home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Love Note

Love Note

Share:
Author : Aeri_Tamie
Published : 30 Jan 2014, Updated : 30 Jan 2014
Cast : Super Junior's Cho Kyuhyun, EXO's Chen, Song Aeri, Shin Yeonjoo, and other
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |1892 Views |0 Loves
Love Note
CHAPTER 1 : 1st Unexpected

» Story 1 : Unexpected

Pagi hari yang cerah, di sebuah jalan setapak yang sepi seorang lelaki sedang berlari  sembari menoleh ke belakangnya. Kemudian, ia tersenyum sesaat dan malah mempercepat kecepatan larinya. Sementara, tampak seorang gadis dengan rambut pendek sebahu mengembangnya diikat tinggi berlari secepat yang ia bisa. Sesekali, ia berhenti berlari dan bernapas dengan terengah-engah.

“Dasar payah! Kejar aku, Aeri!” teriak lelaki itu dari kejauhan sambil tertawa melihat gadis bernama Aeri yang semakin lama semakin berlari lambat.

Aeri hanya tersenyum kecut disela-sela ia mengatur napasnya. “Oppa gila ya? Kita kan sudah lakukan ini berkali-kali tahu!” teriak gadis itu dengan kesal. “Hentikan, Cho Kyuhyun!”

“Aku tak akan berhenti,” ujar Kyuhyun sambil menjulurkan lidahnya dan kembali berlari.

Dan, Aeri hanya bisa menerima kenyataan menyebalkan bahwa ia harus menghadapi jalan setapak yang panjang ini. Dengan segera, ia langsung berlari secepatnya agar bisa mengalahkan Kyuhyun. Namun, sepertinya itu hanya khayalannya saja mengingat kaki Kyuhyun yang panjang dapat berlari dengan cepat.

Saat ia melihat Kyuhyun yang sudah duduk di atas rerumputan hijau, segera ia langsung duduk di sebelahnya dengan lemas sambil mengatur napasnya.

“Payah sekali kau, Aeri. Dasar bodoh,” cela Kyuhyun sambil melirik ke arah Aeri yang kini sedang menundukkan kepalanya.

“Sudah puas?” tanya Aeri kemudian sambil menoleh ke arah Kyuhyun dengan sebal.

“Apa maksudmu?” tanya Kyuhyun dengan nada sok polos yang dibuat-buat.

“Sudah puas mengerjaiku sampai seperti ini dan mengataiku?” tanya Aeri dengan kesal. “Sudah mengataiku payah, ditambah bodoh pula. Sekalian saja bilang aku idiot,” gerutunya.

Tampak, air keringat mengalir di kening Aeri tanpa sadar. Kyuhyun yang melihatnya langsung mengelapnya dengan handuk yang ia bawa. Sementara, Aeri menoleh ke arah Kyuhyun dengan pandangan terkejut ketika melihat sikap Kyuhyun. Aeri mulai merasa jantungnya mulai berdebar-debar. Oh, ini bukan saatnya. Sial!

Tampak, kedua mata mereka beradu pandang sejenak.

“Ternyata kau benar-benar payah. Baru berlari seperti ini sudah mengucur banyak keringat di keningmu. Makanya, kau sering lakukan olahraga.”

Eugh, dia mulai menceramahiku dengan ejekan itu! Seru Aeri dalam hati. “Aku kan sudah melakukannya setiap hari, karena Oppa selalu menyuruhku untuk melakukan hal ini setiap pagi.”

“Apa maksudmu? Aku saja mau menyuruhmu, kau sudah ingin menghindar,” bela Kyuhyun dengan pandangan sengit.

“Apa-apaan tatapanmu itu? Mau mengajak berkelahi?” tanya Aeri yang semakin kesal.

“Kau yang memulai duluan!” seru Kyuhyun.

Aah, sakit kepala juga lama-lama jika aku masih bicara dengan lelaki satu ini, batin Aeri sambil memegang keningnya. “Sudah cukup.”

“Hahaha, kenapa? Kalah debat denganku?” tanya Kyuhyun sambil tersenyum miring.

Sementara, Aeri hanya tersenyum tipis sambil meneguk air dari botol plastik. Sedetik kemudian, keduanya hanya terdiam dan kesunyian benar-benar terasa.

“Ri-ya,” panggil Kyuhyun sambil memejamkan kedua matanya. “Menurutmu, aku tampan tidak?”

Aeri langsung menoleh ke arah Kyuhyun sambil menyipitkan kedua matanya. “Kenapa tiba-tiba berkata seperti itu? Hah, sosok Kyuhyun Oppa yang kukenal menghilang entah kemana.”

Kyuhyun langsung membuka matanya dan memandang Aeri. “Lalu, sosok ini siapa jika kau bilang bahwa sosok Kyuhyun yang kau kenal menghilang hah?”

Aeri langsung memandang Kyuhyun lekat sambil mendekati wajahnya. “Iblis.”

“Mwo?!”

Aeri langsung berlari secepat mungkin sambil menjulurkan lidahnya ke arah Kyuhyun. “Weekk!! Rasakan!”

***

Aeri berjalan masuk ke asrama dengan gontai.  Cuaca sore hari terlihat cerah dan langit berwarna oranye. Cuaca musim panas kini membuatnya merasa seperti telah menua dengan cepat. Bukan karena udaranya musim panas yang terlalu panas dan terik, tapi karena jadwal kelas minggu ini sudah mulai padat. Bahkan, minggu ini gadis itu harus melupakan agenda membaca novel dan pulang kembali ke rumah untuk menemui kedua kakak perempuannya dan juga sepupu lelakinya yang usil itu.

Dering ponsel langsung membuyarkan lamunan Aeri saat tangannya masih mencari kunci pintu asrama. Tanpa aba-aba, Aeri langsung mengangkatnya ketika tahu siapa penelponnya.

“Yeoboseyo? Eomma?”

“Ri, kau sudah pulang?”

“Ne Aku baru saja hendak membuka pintu asrama.”

“Apa hari sabtu kau akan pulang ke rumah?”

“Aniyo, Eomma. Aku harus mengerjakan tugasku sebelum hari senin. Lagipula, aku juga sudah mengatakan hal ini pada Nunah Eonni dan Soojin Eonni,” ucap Aeri sambil membuka pintu kamar asramanya dengan susah payah hingga terdengar sebuah bunyi. Klik!

“Ya sudah kalau begitu. Oh ya, sesekali kau pulanglah ke Sokcho bersama Joohwa.”

Aeri langsung menutup pintu asrama dan bersandar di pintu. “Eomma dan Appa saja di Kyoto. Aku mau menemui siapa di Sokcho. Lagipula, Joohwa mana mau pergi ke sana denganku.”

“Sepupu lelakimu itu akan mau jika kau akan menemaninya bermain.”

“Eomma seperti tidak tahu aku saja, aku pasti akan kalah jika bertanding dengannya.”

“Ahaha, Eomma tahu. Ya sudah, sekarang Appa-mu meminta Eomma untuk membuat bibimbap. Eomma tutup dulu ya.”

“Eomma, aku juga mau bibimbap,” rengek Aeri tiba-tiba.

Seketika, Aeri langsung diam terperanjat. Ah, trik Eomma memang manjur, pikir Aeri. Ibunya selalu saja menggoda Aeri dengan cara seperti ini. Sudah tahu kehidupan Aeri di asrama membuatnya makan tak teratur dan teringat akan masakan sang Ibu, membuatnya tergoda akan trik buatan Ibunya seperti ini. Dan jika sudah begini, Ibu pasti sudah tahu kalau selama seminggu ini Aeri hanya makan ramyun.

“Kau minggu ini hanya makan ramyun ya?” terka Ibunya yang mampu membuat Aeri terdiam. Benar kan dugaanku? Pikir Aeri.

“Kan Eomma sudah bilang, tetap makan yang bergizi walaupun kau hidup di asrama. Bukan berarti kau hidup di asrama, pola makanmu tak teratur. Jangan membuat Eomma khawatir. Kau ingin Eomma dan Appa-mu terkena serangan jantung di Kyoto karena mengkhawatirkanmu? Kalau kau terus seperti ini….”

Kini, Aeri mulai meruntuki diri sendiri. Sekarang, Ibunya mulai berceramah dengan panjang katanya mengalahkan pidato presiden. Sempat menyesal telah masuk ke ranjau buatan sang Ibu.

“Eomma~” rengek Aeri lagi.

“Nanti Eomma akan menyuruh Nunah untuk membuatkan bibimbap dan kimbap untukmu. Harus dihabiskan.”

“Ne.”

“Eomma tutup dulu ya.”

“Ne.”

Tut! Sambungan langsung terputus. Aeri memandang ponselnya dengan sebal. Jadi membenci diri sendiri jika sudah seperti ini. Ia hanya bisa menghelakan napas panjang. Lagi-lagi membuang satu saat kebahagiaan –menurut definisi Ibunya walaupun pada kenyataan benar adanya.

“Ri-yaa!!”

Aeri langsung membuka pintu asramanya dan memandang sesosok gadis berambut panjang bergelombang dengan penuh tanya. “Wae geudaeyo, Yoora-ya?”

“Malam ini kita makan samgyetang yuk!” ajak Yoora, teman asrama Aeri yang tinggalnya bersebelahan dengannya. “Sekalian berkeliling di Myeongdong!”

“Aniyo. Mianhae, Yoora-ya,” sesal Aeri. “Malam ini, Eonni-ku akan mengirimkan bibimbap dan kimbap. Kau mau? Nanti kita berbagi, karena sepertinya Eonni-ku akan membuatnya dalam jumlah banyak.”

Belum sempat Aeri selesai bicara, dering ponsel membuyarkannya hingga dengan terpaksa ia langsung mengangkatnya. “Yeoboseyo?”

“Ri! Kau tadi merengek pada Eomma ya?! Eomma tadi mengatakan bahwa kau tak makan teratur, apa itu benar?! Aish, aku dengan terpaksa membuatkanmu kimbap dan bibimbap. Kalau kau memang menginginkan kedua makanan buatanku, lebih baik datang ke rumah sekarang juga!”

Aeri langsung menjauhkan ponselnya dari telinga. Suara teriakannya bisa-bisa memecahkan kedua gendang telinga gadis itu, kalau ponselnya masih tetap menempel di telinga. “Yaah, Nunah Eonni! Masa aku harus datang? Aku dilarang keluar asrama sekarang,” dusta Aeri dengan dibungkus alasan yang terdengar masuk akal.

“Jinjjayo?” Terdengar, nada bicaranya serius. Sepertinya, ia percaya dengan ucapan Aeri.

“Ne, Eonni. Mianhae, aku tak bisa pergi makanya,” kata Aeri dengan sesal yang dibuat-buat. Sesekali, ia ingin sekali menipu kakaknya itu.

“Baiklah. Nanti, aku akan menyuruh Joohwa untuk datang ke asramamu. Harus dihabiskan. Awas saja jika tidak habis.”

“Ne~”

“Kututup dulu ya. Annyeong.”

“Annyeong.”

Tut! Sambungan langsung terputus. Aeri kembali memandangi Yoora yang masih mengharapkan Aeri untuk ikut dengannya.

“Ri-ya, kalau kau tak ikut tak seru. Ayolah, Youngmi, Sehun, Chanyeol Oppa, Baekhyun Oppa, dan Tao Oppa akan ikut. Masa kau tak ikut? Sekalian kita ke noraebang juga.”

“Kalau aku ikut kalian, aku yang akan dibunuh oleh Eonni-ku. Lagipula…” Aeri mencoba mengingat tumpukan tugas yang belum sempat dikerjakan. “Ah! Aku juga harus mengerjakan tugas. Kalau tidak, besok buku perpustakaan harus dikembalikan. Jika aku terlambat mengembalikan, pasti Nyonya Jang akan mengomeliku.”

“Jadi, kau tak akan ikut?”

Aeri hanya menggeleng sambil menyiapkan deretan giginya. “Tidak.”

***

“Chogiyo!”

Park Chanyeol, pria itu memandang seorang lelaki bertubuh tinggi yang kini sedang memarkirkan sepedanya. Rambutnya terlihat berantakan karena angin yang terasa kencang malam itu. Tampak, lelaki itu membawa sesuatu ditangannya.

“Ada yang bisa kubantu?”

Lelaki itu berjalan menghampiri Chanyeol. “Aku mencari Ri Noona.”

“Ri Noona?” tanya Chanyeol dengan bingung. “Siapa namamu?”

“Ahn Joohwa. Kau tahu Ri Noona tidak? Yang gadis jelek tubuhnya sedikit berisi, berambut pendek sebawah bahu, matanya menyeramkan, selalu membawa buku hutang ke mana-mana, dan tubuhnya sedikit pendek.”

Chanyeol sedikit heran ketika mendengar ciri-cirinya. Namun, ia sedikit mengenali sosok itu. “Hmm, Song Aeri bukan?”

“Ya! Di mana dia? Aku lelah sekali menunggunya.”

Apa-apaan sih bocah ini? Lelah menunggu? Bahkan, ia baru datang beberapa menit yang lalu, pikir Chanyeol dengan aneh. Dengan malas, ia menghelakan napas panjang. Kemudian, Chanyeol menoleh ke dalam asrama dan berteriak, “Ri-yaa! Ada yang mencarimu!”

“Nugu?” tanya Aeri dari jauh.

Tak lama, sosok Aeri muncul dengan wajah penuh kerutan karena heran. Sontak saja, lelaki bernama Joohwa itu langsung berlari ke arahnya.

“Ri Noona!!”

“Ada apa kau datang kemari, Joohwa-ya?” tanya Aeri dengan aneh saat melihat kedatangan sepupu lelakinya itu.

“Aigoo, Noona-ku semakin cantik saja. Wajahmu lucu. Aigo, aigo, aigoo!” puji Joohwa sambil memeluk Aeri dengan erat.

“Jangan berlebihan! Padahal, baru beberapa minggu yang lalu kita terakhir bertemu. Dan juga, lepaskan pelukanmu ini! Bisa-bisa aku sesak napas dan mati!” seru Aeri sambil berusaha melepaskan pelukan Joohwa.

“Ahaha, mianhae, Noona,” kata Joohwa sambil melepaskan pelukannya.

Sementara, Chanyeol hanya bisa menggelengkan kedua matanya. “Apa-apaan dia? Padahal, baru saja dia menjelek-jelekan Ri-ya. Ckck.”

Aeri yang dapat menangkap ucapan Chanyeol, langsung mendelik. “Mwo? Memangnya Joohwa mengatakan apa padamu?” introgasi Aeri.

“Dia bilang kau yang gadis jelek tubuhnya sedikit berisi, berambut pendek sebawah bahu, matanya menyeramkan, selalu membawa buku hutang ke mana-mana, dan tubuhnya sedikit pendek. Begitu dia memberikan ciri-ciri tentangmu padaku,” ujar Chanyeol dengan polosnya.

Joohwa yang mendengarnya, langsung menoleh ke arah Aeri yang sudah menatapnya tajam.  “Ahaha, Noona, aku hanya−“

“Apa maksudmu hah?! Kau mau mati ya?! Dengar ya, tubuhku ini walaupun berisi tapi tinggi, kedua mataku berwarna cokelat dan tidak menyeramkan, serta buku yang selalu kubawa itu adalah buku catatanku tahu!” teriak Aeri kesal tanpa menghiraukan apa yang ingin diucapkan oleh Joohwa. Tangannya langsung mengayunkan pukulan ke punggung Joohwa dengan keras.

“Auw! Noona! Geumanhae! Appeuda! Mianhae, aku hanya bercanda. Sungguh, lama tak bertemu denganmu membuatmu kelihatan semakin manis saja. Aku sungguh-sungguh. Noona! Appeuda!” ringis Joohwa sambil berusaha menghindari pukulan Aeri.

“Berhenti merayuku, dasar menyebalkan!” seru Aeri kesal. Akhirnya, Aeri mulai menyelesaikan pukulannya ke arah Joohwa. Kini, tangannya mulai menengadah. “Mana?”

Dengan serta merta, Joohwa menyerahkan dua kotak bekal dan botol besar berisi jus jambu yang ia bawa pada Aeri. “Ini. Kata Nunah Noona harus dihabiskan. Jus jambu ini kata Nunah Noona juga harus dihabiskan, walaupun Ri Noona tak memintanya.”

“Iya, aku tahu,” jawab Aeri dengan nada masih kesal. “Cepat pulang sana. Bisa-bisa Nunah Eonni marah padamu karena disangkanya kau sedang berada di game center. Hahaha..”

“Bahkan, malam ini aku punya niat untuk pergi ke sana,” ujar Joohwa dengan santai.

“Baiklah. Setelah ini, aku akan menelpon Nunah Eonni dan mengatakan kalau kau pergi ke game center.”

“Aaaah, aku akan pulang kok, Ri Noona. Sampai jumpaa!!” teriak Joohwa dengan nada sedikit ketakutan.

Seketika, Joohwa langsung berlari sambil membawa sepedanya sebelum Aeri mencari nama kontak kakaknya.

***

Esok hari, Aeri berjalan santai di sekitar taman dekat asramanya sebelum berangkat ke kampus. Ia sedikit bersyukur karena Kyuhyun hari ini tak terlihat batang hidungnya untuk mengajaknya berolahraga bersama. Namun, dihatinya benar-benar gelisah karena Kyuhyun tak kunjung datang untuk menyuruhnya berolahraga. Sepertinya, otak dan hatinya tak mau diajak bekerja sama. Sungguh menyedihkan.

“Ri-yaa!!!”

Aeri langsung menoleh ke arah sumber suara. Terlihat, Kyuhyun tersenyum sambil melambaikan tangannya.

“Ada apa, Oppa?” tanya Aeri.

“Memangnya apa lagi? Ayo, kita berlari seperti kemarin.”

“Tidak mau. Kakiku ini tidak sepanjang kakimu yang bisa berlari cepat tahu.”

“Kalau begitu, aku akan memperlambat kecepatan lariku.”

“Yaksok?”

“Yaksok.”

Dengan terpaksa, Aeri mengiyakan ucapakan Kyuhyun. Namun, janji tinggallah janji. Kyuhyun tetap menyuruhnya untuk berlomba lari secepat mungkin ibarat sedang mengadakan lomba lari maraton. Aeri bahkan sempat meruntuki dirinya sendiri karena terlalu bodoh.

Sampai beberapa saat kemudian, Aeri langsung menjatuhkan tubuhnya ke rerumputan hijau itu dengan lemas.

“Masa kemampuanmu hanya sampai situ?” tanya Kyuhyun dengan heran.

“Tidak tahu,” sahut Aeri dengan nada ketus. “Oppa kan sudah berjanji untuk tidak seperti itu.”

“Kapan aku bicara seperti itu? Setahuku, aku berjanji agar aku akan memperlambat kecepatan lariku saja. Dan, bukannya menghilangkan agenda lari cepat itu.”

Skak mat. Bagus, ia kalah telak dengan Kyuhyun. Seketika, ia memalingkan wajahnya dari Kyuhyun dengan kesal dan malu.

Sementara, Kyuhyun mulai duduk di sebelah Aeri dan meneguk sebotol air yang dibawanya. “Ri-ya.”

“Apa lagi?” tanya Aeri ketus.

“Kau kesal ya?”

Sudah tahu, masih bertanya lagi! Dasar tidak tahu diri, gerutu Aeri dalam hati. “Kenapa memangnya?”

“Ah, wajahmu jelek kalau sedang marah.”

Bocah ini, pikir Aeri yang semakin kesal. “Sudah dari dulu aku ini jelek. Sudahlah, kalau Oppa mau mengataiku, memakiku, mengejekku, ataupun menghinaku, lakukan sekarang sebelum aku benar-benar muak mendengarnya,” kata Aeri semakin ketus.

“Kau ini tadi pagi sehabis memakan kaktus ya? Kenapa ucapanmu itu setajam duri kaktus sih?” tanya Kyuhyun dengan nada heran.

“Anggap saja seperti itu,” ujar Aeri langsung.

“Ri-yaaaa~”

“Berisik! Oppa, jangan merajuk! Kau bukan anak kecil lagi tahu!” seru Aeri kesal yang kini mulai mendengar Kyuhyun merajuk.

“Joo..” rajuk Kyuhyun lagi.

“Ada apa lagi dengan Yeonjoo Eonni?” tanya Aeri dengan nada tak sabar sambil menoleh ke arah pria itu.

Kyuhyun terdiam sambil menundukkan kepalanya. “Bagaimana jika dia tak mencintaiku?”

Aeri bungkam. Tidak tahu harus bicara apa. Dalam hatinya ia sangat berharap jika itu nyata. Tapi, apakah mungkin? pikirnya.

“Ri-yaaaa!!”

“Berisik! Aku sedang berpikir, Oppa!”

“Bagaimana menurutmu?”

“Tidak tahu!”

“Katanya kau sedang berpikir!”

“Pikir saja sendiri! Aku sedang malas berpikir dan itu bukan urusanku!”

“Aaah, dasar pemalas!”

“Biar saja!”

“Aaah, nappeun!”

“Baiklah, siapa yang lebih jahat di sini hah?! Oppa atau aku.”

“Kau.”

“Oppa! Dasar bodoh!”

“Kau yang bodoh!”

“Jadi, Oppa ingin mengajakku berdebat?”

“Lakukan saja kalau kau bisa!”

“Aaah, sudahlah! Aishh!”

Aeri langsung menghelakan napas panjang. Padahal, ia ingin sekali membalas ucapan pria itu. Namun apa daya, ia sudah terlalu lelah berdebat dengan orang ini. Sebelum Kyuhyun ingin mengatakan sesuatu, Aeri langsung bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkannya.

“Yaaa! Ri-ya!!” teriak Kyuhyun. Namun, Aeri langsung menutup kedua telinganya dan memejamkan kedua matanya sambil berjalan cepat. Dan, ia hanya menganggap suara Kyuhyun bak hanya suara anjing menggonggong.

***

Siang harinya, Aeri sedang berada di perpustakaan dan menghadap Nyonya Jang, seorang pustakawati di Kyung Hee University.

“Saya akan mengembalikan buku-buku itu secepatnya, Nyonya Jang.  Saya janji.”

“Ck, Ri-ya kau kan selalu mengumbar janji.”

Aeri memandang Nyonya Jang duduk di depan komputer dengan dipenuhi tumpukan-tumpukan buku. Wanita itu memiliki banyak kerutan di dahi. Tampak, Nyonya Jang memandang tajam Aeri.

“Saya benar-benar berjanji, Nyonya. Buku yang saya pinjam itu benar-benar dibutuhkan untuk saat ini.” Aeri menangkupkan kedua tangannya, memohon pada Nyonya Jang.

“Ahahaha, baiklah, Ri-ya. Aku percaya padamu kok,” sahut Nyonya Jang dengan tawanya sambil menuliskan sesuatu di kartu perpustakaan milik Aeri. “Ingat ya, minggu depan harus dikembalikan. Jika tidak, kau akan mendapatkan sanksi.”

Seketika, wajah Aeri langsung sumringah ketika mendengar ucapkan sang pustakawati. Ia menerima kartu perputakaannya yang diberikan Nyonya Jang dengan penuh terima kasih. “Algaseumnida, Nyonya Jang. Saya akan mengembalikan buku-buku lainnya segera. Gamsahamnida.”

Aeri mengambil buku-buku yang akan ia pinjam. Ia sangat senang karena tugasnya akan cepat selesai. Segera, ia keluar dari perpustakaan dengan buku-bukunya.

“Ri-ya, sudah selesai? Bagaimana?”

Yoora memandang Aeri dengan penuh bertanya. Aeri hanya mengangguk pasti.

“Kalau begitu, cepat. Kelas berikutnya akan segera dimulai,” ajak Yoora sambil berjalan cepat meninggalkan Aeri lebih dulu.

Aeri yang kebingungan membawa buku-buku yang ia pinjam terlalu banyak dan berat hanya bisa berteriak, “Chakammanyo!”

BRAKK! Belum sempat ia melangkah, buku-bukunya sudah berjatuhan. Aeri hanya bisa terdiam kesal dan dengan terpaksa ia memungut buku-buku itu dengan wajah bersungut-sungut.

“Hei, makanya kalau membawa buku-buku itu harus berhati-hati.” Sebuah tangan tiba-tiba muncul dan memungut buku-buku Aeri. Sontak saja, Aeri mendongakkan wajahnya dan terkejut bukan main.

“Kim Jongdae?” desis Aeri.

Jongdae hanya tersenyum ketika kedua matanya bertemu dengan kedua manik mata milik gadis itu. “Wajahmu agak pucat. Kau sakit?”

“Aniyo. Ini pasti hanya kelelahan,” ungkap Aeri pelan. “Sebentar lagi, aku akan baik-baik saja.”

“Ahaha, baguslah,” ujar Jongdae. Kemudian, ia menyerahkan buku-buku itu pada Aeri. “Ige. Lain kali, jangan terlalu ceroboh, Nona Song.”

“Ne, wahai Tuan Kim,” sindir Aeri dengan kesal, namun senyumnya tak lepas dari wajahnya. “Aku pergi dulu,” pamit Aeri sambil melangkah meninggalkan Jongdae lebih dulu.

“Ya. Dan, jangan lupa temui aku setelah kelasmu selesai!” seru Jongdae sambil berlari meninggalkan Aeri juga.

“Mwo?” Aeri kembali menoleh ke arah Jongdae, namun ia hanya bisa memandang punggung Jongdae yang semakin menjauh.

“Ri-yaa!! Apa yang kau lakukan di situ? Kajja, palli!” seru Yoora kini sambil memandang Aeri tak sabar.

Aeri kembali memandang ke depan dan mendapati Yoora yang sedang menunggunya. “Ne, Arraseo!”

***

“Cho Kyuhyun!”

“Ne?”

Seorang pria bertubuh tinggi menoleh ke sumber suara. Rambutnya berwarna cokelat dan kedua bola matanya yang hitam memandang seorang gadis cantik dengan mata besarnya berjalan menghampirinya ketika kantin kampus terlihat lenggang.

“Hari ini kau tidak masuk kelas?” tanya gadis itu sambil duduk di samping pria bernama Cho Kyuhyun itu.

“Tentu saja aku masuk kelas, Yeonjoo. Jadwal kelasku 2 jam lagi,” ujar Kyuhyun dengan santai.

“Ah, begitu,” ujar Yeonjoo.

“Kau sendiri? Tidak masuk kelas? Kenapa masih disini?” tanya Kyuhyun dengan aneh.

“Sebentar lagi, aku akan masuk. Awalnya aku ingin berjalan ke ruang kelasku, tapi saat itu ruang kelasku masih dipakai. Jadi, aku ke sini saja. Lagipula, aku ke sini karena tak sengaja melihatmu,” jelas Yeonjoo.

“Apa benar tak sengaja melihatku?” tanya Kyuhyun dengan tatapan menggoda.

“Tentu saja! Memangnya kenapa lagi?” tanya Yeonjoo dengan wajahnya yang mulai memerah.

“Ah, begitu,” ucap Kyuhyun yang mulai mengangguk-angguk mengerti.

“Ah! Kim Jongdae!” teriak Yeonjoo tiba-tiba.

Sontak saja, Kyuhyun menoleh ke arah yang dimaksud Yeonjoo. Ia melihat Kim Jongdae sedang berjalan menghampiri mereka berdua. Tampak, pandangan Jongdae ke arah Yeonjoo sangat cerah. Berbeda dengan pandangannya pada Kyuhyun agak muram.

“Kyuhyun Hyung dan Yeonjoo Noona,” sapa Jongdae sambil tersenyum. “Kalian tak ada kelas?”

“Kalau aku sebentar lagi masuk kok,” ujar Yeonjoo. “Ah, sudah waktunya. Aku harus masuk kelas. Sampai nanti, Kyu dan Jongie,” pamit Yeonjoo sambil melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.

Setelah kepergian Yeonjoo, Kyuhyun dan Jongdae saling terdiam. Tak ada topik yang cocok untuk dibicarakan saat itu.

“Hyung,” panggil Jongdae memulai pembicaraan. “Apa Hyung masih menyukainya?”

“Siapa yang kau maksud, Jongdae-ya?” tanya Kyuhyun yang sepertinya pura-pura tak mengerti. Ia sebenarnya sudah tahu ke mana arah pembicaraan Jongdae. Namun, ia tetap berusaha tenang.

“Joo Noona.”

Kyuhyun terdiam. Tak bisa berkata apa-apa. Ia berusaha menjernihkan pikirannya. Ia memang selalu berusaha menolak atas perasaan itu pada gadis yang dimaksud Jongdae. Namun, pada akhirnya ia benar-benar menyukai –ah, ralat sangat mencintai gadis itu.

“Memangnya kenapa?” tanya Kyuhyun sambil berdeham pelan.

“Kalau kau benar-benar mencintainya, maka aku dengan rela harus mengubur semua perasaanku pada Joo Noona.”

Kyuhyun tercengang. Ia langsung menoleh ke arah Jongdae dengan terkejut. “Mwoya?”

“Tapi,” sahut Jongdae. “Untuk saat ini, aku tidak akan menyerah, Hyung. Kau dan aku masih harus bersaing untuk mendapatkan hati Joo Noona. Permainan ‘Love Note’ tidak bisa berakhir seperti ini.”

“Jongdae-ya,” panggil Kyuhyun. “Jujur saja, aku sangat lelah harus selalu bersaing denganmu atas perasaan ini.”

“Kau pengecut, Hyung,” ungkap Jongdae. “Kau kan yang memulai ini semua. Kau yang memberikanku tantangan tentang permainan ‘Love Note’. Kau juga yang mengajakku untuk bersaing secara sehat untuk mendapatkan hati Joo Noona, walaupun dia sama sekali tidak mengetahuinya tapi ia mengikuti permainan ini. Permainan ini yang kemudian berkembang menjadi seperti ini juga karena kau. Ini semua adalah kesalahanmu, Hyung.”

“Aku seperti itu, bermaksud agar kau dan aku tidak saling bermusuhan hanya karena seorang gadis semacam Joo, Jongdae-ya,” kata Kyuhyun.

“Tapi, saat kutahu bahwa Hyung juga menyukai Joo Noona, aku berusaha untuk melupakannya. Aku−”

“Sudah cukup, Jongdae-ya!” seru Kyuhyun pelan.  “Aku mengerti perasaanmu dan aku sendiri juga sudah tidak bisa apa-apa.”

“Aku akan merelakannya untukmu, Hyung. Aku menaruh semuanya tentang gadis itu  termasuk perasaanku di tanganmu,” ucap Jongdae pelan. “Aku pergi dulu.”

Kyuhyun memandang tubuh Jongdae yang semakin menjauh dengan perasaan campur aduk.

Sementara, tampak seorang gadis dengan langkah tergesa-gesa hendak menghampiri salah satu dari diantara dua pria itu. Namun, langkahnya langsung terhenti saat melihat pria yang memiliki janji dengannya malah pergi. Ia juga langsung terdiam menyaksikan adegan demi adegan diantara dua pria itu. Pandangannya menjadi sedikit terkejut dan kosong.

Ada hubungan apa dua orang pria tersebut?

― To be Continued ―

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK