya.

 

.

 

.

 

.

 

Laki-laki tinggi nan tampan itu kini  menatap keluar jendela ruangannya yang besar. Menatap hiruk pikuk kota sibuk itu dengan mata coklatnya.

 

Ia menoleh ketika seseorang mengetuk pintunya pelan,membiarkan orang yang jadi asistennya itu mengahampirinya.

 

“maaf siwon hyung.”

 

“ada hal penting jin woon-ah?” laki-laki bernama siwon itu menatap orang yang sedang membungkuk kearahnya. Asistennya  memang lebih muda darinya dan ia tak suka di panggil presdir oleh orang yang dekat dengannya.

 

“maaf hyung. Kelompok pemburu batu berlian merah yang anda curi dari mereka sepertinya sudah tewas. Sepertinya ada yang sudah membereskannya sebelum kita..” jin woon menjelaskan dengan hati-hati takut ada penyampaiannya yang salah.

 

Siwon tersenyum sinis.

 

“baguslah. kau tahu siapa yang membereskannya?”

 

Jin woon menggeleng. “belum diketahui pasti.  Ia mempunyai teknik menembak yang sama denganmu hyung. Atau jangan-jangan itu kau?bagaimana mungkin.. kau tetap dalam pengawasanku dari kemarin. Dan kejadian orang-orang itu diserang adalah kemarin juga.” Ia menatap tak percaya pada atasan yang ia anggap kakak dan keluarganya itu.

 

Siwon tertawa keras.  “kau tahu aku agak lama kekamar mandi ketika pertemuan kemarin?”

 

Jin woon mengangguk.

 

 “aku sudah tahu mereka mengintaiku makanya aku bertindak cepat dengan senjata  tak bersuara buatan rusia yang terbaru itu.”

 

“jadi..hyung sudah…ah damn!aku kecolongan lagi. Aku benar-benar terlambat dalam mengetahui informasi. Mianhae hyung.” Sesal jin woon.

 

Siwon menggeleng. “anio. Hanya saja insting ku lebih cepat. Ini bukan sepenuhnya salahmu. Tapi lain kali kau harus lebih cepat dariku.” Ia menepuk bahu laki-laki yang sudah ia anggap adiknya itu.

 

“baiklah hyung. Terima kasih. Kalau begitu aku harus bekerja lagi. Maaf mengganggu waktu mu.” Jin woon keluar dari ruangan itu

 

Siwon duduk di kursi kerjanya sambil memikirkan tindakannya akhir-akhir ini. Ya,ia memang mengambil berlian merah afrika yang langka itu tapi bukan untuknya,untuk kesenangannya belaka. Ia sudah terlalu kaya,mempunyai banyak perusahaan yang bisa menjamin anak cucu nya kelak. Tapi mengapa ia terjun kedunia hitam seperti itu?baginya bermain-main dengan para gangster atau kelompok itu menyenangkan,bermain dengan senjata baru keluaran rusia dan amerika itu membuat hidupnya yang datar menjadi berwarna. Dan hasil curiannya?ia menyimpannya dan kemudian melelangnya untuk amal.

 

Para mafia terkenal mengenalnya dan ia sangat di hormati karena kemampuannya itu. menembak jarak jauh maupun jarak dekat,juga bela diri yang membuatnya ditakuti.

 

Karena kegemarannya bermain itulah ia melupakan beberapa hal penting dalam hidupnya. Salah satunya perasaan pada lawan jenis.

 

Ia tidak mempunyai orang tua yang utuh. Ibu dan ayahnya berpisah ketika ia masih SD. Ibunya bahkan sudah menikah lagi. Sementara ayahnya menenangkan diri entah dimana dan menyerahkan perusahaan padanya tanpa ia setujui ketika ia beranjak dewasa.

 

Mungkin itulah yang membuatnya menolak dan menganggap perempuan bukan hal penting. Pernah ia ditanyai jin woon mengenai sesuatu.

 

“hyung,kau pernah merasakan yang namanya jatuh cinta?”

 

 “mwo?cinta?apa itu?nama senjata keluaran terbaru?” itulah yang keluar dari mulutnya dan sukses membuat jin woon melongo. Ia memang tak peduli dengan hal-hal  seperti itu,masa  kecil dan remajanya ia habiskan dengan belajar bisnis dan bela diri. Tapi apa benar ia sama sekali tak pernah mendengar kata itu?

 

“aku tak membutuhkannya.”

 

*************

 

Sudah sebulan ji ae bekerja di tempat itu tapi tetap saja ia masih canggung dengan sekelilingnya. Ia hanya banyak bertanya pada hee jin tentang pekerjaannya dan ketika istirahat pun ia hanya duduk sendiri di meja kantin kantor yang begitu luas karena hee jin makan di luar bersama teman-temannya. Ia awalnya di ajak tapi menolak karena masih canggung dan ia membawa bekal.

 

Tiba-tiba sebuah tangan besar menutupi matanya.

 

“hei!siapa!” ji ae sedikit terkejut karena perlakuan itu terlalu tiba-tiba.

 

Orang yang menutup matanya tetap diam. Ji ae meraba tangan itu dan berdecak pelan.

 

“kim jong in”

 

Orang itu melepas tangannya yang menutupi mata ji ae dan terkekeh pelan. Ia duduk di sebelah gadis itu.

 

“ada apa kau disini?tak ada kerjaan.” Gerutu ji ae sambil melahap telur gulung yang sedari tadi menganggur(?)

 

“aish,kau melahapnya tanpa tahu malu. Telur itu besar,tapi mulutmu bisa menampungnya. Ckckckck. Bagaimana bisa kau melakukannya dihadapan ku. Aku ini laki-laki,setidaknya sedikit manis atau apalah.” Ceramah jong in melihat ji ae yang tak peduli imaje rakusnya dilihat laki-laki,bahkan olehnya.

 

“kan hanya padamu. Bukan dihadapan baro oppa. Aku hanya bersikap manis pada laki-laki yang aku hormati dan aku sukai.” Cibir ji ae.

 

“memang kau tak menghormatiku huh?lagipula apa bagusnya si baro itu?dia menyukai gadis aneh sepertimu.” jong in tak terima.

 

“memang kau pantas di hormati?”

 

Jong in menatapnya jengkel. Ji ae tertawa.

 

“baiklah. Maaf. Tapi apa yang menbuatmu kesini?kau mau mencari pacar di kantorku huh?” selidik ji ae.

 

Jong in meleletkan lidahnya.

 

“molla. Perasaanku mengatakan kau sedang kesepian disini jadi aku menemanimu. Yah,meskipun hanya jam istirahat.”

 

Ji ae menyipit,menilik pembenaran dari kata-kata jong in barusan.

 

“aish. Aku serius pabo! Aku sedang tak mencari pacar. Kau kan pacarku..” ia merangkul ji ae dengan manja membuat ji ae melotot.

 

“ish,kau  jangan seenaknya disini. ”

 

“kenapa?apa disini laki-laki nya lebih tampan?kau tak puas hanya dengan baro dan aku,kau tega ji ae-ya. Apa kami tak cukup?” Jong in menjadi dramatis. Ia memang sering menggodanya seperti ini.

 

Ji  ae menahan tawa melihat tingkah jong in yang terkadang membuatnya sebal tapi menggemaskan. Kalau ia bukan saudara kembarnya,mungkin ia sudah berpacaran dengannya. -_-

 

“ish,kau ini!”

 

Mereka tertawa bersama dan kedatangan jong in kali ini membuat ji ae sedikit terhibur karena setelah istirahat ini,sesuatu sedang menunggunya.

 

.

 

.

 

.

 

“kim ji ae,kau di panggil manajer-nim.” Bisik hee jin ketika ia baru datang dari kantin.

 

“mwo?ada apa?”

 

“sepertinya laporanmu bermasalah. Cepatlah atau kau akan terkena getahnya. Dia orang paling menyebalkan disini.”

 

“tapikan kata eonnie laporanku sudah benar bukan?”

 

“iya. Aku juga tak mengerti,sepertinya ada sesuatu. Kau hadapi saja dulu,lihat apa kesalahannya.”

 

Ji ae menelan ludah kasar. Apa ia akan selamat?

 

Ji ae dengan ragu mengetuk pintu ruangan dimana manajernya berada.

 

“maaf manajer-nim. Anda memanggil saya?” Tanya ji ae was-was.

 

Pria berumur sekitar 40an itu mengedikan dagunya,menyuruhnya duduk.

 

Ji ae membasahi bibirnya yang kering,menata hatinya yang berdebar karena guup,bersiap menghadapi ceramah atasannya itu.

 

“kau tahu aku memanggilmu kenapa?” suara nya sangat dingin,membuat ji ae mengkerut. Ia mengeeleng pelan,berusaha menatap atasannya itu yang memasang wajah sangar.

 

“kenapa laporanmu buruk?apalagi laporan keuangan nya!ini terlalu banyak pengeluaran!apa kau tak meneliti dengan baik huh?lihat,ini berbeda sekali dengan laporan…bla bla bla ”

 

Ji ae menatap tajam pada atasannya itu. kenapa ia yang disalahkan?ia hanya mengerjakan apa yang ada dilaporan sebelumnya.

 

 

“maaf sebelumnya. Tapi begini,laporan itu saya buat sesuai yang saya terima dari bagian pengawasan pengeluaran. Saya tak mengerti apa yang salah dan bapak mengatakan laporan saya berbeda jauh dengan laporan pemakaian?itu bukan tugas saya. Saya hanya membuat laporan sesuai data yang ada.”

 

Entah setan apa yang merasukinya membuat ia berani seperti itu pada atasannya itu. mungkin ia belajar banyak di kantornya dulu karena sering ia mendapat hukuman tapi tanpa alasan yang jelas. Dorongan orang-orang sekitarnya membuat ia menjadi seperti ini.

 

Pria itu sedikit terkejut melihat ji ae melawannya karena biasanya tak ada yang berani. Ia hendak mengatakan sesuatu tapi terhenti ketika seseorang menyembul di balik pintu dan menghampirinya diikuti pria di belakangnya.

 

“ah,presdir choi. Selamat siang. Ada apa gerangan yang membuat anda kesini?” sapanya basa basi.

 

Siwon hanya menatapnya sekilas dan menatap ji ae.

 

“kau anak baru disini?”

 

“ah. Ya,benar. Kim ji ae imnida. Senang bertemu denganmu presdir. Saya masih belajar. ” ji ae bangkit dan membungkuk dalam

 

“ku dengar tadi kau melawan perkataan manajer ku?” sahutnya dingin sambil menatap berkas-berkas di meja. ji ae dan manajernya terbelalak. Apa ia mendengar semuanya?

 

Ji ae tertunduk. Ia tak menyangka, ‘perlawanan’ pertamanya ini akan membuat ia bermasalah.

 

Manajernya menatapnya penuh kemenangan.  Ingin sekali ia Memukul kepalanya yang hampir botak itu.

 

“kenapa tak menjawab?kau hanya berani padanya?” Tanya siwon lagi membuat ji ae mendongak menatapnya.

 

“bukan begitu! Disini saya orang baru. Suasananya sangat berbeda dengan kantor saya dulu. Bukan bermaksud mengeluh di depan anda,tapi maaf saya membuat laporan itu bersungguh-sungguh dan mengerjakannya sesuai data yang ada. Yang manajer limpahkan bukan bagian saya,tapi mengapa yang tertuduh dan di panggil hanya saya.” Dan sekali lagi,ji ae merutuki mulutnya yang entah bagaimana bisa berkata seperti itu,di hadapan presdirnya! Ji ae sudah siap mendapat konsekuensi yang ada. Dia mengalihkan pandangan ketika presdirnya menatapnya tajam,dari ujung kaki hinggga kepala.

 

“mana laporan nya?”

 

Ji ae mendongak. Presdirnya kini beralih menatap manajernya.

 

“laporan gadis ini?”

 

“semua yang ada di mejamu.” Sahutnya dingin. Pria itu memberikan semua kertas-kertas itu ketangan atasannya.

 

“kau periksa nanti jin woon-ah.” Ia menyerahkan pada laki-laki yang ada disampingnya yang ji ae tebak adalah asistennya. Laki-laki itu menerima nya dengan hormat.

 

Ji ae sedikit terpana dengan ketampanan presdir dan asistennya itu. tapi karena keduanya memasang wajah dingin,ia merutuki hatinya yang  ‘berpaling ’ sebentar dari baro pada mereka.

 

Ia terkesiap ketika mata coklat presdirnya menatapnya.

 

“pabo.” Ia meneringai meremehkan dan meninggalkannya begitu saja membuat ia melongo.

 

Tapi kemudian ia berhenti  sebelum menghilang dibalik pintu.

 

“lekas bekerja lagi. Jangan disana terus. Kerjakan pekerjaanmu. Kalau sampai begitu lagi aku tak akan segan-segan. Kali ini kau ku lepaskan.”

 

Ia menghilang di balik pintu membuat ji ae menelan ludah kasar.

 

Ia menatap manajernya.

 

“pergilah,kau akan berhadapan dengannya. Selamat nona kim. Dan bersiaplah.”

 

Ji ae berjalan keluar dari ruangan itu dengan  langkah gontai. Ia mengumpat dalam hati merutuki  sikapnya tadi.

 

*************

 

Jin woon tersenyum melihat sikap siwon ketika mengatakan sesuatu pada gadis  yang ia ketahui anak baru yang baru di pindahkan dari cabang busan.

 

“periksa laporan itu secara keseluruhan. Periksa apa memang ada yang tidak beres. Perempuan itu sepertinya percaya diri sekali dengan hasil kerjanya.”

 

Jin woon mengangguk sambil tersenyum lagi.

 

“kau itu kenapa?tersenyum sedari tadi. Kau menyukai gadis itu?selera mu yang sepertinya?” selidik siwon karena melihat jin woon aneh.

 

“anio. Hanya saja aku menyadari sesuatu saja. Aku tak menyukainya. Dia memang cantik tapi aku sedang tak ingin berkencan.” Bantah jin woon. Ia seperti itu karena jarang sekali atasannya itu menampilkan ‘seringaian’ yang tadi ia tunjukan pada gadis itu. yang ia tahu,kalau ia sudah seperti itu,ia berarti mulai tertarik. Seperti ketika melihat senjata keluaran terbaru yang ia lihat dari para mata-matanya di markas kemiliteran amerika atau rusia. Ia akan menampilkan seringaian itu,tanda ia tertarik untuk ‘memainkannya’. Ia tak pernah begitu tertarik dengan urusan para pegawainya,yang ia tahu semua dilimpahkan padanya mengenai para pegawai. untuk pekerjaan,ia akan turun tangan dan mengerjakannya dengan baik sehingga perusahaannya bisa semaju ini.

 

“hyung mendapat mainan baru ya?” Tanya jin woon seraya memijit tombol lift menuju lantai dasar.

 

Siwon menatapnya tak mengerti. “maksudmu?”

 

“kau tak pernah seperti itu sebelumnya pada pegawai. Apa karena ia berani? Ku kira karena ia tak sadar mengatakan itu. dia terlalu polos.”

 

Siwon mendengus. “makanya aku mengatakan pabo. Dia bodoh. Tapi..aku pansaran dengan perkataannya tadi,perasaanku mengatakan ada sedikit masalah. Periksa dengan benar jin woon-ah.  Buktikan kalau pekerjaan dia memang benar.”

 

Jin woon menahan senyumnya. “kalau ia salah?apa yang akan hyung lakukan?memecatnya?”

 

“kita lihat saja nanti.” Ucapnya dingin. Tapi dalam hatinya mengatakan bahwa akan ada yang menyenangkan  di kantornya saat ini. Insting nya tak pernah salah.

 

.

 

.

 

.

 

Ji ae mengetik laporannya dengan keras. Bahkan suara ketikannya terdengar sampai meja hee jin yang agak jauh darinya.

 

“kau itu kenapa?apa yang dikatakan manajer-nim?” hee jin menghampirinya sembari membawa laporan yang harus di selesaikan ji ae. Ji ae mendongak dan memasang wajah lesu.

 

“riwayatku tamat eonnie.”

 

Hee jin semakin tak mengerti.

 

“apa maksudmu?”

 

Ji ae dengan enggan menceritakan kejadian yang menimpanya barusan dan bagaimana Ia begitu berani berbicara seperti itu.

 

“mudah-mudahan kau selamat ji ae-ya. Aku tak menyangka kau seberani itu. tapi..kau adalah orang pertama yang melakukannya pada si tua Bangka itu. tapi..pada presdir choi..omo…daebaknika!tak ada yang berani bicara pada presdir  yang tampan dan dingin itu!kau beruntung ji ae-ya. Aku saja hanya beruntung berbicara pada asistennya yang tampan itu.” hee jin menjadi sedikit heboh. Ji ae mengerucutkan bibirnya kesal.

 

“aku tak tahan di salahkan tapi yang salah bukan hanya aku. Lagipula presdir itu sepertinya orang yang menyebalkan.”

 

“dia memang dingin. Dan ku dengar dia itu salah satu incaran mafia terkenal di jepang. entah apa yang dilakukannya. Tapi yang pasti dia sangat keren.” Hee jin membayangkan presdirnya itu lagi.

 

“sudah,bekerja saja eonnie. Ingat pacarmu.” Usir ji ae malas. Kenapa ia harus mendengar penjelasan mengenai presdirnya? Hee jin mengerucutkn bibirnya kesal,ia kembali pada mejanya.

 

Ji ae menghembuskan nafas lelah. Apa ia benar-benar akan baik-baik saja?

 

.

 

.

 

.

 

Jumat  pagi yang cerah,tapi tak secerah wajah ji ae yang 3 hari belakangan was-was karena takut sesuatu menimpa dirinya semenjak kejadian hari itu,hari dimana ia dikatai bodoh oleh presdirnya.

 

Hatinya semakin tak tenang ketika hanya divisinya saja yang di kumpulkan di lobi dan hal langka terjadi. Presdir nya,choi siwon akan mengatakan sesuatu dihadapan semua yang hadir. Hee jin mengatakan ini kali kedua diadakan pertemuan seperti ini dan itu terjadi ketika ada yang bermasalah di perusahaan. Apa ini akan jadi hal besar?kenapa hanya divisinya saja yang di kumpulkan?

 

Ia melihat manajernya tersenyum meremehkan kearahnya. Ia semakin menunduk,apa karirnya di perusahaan ini akan sampai disini saja?

 

“selamat pagi.” Suara berat presdirnya memecah keheningan di antara mereka. Ji ae meremas rok nya yang rapi membuat hee jin menenangkannya.

 

“apa kalian tahu ada apa aku mengumpulkan kalian?” suara dingin dan tegas itu membuat ji ae semakin menunduk. Semua mengeleng.

 

Jin woon yang berada di belakang siwon menatap ji ae geli,ia menebak pasti gadis itu takut.

 

“ada sedikit masalah di bagian kalian dan kupikir kalau di biarkan akan menjadi besar.”

 

Semua saling pandang,hanya ji ae yang menunduk,membuat semua menoleh padanya karena yang terakhir dipanggil adalah dia.

 

Hee jin menggenggam tangannya memberi kekuatan,toh disini yang tahu posisinya hanya dia.

 

“kim ji ae.” Panggil suara berat itu membuat ji ae sentak mendongak dengan wajah terkejut. Keringat dingin mulai ia rasakan di punggungnya. Oh tuhan..rasanya ia ingin di telan bumi saja ketika semua orang menatapnya. tapi  yang paling ia takutkan adalah tatapan itu,tatapan dingin choi siwon,presdirnya. Ia kembali menunduk,terlalu malu untuk menatap sekelilingnya.

 

“kim ji ae,angkat wajahmu.”

 

Suara itu membuat jantung ji ae hampir copot. Dalam hati ia berteriak meminta tolong pada siapa pun,semua nama keluarganya dan bahkan baro,pacarnya pun ia sebut,tapi tak ada satu pun yang mendengar suara nya karena ia berteriak dalam hati,jadi mana ada yang mendengar -_-

 

Ia perlahan mendongakkan wajahnya,berusaha menatap wajah tampan presdirnya itu.

 

“ne,presdir.”

 

“kau tahu kenapa aku memanggilmu?” suaranya bahkan lebih dingin di banding tadi.

 

Ji ae menelan ludah kasar. Ia menggeleng pelan,ragu sebenarnya ia melakukan itu,tapi hanya terlalu takut mengakuinya.

 

Siwon menampilkan smirk atau seringaian yang jarang ia tampilkan itu. “kau….”

 

 

 

 Taemin baro changmin

 

 

Maaf ya,ini ff sebenarnya udah di bikin pas lagi nyelesein yang my lady itu. oh iya,disini author terinspirasi dari beberapa MV dan drama juga ada sedikit cerita yang di ambil dari nyata.

 

Sekali lagi jangan seklai2 mengkopi atau plagiat karena saya juga bukan plagiat!

 

tolong tinggalkan jejak ya setelah membaca,tapi buat yang sempetin baca juga makasih banget.

 

Gomawo buat admin cantik yang selalu aku repotin.

 

Annyeong..

 

 

Annyeong. Masih inget sama saya? #ga

 

Mian yang kemarin bilang my lady nya cepet abis,itu udah mandet banget,saya masih punya hutang juga soalnya sama temen,hahaha.

 

Saya bawa cerita baru,ini udah ada dari otak saya sejak dulu,Cuma saya kembangin lagi,mudah-mudahan ga terlalu mengecewakan -_-

 

ini murni pemikiran saya. Kalau ada kesamaan itu murni ketidaksengajaan karena saya juga benci plagiat. Don’t bash n don’t plagiat,warn ya!

 

Happy reading^^^^^^^

 

‘cinta?dalam kamus ku tak ada kata itu.’- donghae

 

‘apa itu cinta?nama senjata baru keluaran amerika?’-siwon

 

‘aku tak mau mengenalnya’- ji ae

 

‘jangan seperti itu,kau akan terperangkap nantinya.’ – jong in

 

‘kapan kau melihatku?’ – ji eun

 

 

And story begin------

 

Laki-laki dengan nama lee donghae –begitulah yang tertulis di meja kerjanya- sibuk membuka lembaran demi lembaran kertas yang disebut laporan itu dengan perlahan,mencoba menyerap isi dari semua yang tertera dari satu persatu kertas itu. dia hanya menggumam menjawab ketukan yang berasal dari pintu ruangannya.

 

“maaf presdir lee,sepertinya ada masalah di luar. Wanita yang mengaku kekasih anda mengamuk karena tak di izinkan masuk.” Ucap laki-laki yang menjabat asistennya itu. Donghae hanya menoleh sekilas dan menyimpan kacamata bacanya. Menatap bawahannya itu dengan tatapan dingin,seperti biasa.

 

“satu wanita pun kau tak bisa menyelesaikannya. Tsk,bagaimana  kau menghadapi banyak orang.” Donghae beranjak dan dengan langkah lebar memasuki lift menuju  lantai dasar dimana wanita yang mengaku kekasihnya dan mengaku juga sedang mengandung anaknya itu.

 

Ia menghampiri wanita yang ia ketahui bernama song rae won itu dengan tatapan dingin yang selalu menghiasi wajahnya yang tampan.

 

Donghae mengisyaratkan agar para penjaga kantornya itu melepas wanita yang berontak itu. seketika rae won langsung menghambur menuju donghae yang langsung mendorongnya paksa ketika wanita itu memeluknya.

 

“hei!kenapa kau melakukan ini?!aku sedang mengandung anakmu!” donghae masih dengan tatapan dinginnya. Orang-orang yang berlalu lalang dikantor itu seolah terbiasa dengan apa yang sedang terjadi. Karena entah ini kali keberapa pemilik perusahaan ternama itu didatangi wanita tak jelas yang meminta pertanggung jawaban atas kehamilannya. Tapi semua itu tidak terbukti karena detik itu juga laki-laki yang memang mempunyai tanggung jawab seharusnya digiring anak buah donghae kehadapan semua wanita yang mendatanginya itu. tak sedikit dari mereka yang akhirnya bunuh diri karena menanggung malu.

 

Kenapa banyak wanita yang melakukan itu?alasan mereka bervariasi. Ada yang benar-benar menyukai donghae sehingga melakukan itu.ada juga yang penasaran atau sekedar ingin mencari sensasi. mereka umumnya wanita ‘kesepian’ yang selalu mendatangi bar yang didatanginya bersama rekan-rekannya.

 

Ia ingat wanita didepannya ini. Salah satu wanita yang berusaha mendekatinya di bar pinggiran seoul  beberapa minggu lalu tapi ia tolak dengan dingin.

 

“kapan aku menyentuhmu?” suara dingin itu membekukan suasana di sekitarnya. Begitu pula wanita yang mengaku sebagai kekasihnya itu. kalau nada bicaranya sudah seperti itu berarti ia benar-benar marah dan sesuatu akan terjadi.

 

Terlihat seorang laki-laki diseret paksa oleh orang suruhan donghae dan mendorongnya kehadapan wanita itu,membuat keduanya terbelalak.

 

“bawa keduanya ketempat yang jauh dari sini.” Hanya itu yang donghae katakan dan pergi meninggalkan kegaduhan yang terjadi. Inilah kelebihannya,ia selalu bertindak cepat sebelum semua tak terkendali. Perasaannya juga lah yang membantu ketika sesuatu seperti tadi akan terjadi. Ia benar-benar mempersiapkan diri jika ia sedang menjamu partnernya yang kebanyakan ingin bertemu di bar pasti  ada saja wanita-wanita aneh yang ‘mengganggunya’. Ia sendiri tak peduli karena tak begitu tertarik.

 

“seperti biasa kau melakukannya dengan baik.” Puji  seseorang yang sudah duduk manis di kursi kerjanya ketika donghae sampai.

 

Laki-laki itu hanya mengangkat bahu tak peduli,ia mengambil sisa laporan yang belum ia baca dan duduk di kursi lain.

 

“kau selalu mengabaikanku. Kapan kau melihatku huh?bahkan kau tak menanyakan kapan aku datang.” gerutunya ketika melihat donghae acuh. Ia mengerucutkan bibirnya kesal,menghampiri donghae dan duduk disebelahnya.

 

“hae-ya…” panggilnya. Donghae hanya menggumam menjawab panggilannya.

 

“lee donghae..” donghae menoleh mendengar panggilan manja itu. “ada apa han ji eun-ssiiiii” jawabnya tak sabar.

 

Gadis bernama han ji eun itu tersenyum manis. “akhirnya kau menganggapku juga. Begitu dong.” Ia mencubit pipi laki-laki tampan itu dengan gemas yang dibalas tatapan tak terima donghae. Ji eun tertawa,ya hanya dia yang bisa menyentuh donghae disini karena hanya ia yang berani melakukannya.

 

Donghae melanjutkan acara memeriksa laporan dari para bawahannya itu. tak peduli dengan ji eun yang menatapnya geli.

 

“jangan menatapku seolah aku ini makanan enak yang siap kau lahap.” Komentar donghae membuat ji eun makin keras tertawa.

 

“tak berubah. Tak ada manis-manisnya. Mau sampai kapan kau seperti ini?tidak ada gadis yang mau mendekatimu kecuali aku.” Cibir ji eun membuat donghae menatapnya malas.

 

“wanita-wanita murahan itu juga mendekatiku.”

Ji eun menepuk dahinya pelan,terkadang jalan pikiran donghae benar-benar sulit ditebak olehnya.

 

“astaga..itu berbeda!mereka gila,jadi berani mendekatimu,sementara….”

 

“berarti kau juga gila karena mendekatiku.” Potong donghae sembil membalikkan kertas laporannya. Ji eun terbelalak,orang ini benar-benar tak ada manis-manisnya. Pikirnya.

 

“karena kau juga gila.”

 

“orang gila yang tampan.” Balas donghae sambil meneriakkan nama asistennya sebelum ji eun membalas perkatannya.

 

‘dasar.’ umpat ji eun dalam hati.

 

********

 

“yak!kim jong in!kalau kau menyentuhnya,aku akan menghabisimu!” teriak seorang gadis yang berlari menghentikan  seseorang bernama jong in itu agar menjauh dari boneka pemberian pacar barunya.

 

Jong in tak mengindahkan perkataan orang itu dan malah mengambilnya sambil tetawa mengejek.

 

“dia hanya memberimu boneka beruang sebesar ini?ish,ini sih murah.”

 

Gadis itu- ji ae- mencoba meraih boneka yang jong in pegang dan tentu saja laki-laki itu mengangkat bonekanya agar ji ae tak dapat meraihnya.

 

“kim jong in. kembalikan!atau ku hancurkan i-pad mu!” ji ae sudah beriap mencari i-pad milik jong in di sakunya,tapi dengan sigap laki-laki itu mengangkat benda kesayanganya lebih tinggi Karena tahu ji ae tak akan bisa menggapainya karena ia lebih tinggi.

 

“jongin-ah..berikan..” ji ae memasang wajah sedihnya yang tetap saja bisa meluluhkan hati jong in.

 

“pabo!” ji ae meraih bonekanya dan menjitak jong in dengan keras sambil keluar dari kamarnya. Jong in berteriak tak terima dan mengejar gadis itu.

 

“ya!kalian sudah besar,berhenti bermain seperti anak kecil!” tegur ibu ji ae ketika gadis itu berlindung di belakangnya menghindari amukan jong in.

 

Jong in mengerucutkan bibirnya dan melangkah keluar rumah. “awas kau ji ae!aku pulang ke apartemen.”

 

Ji ae hanya tertawa menatap jong in yang kesal karena dirinya. Dia mengerling pada ibunya dan kembali berlari pada kamar tercinta. Ibunya hanya menggeleng melihat tingkah anak gadisnya yang masih kekanakan di usianya yang ke 24.

 

Ji ae merebahkan diri di ranjang single size nya dan memeluk boneka beruang itu.

 

“baro oppa. Besok kau mau mengantarku kerja tidak?besok hari pertamaku bekerja di persahaan baru.” Ia berbicara pada boneka itu seolah berbicara pada kekasihnya. Dia tersenyum lebar dan mengetik sesuatu pada ponselnya.

 

“aku tak sabar menunggu hari esok”

 

.

 

.

 

.

 

Ji ae merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan setelah jong in merusak tatanan rambutnya ketika mengantarnya barusan. Iya,kekasihnya baro,tidak bisa mengantarnya karena harus segera pergi keluar kota karena urusan pekerjaan,jadi si tengil –sebutan ji ae pada jong in- yang mengantarnya.

 

Ia memasuki perusahaan itu dengan hati berdebar. Ia di pindahkan dari perusahaannya dulu ke tempat ini. Kalau dulu adalah cabangnya,kali ini ia bekerja di pusatnya. Mungkin karena kerja kerasnya selama 1 tahun terakhir,ia dipindahkan ke kantor pusat yang pekerjaannya lebih berat,tapi juga gajinya menggiurkan. Baginya tak masalah,pekerjaan itu ia lakoni dengan baik,toh lebih baik bekerja keras dan mendapat hasil setimpal bukan daripada diam di rumah tanpa menghasilkan apapun?apa gunanya pendidikan yang ia tempuh sampai perguruan tinggi jika tak ia pakai sekarang?

 

Mungkin disini ia harus memulai dari bawah lagi karena di kantornya dulu ia sudah menjabat sebagai asisten manajer,tapi di sini,ia menjadi pegawai biasa. Itu adalah system yang dipakai perusahaan itu untuk melihat sejauh mana kemampuan pegawainya.

 

Ji ae menyapa semua yang ada di ruangan itu,memperkenalkan dirinya. Karena semua yang ada disana adalah para seniornya dalam bekerja,tentu ia harus belajar banyak.

 

“annyeonghaseyo. Kim ji ae imnida. Bangaseumnida.  Mohon bimbingannya.” Ia tersenyum ramah pada semua penghuni ruangan dimana ia akan bekerja saat ini. Untunglah,pelatihan di kantornya dulu dalam memperkenalkan diri dihadapan para seniornya yang sedikit serius itu membuat ia bisa mengendalikan diri karena mereka hanya tersenyum tipis kearahnya dan kembali pada meja masing-masing.

 

Ji ae menghembuskan nafas pelan,menata perasaannya yang gugup dan mulai bekerja. Seorang wanita yang lebih tua darinya menyodorkan setumpukan kertas yang ia yakini adalah laporan yang harus ia selesaikan.

 

“kamsahamnida sunbaenim. Maaf merepotkan. ” ji ae membungkuk berterima kasih.

 

“aish,jangan seformal itu. kau pasti dapat pelatihan dulu dari kantormu dulu ya?tidak berubah,menganggap kami semua berpikiran kolot. Hei,tak usah begitu,memang beberapa disini senior,tapi bersikaplah biasa saja. Kami  bukan atasanmu. Itu membuat ku tak nyaman kau tahu. Oh ya,panggil aku eonnie saja. Park hee jin imnida.” Wanita itu mengulurkan tangan dan disambut hangat oleh ji ae.

 

“kamsahamnida eonnie. Maaf membuatmu tak nyaman. Habis aku gugup sekali.”

 

Hee jin tertawa. “kau pasti akan gampang berinteraksi. Mungkin kau harus bersiap karena  orang-orang di bagian ini semua sudah berumur dan mungkin kau yang termuda. Kalau bagian lain masih ada yang seumuran denganmu. Nasib mu malang sekali bersama para orang tua.” Kekeh hee jin membuat ji ae membelalakan mata.

 

“eoh?jeongmal?apa disini termasuk divisi yang sulit?aish,kenapa aku harus ditempatkan disini.” Gumam ji ae sedikit fustasi. Hee jin hanya tersenyum melihat hoobenya itu.

 

“berarti kualiikasimu bagus ji ae-ya..yang masuk divisi ini mempunyai kualifikasi bagus. Disini hasil laporan semua bagian kita yang memeriksa kembali dan memperbaikinya.. Hahaha. Sudahlah,bekerja dengan baik. Fighting!” hee jin mengepalkan tangannya memberi semangat pada ji ae. Ji ae membalas kepalan itu dan menatap tumpukan kertas itu. ia harus bekerja keras. Setidaknya  ia sudah mendapat 1 kenalan disini. Dan sepertinya hee jin eonnie akan membantu banyak nanti,pikirnya.

 

Ia membuka lembaran demi lembaran kertas itu dan mulai mempelajarinya.

 

.

 

.

 

.

 

Laki-laki tinggi nan tampan itu kini  menatap keluar jendela ruangannya yang besar. Menatap hiruk pikuk kota sibuk itu dengan mata coklatnya.

 

Ia menoleh ketika seseorang mengetuk pintunya pelan,membiarkan orang yang jadi asistennya itu mengahampirinya.

 

“maaf siwon hyung.”

 

“ada hal penting jin woon-ah?” laki-laki bernama siwon itu menatap orang yang sedang membungkuk kearahnya. Asistennya  memang lebih muda darinya dan ia tak suka di panggil presdir oleh orang yang dekat dengannya.

 

“maaf hyung. Kelompok pemburu batu berlian merah yang anda curi dari mereka sepertinya sudah tewas. Sepertinya ada yang sudah membereskannya sebelum kita..” jin woon menjelaskan dengan hati-hati takut ada penyampaiannya yang salah.

 

Siwon tersenyum sinis.

 

“baguslah. kau tahu siapa yang membereskannya?”

 

Jin woon menggeleng. “belum diketahui pasti.  Ia mempunyai teknik menembak yang sama denganmu hyung. Atau jangan-jangan itu kau?bagaimana mungkin.. kau tetap dalam pengawasanku dari kemarin. Dan kejadian orang-orang itu diserang adalah kemarin juga.” Ia menatap tak percaya pada atasan yang ia anggap kakak dan keluarganya itu.

 

Siwon tertawa keras.  “kau tahu aku agak lama kekamar mandi ketika pertemuan kemarin?”

 

Jin woon mengangguk.

 

 “aku sudah tahu mereka mengintaiku makanya aku bertindak cepat dengan senjata  tak bersuara buatan rusia yang terbaru itu.”

 

“jadi..hyung sudah…ah damn!aku kecolongan lagi. Aku benar-benar terlambat dalam mengetahui informasi. Mianhae hyung.” Sesal jin woon.

 

Siwon menggeleng. “anio. Hanya saja insting ku lebih cepat. Ini bukan sepenuhnya salahmu. Tapi lain kali kau harus lebih cepat dariku.” Ia menepuk bahu laki-laki yang sudah ia anggap adiknya itu.

 

“baiklah hyung. Terima kasih. Kalau begitu aku harus bekerja lagi. Maaf mengganggu waktu mu.” Jin woon keluar dari ruangan itu

 

Siwon duduk di kursi kerjanya sambil memikirkan tindakannya akhir-akhir ini. Ya,ia memang mengambil berlian merah afrika yang langka itu tapi bukan untuknya,untuk kesenangannya belaka. Ia sudah terlalu kaya,mempunyai banyak perusahaan yang bisa menjamin anak cucu nya kelak. Tapi mengapa ia terjun kedunia hitam seperti itu?baginya bermain-main dengan para gangster atau kelompok itu menyenangkan,bermain dengan senjata baru keluaran rusia dan amerika itu membuat hidupnya yang datar menjadi berwarna. Dan hasil curiannya?ia menyimpannya dan kemudian melelangnya untuk amal.

 

Para mafia terkenal mengenalnya dan ia sangat di hormati karena kemampuannya itu. menembak jarak jauh maupun jarak dekat,juga bela diri yang membuatnya ditakuti.

 

Karena kegemarannya bermain itulah ia melupakan beberapa hal penting dalam hidupnya. Salah satunya perasaan pada lawan jenis.

 

Ia tidak mempunyai orang tua yang utuh. Ibu dan ayahnya berpisah ketika ia masih SD. Ibunya bahkan sudah menikah lagi. Sementara ayahnya menenangkan diri entah dimana dan menyerahkan perusahaan padanya tanpa ia setujui ketika ia beranjak dewasa.

 

Mungkin itulah yang membuatnya menolak dan menganggap perempuan bukan hal penting. Pernah ia ditanyai jin woon mengenai sesuatu.

 

“hyung,kau pernah merasakan yang namanya jatuh cinta?”

 

 “mwo?cinta?apa itu?nama senjata keluaran terbaru?” itulah yang keluar dari mulutnya dan sukses membuat jin woon melongo. Ia memang tak peduli dengan hal-hal  seperti itu,masa  kecil dan remajanya ia habiskan dengan belajar bisnis dan bela diri. Tapi apa benar ia sama sekali tak pernah mendengar kata itu?

 

“aku tak membutuhkannya.”

 

*************

 

Sudah sebulan ji ae bekerja di tempat itu tapi tetap saja ia masih canggung dengan sekelilingnya. Ia hanya banyak bertanya pada hee jin tentang pekerjaannya dan ketika istirahat pun ia hanya duduk sendiri di meja kantin kantor yang begitu luas karena hee jin makan di luar bersama teman-temannya. Ia awalnya di ajak tapi menolak karena masih canggung dan ia membawa bekal.

 

Tiba-tiba sebuah tangan besar menutupi matanya.

 

“hei!siapa!” ji ae sedikit terkejut karena perlakuan itu terlalu tiba-tiba.

 

Orang yang menutup matanya tetap diam. Ji ae meraba tangan itu dan berdecak pelan.

 

“kim jong in”

 

Orang itu melepas tangannya yang menutupi mata ji ae dan terkekeh pelan. Ia duduk di sebelah gadis itu.

 

“ada apa kau disini?tak ada kerjaan.” Gerutu ji ae sambil melahap telur gulung yang sedari tadi menganggur(?)

 

“aish,kau melahapnya tanpa tahu malu. Telur itu besar,tapi mulutmu bisa menampungnya. Ckckckck. Bagaimana bisa kau melakukannya dihadapan ku. Aku ini laki-laki,setidaknya sedikit manis atau apalah.” Ceramah jong in melihat ji ae yang tak peduli imaje rakusnya dilihat laki-laki,bahkan olehnya.

 

“kan hanya padamu. Bukan dihadapan baro oppa. Aku hanya bersikap manis pada laki-laki yang aku hormati dan aku sukai.” Cibir ji ae.

 

“memang kau tak menghormatiku huh?lagipula apa bagusnya si baro itu?dia menyukai gadis aneh sepertimu.” jong in tak terima.

 

“memang kau pantas di hormati?”

 

Jong in menatapnya jengkel. Ji ae tertawa.

 

“baiklah. Maaf. Tapi apa yang menbuatmu kesini?kau mau mencari pacar di kantorku huh?” selidik ji ae.

 

Jong in meleletkan lidahnya.

 

“molla. Perasaanku mengatakan kau sedang kesepian disini jadi aku menemanimu. Yah,meskipun hanya jam istirahat.”

 

Ji ae menyipit,menilik pembenaran dari kata-kata jong in barusan.

 

“aish. Aku serius pabo! Aku sedang tak mencari pacar. Kau kan pacarku..” ia merangkul ji ae dengan manja membuat ji ae melotot.

 

“ish,kau  jangan seenaknya disini. ”

 

“kenapa?apa disini laki-laki nya lebih tampan?kau tak puas hanya dengan baro dan aku,kau tega ji ae-ya. Apa kami tak cukup?” Jong in menjadi dramatis. Ia memang sering menggodanya seperti ini.

 

Ji  ae menahan tawa melihat tingkah jong in yang terkadang membuatnya sebal tapi menggemaskan. Kalau ia bukan saudara kembarnya,mungkin ia sudah berpacaran dengannya. -_-

 

“ish,kau ini!”

 

Mereka tertawa bersama dan kedatangan jong in kali ini membuat ji ae sedikit terhibur karena setelah istirahat ini,sesuatu sedang menunggunya.

 

.

 

.

 

.

 

“kim ji ae,kau di panggil manajer-nim.” Bisik hee jin ketika ia baru datang dari kantin.

 

“mwo?ada apa?”

 

“sepertinya laporanmu bermasalah. Cepatlah atau kau akan terkena getahnya. Dia orang paling menyebalkan disini.”

 

“tapikan kata eonnie laporanku sudah benar bukan?”

 

“iya. Aku juga tak mengerti,sepertinya ada sesuatu. Kau hadapi saja dulu,lihat apa kesalahannya.”

 

Ji ae menelan ludah kasar. Apa ia akan selamat?

 

Ji ae dengan ragu mengetuk pintu ruangan dimana manajernya berada.

 

“maaf manajer-nim. Anda memanggil saya?” Tanya ji ae was-was.

 

Pria berumur sekitar 40an itu mengedikan dagunya,menyuruhnya duduk.

 

Ji ae membasahi bibirnya yang kering,menata hatinya yang berdebar karena guup,bersiap menghadapi ceramah atasannya itu.

 

“kau tahu aku memanggilmu kenapa?” suara nya sangat dingin,membuat ji ae mengkerut. Ia mengeeleng pelan,berusaha menatap atasannya itu yang memasang wajah sangar.

 

“kenapa laporanmu buruk?apalagi laporan keuangan nya!ini terlalu banyak pengeluaran!apa kau tak meneliti dengan baik huh?lihat,ini berbeda sekali dengan laporan…bla bla bla ”

 

Ji ae menatap tajam pada atasannya itu. kenapa ia yang disalahkan?ia hanya mengerjakan apa yang ada dilaporan sebelumnya.

 

 

“maaf sebelumnya. Tapi begini,laporan itu saya buat sesuai yang saya terima dari bagian pengawasan pengeluaran. Saya tak mengerti apa yang salah dan bapak mengatakan laporan saya berbeda jauh dengan laporan pemakaian?itu bukan tugas saya. Saya hanya membuat laporan sesuai data yang ada.”

 

Entah setan apa yang merasukinya membuat ia berani seperti itu pada atasannya itu. mungkin ia belajar banyak di kantornya dulu karena sering ia mendapat hukuman tapi tanpa alasan yang jelas. Dorongan orang-orang sekitarnya membuat ia menjadi seperti ini.

 

Pria itu sedikit terkejut melihat ji ae melawannya karena biasanya tak ada yang berani. Ia hendak mengatakan sesuatu tapi terhenti ketika seseorang menyembul di balik pintu dan menghampirinya diikuti pria di belakangnya.

 

“ah,presdir choi. Selamat siang. Ada apa gerangan yang membuat anda kesini?” sapanya basa basi.

 

Siwon hanya menatapnya sekilas dan menatap ji ae.

 

“kau anak baru disini?”

 

“ah. Ya,benar. Kim ji ae imnida. Senang bertemu denganmu presdir. Saya masih belajar. ” ji ae bangkit dan membungkuk dalam

 

“ku dengar tadi kau melawan perkataan manajer ku?” sahutnya dingin sambil menatap berkas-berkas di meja. ji ae dan manajernya terbelalak. Apa ia mendengar semuanya?

 

Ji ae tertunduk. Ia tak menyangka, ‘perlawanan’ pertamanya ini akan membuat ia bermasalah.

 

Manajernya menatapnya penuh kemenangan.  Ingin sekali ia Memukul kepalanya yang hampir botak itu.

 

“kenapa tak menjawab?kau hanya berani padanya?” Tanya siwon lagi membuat ji ae mendongak menatapnya.

 

“bukan begitu! Disini saya orang baru. Suasananya sangat berbeda dengan kantor saya dulu. Bukan bermaksud mengeluh di depan anda,tapi maaf saya membuat laporan itu bersungguh-sungguh dan mengerjakannya sesuai data yang ada. Yang manajer limpahkan bukan bagian saya,tapi mengapa yang tertuduh dan di panggil hanya saya.” Dan sekali lagi,ji ae merutuki mulutnya yang entah bagaimana bisa berkata seperti itu,di hadapan presdirnya! Ji ae sudah siap mendapat konsekuensi yang ada. Dia mengalihkan pandangan ketika presdirnya menatapnya tajam,dari ujung kaki hinggga kepala.

 

“mana laporan nya?”

 

Ji ae mendongak. Presdirnya kini beralih menatap manajernya.

 

“laporan gadis ini?”

 

“semua yang ada di mejamu.” Sahutnya dingin. Pria itu memberikan semua kertas-kertas itu ketangan atasannya.

 

“kau periksa nanti jin woon-ah.” Ia menyerahkan pada laki-laki yang ada disampingnya yang ji ae tebak adalah asistennya. Laki-laki itu menerima nya dengan hormat.

 

Ji ae sedikit terpana dengan ketampanan presdir dan asistennya itu. tapi karena keduanya memasang wajah dingin,ia merutuki hatinya yang  ‘berpaling ’ sebentar dari baro pada mereka.

 

Ia terkesiap ketika mata coklat presdirnya menatapnya.

 

“pabo.” Ia meneringai meremehkan dan meninggalkannya begitu saja membuat ia melongo.

 

Tapi kemudian ia berhenti  sebelum menghilang dibalik pintu.

 

“lekas bekerja lagi. Jangan disana terus. Kerjakan pekerjaanmu. Kalau sampai begitu lagi aku tak akan segan-segan. Kali ini kau ku lepaskan.”

 

Ia menghilang di balik pintu membuat ji ae menelan ludah kasar.

 

Ia menatap manajernya.

 

“pergilah,kau akan berhadapan dengannya. Selamat nona kim. Dan bersiaplah.”

 

Ji ae berjalan keluar dari ruangan itu dengan  langkah gontai. Ia mengumpat dalam hati merutuki  sikapnya tadi.

 

*************

 

Jin woon tersenyum melihat sikap siwon ketika mengatakan sesuatu pada gadis  yang ia ketahui anak baru yang baru di pindahkan dari cabang busan.

 

“periksa laporan itu secara keseluruhan. Periksa apa memang ada yang tidak beres. Perempuan itu sepertinya percaya diri sekali dengan hasil kerjanya.”

 

Jin woon mengangguk sambil tersenyum lagi.

 

“kau itu kenapa?tersenyum sedari tadi. Kau menyukai gadis itu?selera mu yang sepertinya?” selidik siwon karena melihat jin woon aneh.

 

“anio. Hanya saja aku menyadari sesuatu saja. Aku tak menyukainya. Dia memang cantik tapi aku sedang tak ingin berkencan.” Bantah jin woon. Ia seperti itu karena jarang sekali atasannya itu menampilkan ‘seringaian’ yang tadi ia tunjukan pada gadis itu. yang ia tahu,kalau ia sudah seperti itu,ia berarti mulai tertarik. Seperti ketika melihat senjata keluaran terbaru yang ia lihat dari para mata-matanya di markas kemiliteran amerika atau rusia. Ia akan menampilkan seringaian itu,tanda ia tertarik untuk ‘memainkannya’. Ia tak pernah begitu tertarik dengan urusan para pegawainya,yang ia tahu semua dilimpahkan padanya mengenai para pegawai. untuk pekerjaan,ia akan turun tangan dan mengerjakannya dengan baik sehingga perusahaannya bisa semaju ini.

 

“hyung mendapat mainan baru ya?” Tanya jin woon seraya memijit tombol lift menuju lantai dasar.

 

Siwon menatapnya tak mengerti. “maksudmu?”

 

“kau tak pernah seperti itu sebelumnya pada pegawai. Apa karena ia berani? Ku kira karena ia tak sadar mengatakan itu. dia terlalu polos.”

 

Siwon mendengus. “makanya aku mengatakan pabo. Dia bodoh. Tapi..aku pansaran dengan perkataannya tadi,perasaanku mengatakan ada sedikit masalah. Periksa dengan benar jin woon-ah.  Buktikan kalau pekerjaan dia memang benar.”

 

Jin woon menahan senyumnya. “kalau ia salah?apa yang akan hyung lakukan?memecatnya?”

 

“kita lihat saja nanti.” Ucapnya dingin. Tapi dalam hatinya mengatakan bahwa akan ada yang menyenangkan  di kantornya saat ini. Insting nya tak pernah salah.

 

.

 

.

 

.

 

Ji ae mengetik lapora

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK