home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > The Story Of EXO

The Story Of EXO

Share:
Author : Monie47
Published : 29 Jan 2014, Updated : 29 Nov 2015
Cast : All Member EXO
Tags :
Status : Ongoing
9 Subscribes |1387550 Views |36 Loves
The Story of EXO
CHAPTER 2 : Story 2: XOXO (Kisses & Hugs)

 

[Suho's Story] The Story of EXO

 

Title:

XOXO (Kisses & Hugs)

 

Author:

Monie Akakuro

 

Rating:

PG - 17

 

Genre:

Romance

 

Length:

One Shot

 

Main Cast:

- Kim Junmyeon / Suho EXO

- Choi Se Ra (OC)

Disclaimer:

Kayak judulnya... Keinspirasi dari itu lagu. Karena $uho orang kaya. $uho harus bahagia. *gak nyambung *biarin aja kkkk

 

Note:

Denger lagu XOXO (Kisses & Hugs) Klik disini

 

*****

 

6 bulan yang lalu.

 

"Kim Junmyeon. Apakah kau bersedia menikahi Choi Se Ra sebagai istrimu dalam suka dan duka?"

 

"Ya, aku bersedia"

 

"Choi Se Ra. Apakah kau bersedia menikahi Kim Junmyeon sebagai suamimu dalam suka dan duka?"

 

"Ya, aku..... bersedia"

 

Tangan kanan Se Ra yang terbungkus sarung putih membalas kembali menekan tangan Junmyeon yang tadi menekannya dengan kencang.

 

Sebisa mungkin tangan mereka yang sedang bersitegang didepan pastur tidak terlihat oleh para tamu yang sedang menyaksikan mereka mengucapkan janji suci pernikahan dengan wajah yang bahagia melihat betapa cocoknya pasangan pengantin ini.

 

"Didepan Tuhan kalian sudah berjanji. Sekarang kalian sudah resmi menjadi sepasang suami istri" Ucap pastur tersenyum kepada Junmyeon dan Se Ra.

 

Langsung terdengar gemuruh tepuk tangan dari para tamu dan bersorak bahagia melihat pasangan pengantin didepan sudah menjadi suami istri. "Kiseu! Kiseu! Kiseu!" Teriak para tamu dicampur gelak tawa mereka. Mereka terlihat sangat bahagia sekali. Sedangkan kedua pengantin?

 

Choi Se Ra. Kepalanya mendongak menatap pria yang ada disamping. Pria berwajah tampan yang kini sudah resmi menjadi suaminya.

Palsu. Senyuman pria ini sungguh palsu sekali ia sunggingkan di bibirnya. Sama seperti senyum yang Se Ra sunggingkan untuknya.

 

Kim Junmyeon. Matanya menatap wajah cantik pengantin wanita nya. Senyuman yang ditunjukkan untuknya sangat begitu manis sekali. Para tamu mungkin akan mengira dia adalah wanita paling bahagia didunia ini. Pintar sekali wanita ini berakting. Tapi matanya tidak akan tertipu oleh tatapan wanita yang sekarang seperti mengeluarkan kilatan peperangan terhadap dirinya.

 

"Silahkan pengantin pria bisa mencium pengantin wanitanya"

 

Se Ra menutup matanya saat melihat pengantin pria sudah mendekati wajahnya. Sambil bersumpah ini adalah hal terakhir kalinya ia melakukan perbuatan yang bukan menjadi dirinya.

 

Junmyeon membuka tirai transparan tipis yang menutupi wajah pengantin wanitanya. Mata wanita ini sudah terpejam. Junmyeon berusaha sekuat tenaga menahan tawanya. Wanita ini benar-benar berakting sungguhan. Ia mulai mendekatkan bibirnya ke bibir pengantin wanitanya.

 

Choi Corporation sudah menjadi milikku! Teriak Se Ra bahagia dalam hati berusaha menahan tidak membuka mulutnya saat bibir Junmyeon membentur kencang ke bibirnya.

 

Aku sudah mewarisi Kimjun Finance! Sorak Junmyeon girang dalam hati menabrakan bibirnya dengan sengaja ke bibir merah milik Se Ra.

 

Akhirnya mereka berdua sudah bersatu menjadi suami istri yang sah. Tapi hanya pastur yang berdiri didepan mereka melihat tabrakan bibir yang terjadi pada pasangan pengantinnya kali ini. Bukan berciuman.

 

Suho's Story: XOXO (Kisses & Hugs)

 

Pernikahan ini semua berawal dari perjodohan yang telah dibuat oleh kakek dan nenek mereka berdua.

Kakek Kim Junmyeon adalah pemilik perusahaan Kimjun Finance, perusahaan financial terbesar di Korea selatan. Hampir semua perusahaan sukses di Korea dikelola oleh Kimjun Finance. Sehingga saham Kimjun Finance melaju sangat pesat.

Dan nenek Choi Se Ra adalah pemilik dari Choi Corporation. Perusahan Choi dari berbagai bidang tersebar diseluruh Korea Selatan. Fashion, Properti, Real Estate hampir semua Choi Corporation yang memegang. Bayangkan bagaimana besarnya jika perusahaan ini bersatu.

 

Sebetulnya perjodohan diantara kedua keluarga ini sudah terjadi sangat lama. Kakek dan nenek mereka adalah sepasang mantan kekasih. Walaupun mereka tidak bisa bersatu maka mereka berjanji akan mempersatukan keturunan mereka. Tapi sayang, mereka mempunyai anak tunggal keduanya anak laki-laki. Yaitu ayah Junmyeon dan ayah Se Ra yang kini menjadi 2 orang sahabat. Dan betapa sangat bahagia nya mereka ketika mendapatkan seorang cucu laki-laki dan seorang cucu perempuan bersamaan. Rencana mereka untuk mempersatukan keluarga akan menjadi kenyataan.

 

Semenjak lahir Junmyeon dan Se Ra sudah disatukan. Terlahir sebagai anak tunggal lagi membuat kedua orang tuanya selalu mendekatkan mereka agar menjadi akrab karena mereka tidak punya teman untuk bermain dirumah.

Tapi pertemanan mereka tidak seperti yang diharapkan oleh kedua ayah mereka yang sudah menjadi sahabat semenjak kecil. Hubungan Junmyeon dan Se Ra seperti anjing dan kucing. Selalu terjadi pertengkaran setiap mereka bertemu. Berebutan mainan. Perbuatan iseng Junmyeon sehingga Se Ra menangis. Pukulan demi pukulan yang selalu Se Ra layangkan kepada Junmyeon. Dan masih banyak lagi pertengkaran tidak penting lainnya yang dilakukan mereka semenjak kecil.

 

Tahun pun telah berlalu. Kim Junmyeon telah menjadi pria dewasa yang sangat tampan. Dan begitu pula dengan Choi Se Ra yang telah tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik. Tapi sudah menjadi sifat mereka, kelakuan mereka berdua terhadap satu sama lain pun tidak berubah. Selalu bertengkar setiap bertemu.

 

Melihat keduanya selalu bertengkar membuat kakek dan nenek mereka menjadi geram. Bagaimana mereka bisa mempersatukan cucu mereka jika sekalinya bertemu mereka selalu melakukan peperangan dimanapun mereka berada.

 

Akhirnya nenek Choi mengambil keputusan. Keputusan mutlak yang tidak bisa diganggu gugat dan disetujui oleh kakek Kim. Walaupun Junmyeon dan Se Ra masih berumur 22 tahun dan kuliah mereka belum selesai. Keduanya harus menikah sekarang juga. Kalau mereka tidak merubah sikap dan masih bertengkar tidak saling mencintai, harta kedua Choi dan Kim akan disumbangkan. Mereka tidak akan mewarisi apapun.

 

Mengetahui keputusan itu membuat Junmyeon dan Se Ra kalang kabut. Untuk pertama kalinya mereka mempunyai pikiran yang sama. Mereka tidak mau hidup miskin. Dengan sangat sangat sangat terpaksa akhirnya Junmyeon dan Se Ra berjanji akan menikah dan hidup saling mencintai.

 

***

 

6 bulan kemudian.

 

Berjanji akan menikah dan hidup saling mencintai. Mereka sudah menepati janjinya telah menikah. Tapi untuk hidup saling mencintai? Hanya didepan keluarganya saja Jumnyeon dan Se Ra berjanji seperti itu. Karena didalam hati mereka hidup saling mencintai adalah hal yang tidak akan mungkin terjadi.

 

Nenek Choi sepertinya sudah bisa membaca pikiran mereka berdua. Ia mempunyai siasat untuk tetap mempersatukan mereka. Setelah menikah Junmyeon dan Se Ra diberi hadiah rumah olehnya. Rumah yang tidak terlalu besar tapi sangat mewah dibangun di pesisir pantai pribadi mereka. Hanya beberapa bangunan rumahnya dibangun oleh tembok, sisanya adalah kaca besar yang kokoh. Dari dalam rumah dimanapun berada, hanya pemandangan laut terhampar yang bisa terlihat. Sangat indah.

 

Bukan main girangnya Junmyeon dan Se Ra saat datang ke rumah itu. Diotak mereka hanya ada satu, yaitu kebebasan. Kebebasan tidak berpura-pura saling mencintai lagi didepan keluarga mereka. Tapi kegirangan mereka tidak berlangsung lama. Nenek Choi telah menyiapkan semuanya. Walaupun mewah tapi rumah itu hanya terdapat 1 ruangan kamar tidur dengan 1 tempat tidur besar. 1 ruangan kamar mandi dan toilet. Tanpa pembantu rumah tangga.

 

Itu berarti Junmyeon dan Se Ra benar-benar harus hidup berdua dirumah itu. Berbagi ruangan berdua. Membersihkan rumah bersama. Dan yang paling mereka harus lakukan adalah... Tidur bersama.

 

Karena mereka masih belum menyelesaikan kuliahnya, maka keuangan masih diatur oleh keluarga mereka. Ide mereka yang akan mengambil sebuah apartemen atau hotel agar bisa tidur terpisah pun lenyap sudah.

 

Harta akan diwariskan jika mereka berdua telah lulus kuliah dan bisa mengambil alih perusahaan. Dan mereka akan lulus kuliah 1 tahun lagi. Selama 1 tahun itulah mereka harus bersabar untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

 

****

 

KRIIIIIIIIIIINNNGGGG!!

 

"Ya!! Junmyeon!! Tidak bisakah kau mematikan alarm mu!!?" Erang Se Ra dengan mata masih terpejam. Tangan kirinya meraba-raba kesamping mencari sebuah bantal dan langsung menutupi kepalanya setelah ketemu agar tidak mendengar bunyi alarm yang menyebalkan itu.

 

KRIIIIIIIIIIIIIINNNGGGG!!!!!

 

"JUNMYEON!!!!!" Teriak Se Ra kesal dan langsung bangun melemparkan bantal-bantalnya ke arah Junmyeon yang masih terlelap tidur dikasur bawah tempat tidur Se Ra seperti tidak terganggu oleh bising alarmnya.

 

Ya, walaupun mereka 1 kamar tetapi tetap tidur terpisah. Karena mereka masih mampu untuk membeli 1 buah kasur yang nyaman.

 

Bantal-bantal terus Se Ra lempar ke tubuh Junmyeon agar pria itu segera bangun dan mematikan alarm yang ada disampingnya. Baru jam berapa ini tapi alarm dia sudah bunyi. Se Ra melihat ke dinding kaca yang ada dihadapannya. Terlihat jelas langit diluar masih gelap dan ombak laut pun masih tenang menerpa pasir pantai. Matahari pagi yang selalu ia lihat disana juga belum tampak. Tapi kenapa alarm Junmyeon sudah berbunyi?

 

"Junmyeon!!" Teriak Se Ra lagi melempar bantal yang tersisa. Akhirnya usaha Se Ra sukses. Junmyeon langsung terbangun setelah kepalanya terkena lemparan bantal terakhir.

 

"Se Ra kau gila! Kenapa kau melempariku dengan bantal seperti ini hah!?" Teriak Junmyeon kesal melemparkan bantal yang mengenai mukanya tadi ke arah Se Ra.

 

"Matikan alarm mu! Aku mau tidur!" Ketus Se Ra tak kalah teriaknya juga ke Jumyeon. Ia mengambil bantal yang dilempar Junmyeon dan menarik selimutnya mau melanjutkan tidurnya kembali. Malas ia meladeni Junmyeon. Ia masih sangat mengantuk. Toh usahanya sudah berhasil membangunkan pria itu.

 

"Oh iya aku mau lari pagi" Gumam Junmyeon mematikan alarmnya dan membangunkan badannya sambil menguap lebar.

 

Telinga Se Ra bisa mendengar gumaman Junmyeon. Tapi ia tidak perduli. Ia membalikan tubuhnya kesamping dan langsung tertidur pulas lagi.

 

**

 

Hoooaahhm. Mulut Se Ra menguap lebar sambil terduduk setengah nyawa ditempat tidur. Kamarnya sudah terang dipenuhi oleh sinar matahari pagi. Ia melirik jam digital di meja. Jam 7 pagi.

 

Matanya bisa melihat diluar sosok Junmyeon yang sedang lari pagi diatas pasir pantai. Ternyata orang itu belum selesai juga olah raganya? Tumben sekali. Biasanya yang ia lakukan selalu baca buku.

 

"Eoh!" Cepat-cepat Se Ra bangun dari tempat tidurnya dan langsung keluar kamar setelah ia mengingat sesuatu yang harus dia lakukan.

 

Di dapur Se Ra sibuk mencari sesuatu didalam kulkas. Sepertinya ia tidak menemukan apa yang dicari. Karena hampir semua isi kulkas ia keluarkan.

 

"Ya! Sedang apa kau? Bereskan kembali! Kau membuat dapur berantakan sekali". Omel Junmyeon menggeser badan Se Ra karena wanita itu menghalanginya mengambil botol air mineral dari dalam kulkas.

 

Ck! Se Ra mendecakan lidahnya dan menatap Junmyeon dengan sengit karena berani mendorongnya.

 

"Wae?" Tantang Junmyeon sambil membuka tutup botolnya.

 

"Minggir kau! Aku sedang mencari yogurt strawberry ku! Kenapa tidak ada sih!?" Tangan Se Ra mendorong tubuh Junmyeon agar menjauh dari kulkas.

 

"Oh itu yogurt mu?" Celetuk Junmyeon tanpa sadar.

 

Kepala Se Ra langsung menoleh cepat ke arah Junmyeon. "Kau yang mengambil yogurt ku?" Tuduh Se Ra memincingkan matanya curiga.

 

Secara perlahan Junmyeon memundurkan langkahnya. Masih berpura-pura minum dengan tenang. Kali ini ia menjadi tersangka. Karena Yogurt itu sudah beristirahat dengan tenang didalam perutnya. Ia sudah memakannya tadi sebelum lari pagi.

 

"Aku tidak kalau tahu itu yogurt mu!" Dengan gesit Junmyeon langsung membalikan tubuhnya sambil melempar botol kosongnya ke tempat sampah sebelum ia terkena pukulan Se Ra.

 

"Ya!! Junmyeon!! Kau mencuri yogurt ku!!!" Teriak Se Ra kesal dan berlari mengejar Junmyeon yang sudah kabur duluan.

 

Beginilah suasana di pagi hari di rumah tangga Junmyeon dan Se Ra. Suara teriakan, pukulan, dan derap langkah lari yang selalu memenuhi rumah ini. Seperti sekarang, pertengkaran tidak penting hanya karena alarm dan yogurt.

 

***

 

"Minggir kau! Aku mau masuk duluan!"

 

"Apa-apaan kau mendorongku!? Dasar wanita tidak sopan!"

 

"Apa kau bilang!? Kau pria yang sangat menyebalkan!"

 

"Cepat kau minggir dari depan pintu aku mau masuk!"

 

"Tidak! Aku duluan! Ladies first! Kau tahu tidak dengan istilah itu!?"

 

"Aahh kau cerewet sekali! Awas!"

 

Pintu menjeblak terbuka terlihat tubuh Junmyeon sedikit tersungkur ingin jatuh karena Se Ra mendorongnya dari belakang.

 

"Se Ra!! Kau gi..."

 

Seruan Junmyeon langsung terhenti saat tangan Se Ra sudah membekap mulut pria itu. Kepala Junmyeon memberontak supaya terbebas dari lengan Se Ra yang terus membekapnya dengan kuat agar Junmyeon berhenti mengucapkan umpatan kepadanya.

 

"Oh?! Halmeoni! Sejak kapan kau datang??"

 

Halmeoni? Usaha Junmyeon membebaskan kepalanya di lengan Se Ra langsung terhenti. Kedua sudut mata Junmyeon melirik kemana arah suara Se Ra tadi. Benar saja, nenek Choi sudah ada di hadapan mereka berdiri di depan pintu sambil tangannya bersedekap memandang mereka. Ternyata nenek Choi datang kesini.

 

Cepat-cepat Junmyeon menyingkirkan tangan Se Ra dari mulutnya dan ia langsung menegapkan tubuhnya sambil mengambil tangan Se Ra yang membekap mulutnya tadi ke dalam genggamannya. Tak lupa juga ia langsung memperlihatkan senyuman manisnya untuk nenek Choi.

 

Tanpa perintah Se Ra menguatkan genggaman Junmyeon ditangannya. Dan ia juga ikut berakting seperti Junmyeon yang sudah tersenyum lebar.

 

"Kalian dari mana? Pulang kuliah?"

 

Junmyeon dan Se Ra mendengar ucapan nenek Choi sangat datar sekali. Tatapannya kepada mereka seperti ingin menginterogasi apa yang terjadi di depan pintu tadi. Sepertinya dia mendengar pertengkaran mereka.

 

"Tentu saja kami pulang kuliah, bukannya kita harus selalu pulang bersama?" Jawab Se Ra sambil memeluk lengan Junmyeon dengan manja. Dan tangan Junmyeon pun mengelus-elus kepala Se Ra.

 

Melihat kelakuan mereka membuat nenek Choi tersenyum. Tapi senyuman yang tidak diketahui artinya oleh mereka berdua.

 

"Sajangnim, barang ini akan dibuang sekarang?"

 

Mata Junmyeon dan Se Ra langsung terbelalak kaget melihat kasur Junmyeon yang sedang diangkat oleh beberapa pengawal berjas hitam nenek Choi.

 

"Cepat buang itu sejauh mungkin.." Perintah nenek Choi yang langsung dijawab anggukan oleh para pengawal itu.

 

Mulut Junmyeon dan Se Ra sedikit menganga saat melihat kasurnya melewati mereka digotong oleh para pengawal ke pintu keluar.

 

"Jadi? Selama ini sebagai suami istri kalian tidak tidur bersama?"

 

Kepala keduanya menoleh dengan pelan ke arah nenek Choi lagi. Gawat. Ini benar-benar gawat, batin mereka berdua mendengar pertanyaan nenek Choi seperti hakim yang sedang menuduh terdakwa. Rahasia mereka sudah terbongkar.

 

Junmyeon dan Se Ra tidak menjawab. Kepala mereka tertunduk. Nenek Choi sudah tahu semuanya. Ternyata selama mereka pergi dia menginspeksi rumah ini. Jadi mereka tidak bisa membantah.

 

"Haaa kalian ini" Nenek Choi menarik nafasnya panjang. Ternyata kelakuan kedua cucunya tidak berubah. Usahanya selama ini tidak berhasil mempersatukan mereka walaupun sudah 1 rumah.

 

"Untuk hukuman kalian berdua, kalian besok harus menghadiri acara relasiku di daerah Daegu. Disana kalian harus memamerkan kemesraan selayaknya suami istri. Aku tidak mau mendengar berita adanya peperangan lagi disana" Perintah nenek Choi memberi keputusan kepada mereka yang tidak bisa dibantah lagi. Ia melangkahkan kakinya melewati mereka yang masih tertunduk di depan pintu. Mereka berdua tetap mematung didepan pintu saat nenek Choi sudah pulang.

 

"Ini gara-gara kau tidak membereskan kasurmu dengan benar!" Se Ra melepaskan genggaman Junmyeon dan dengan cepat tangannya melayangkan sebuah jitakan ke kepala suaminya. Akting kemesraan di depan nenek Choi sudah selesai.

 

"Ya!! Mana aku tahu nenek Choi akan datang kesini!" Junmyeon membalas jitakan di kepala Se Ra.

 

"Appo!" Teriak Se Ra merasa kesakitan Junmyeon menjitaknya lebih kencang.

 

"Tahu rasa kau!" Seru Junmyeon dan ia berjalan kedalam sambil menghentakan kakinya dengan kesal. Tidak perduli dengan sumpah serapah Se Ra dibelakangnya.

 

****

 

Se Ra mengambil salah satu baju dari deretan baju yang digantung. Tanpa melihat harganya Se Ra langsung membawa baju itu ke ruang ganti. Menurut matanya, baju ini layak dipakai di tubuhnya untuk acara nanti.

 

Beberapa pegawai yang memakai seragam berlogo Gucci dengan setia mengikuti dan membantu Se Ra berganti pakaian di ruang ganti.

 

Dengan cepat Se Ra mengganti pakaiannya dengan dress putih selutut keluaran model terbaru. Memutarkan tubuhnya sebentar untuk menilai. Dan ia keluar dari ruang ganti setelah merasa ia sudah cantik mengenakan pakaian ini.

 

Diluar Junmyeon sudah menunggu nya. Sudah mengenakan coat panjang berwarna cokelat pastel dipadu dengan sweater hijau army dan celana panjang warna putih. Not bad, menurut penilaian di mata Se Ra.

"Cepatlah nanti kita telat!" Panggil Junmyeon dan ia bergegas ke tempat pembayaran. Mengeluarkan credit card unlimited nya dan meminta petugas itu agar cepat melakukan transaksinya. Toh petugas itu tidak harus membungkus pakaiannya karena langsung dipakai oleh mereka.

 

Se Ra langsung keluar lalu diikuti Junmyeon dibelakangnya setelah ia membayar pakaian mereka berdua. Kedua langkah mereka terburu-buru sekali. Karena mereka tidak ada waktu lagi untuk menghadiri acara yang diberikan oleh nenek Choi dengan relasinya di daerah Daegu. Seharusnya mereka sedikit lagi sudah sampai jika tadi mereka tidak mendapat info bahwa dress code acara itu adalah Gucci. Terpaksa Junmyeon dan Se Ra kembali lagi ke Seoul untuk mengganti pakaian mereka. Merk itu bukan yang biasa mereka pakai, secara kompak mereka sudah memakai pakaian bermerk Burberry. Maka sejak tadi mereka tidak berhenti memaki tuan rumah acara itu. Karena sudah membuat mereka kesal dan harus terburu-buru seperti ini.

 

Saat sudah diluar Junmyeon langsung menekan tombol kunci mobilnya. Ferrari hitam yang terparkir di tanda VIP itu berbunyi. Tidak memperdulikan beberapa pegawai yang membungkuk hormat kepadanya. Mereka berdua masuk kedalam mobil dan Junmyeon langsung menancapkan gas nya lagi melesat cepat pergi meninggalkan gedung shopping mall milik keluarga Choi.

 

***

 

Tangan Se Ra terus menggenggam tangan Junmyeon saat melewati beberapa tamu. Matanya sudah melihat nenek Choi berada didepan sedang berbincang dengan beberapa orang.

 

"Ini dia mereka sudah datang" Sambut nenek Choi tersenyum lebar saat melihat Junmyeon dan Se Ra berjalan mendekat.

 

"Junmyeon, Se Ra, kenalkan tuan rumah acara ini. Mrs. Huang dan ini anaknya Zitao."

 

Junmyeon dan Se Ra membungkuk memberi hormat kepada wanita cantik berkebangsaan China yang ada didepannya dan dia juga membungkuk membalas hormat mereka sambil tersenyum ramah. Berbeda dengan anak laki-lakinya yang bertubuh tinggi berdiri disampingnya memakai coat yang bermodel sama seperti Junmyeon dengan corak yang beda. Hanya menelengkan kepalanya singkat ke mereka berdua. Tanpa senyuman. Sombong sekali. Cibir mereka berdua menatap sinis ke anak itu.

 

*

"Andwae.." Larang Junmyeon saat melihat tangan Se Ra mengambil gelas berisi red wine yang tersedia di meja bundar.

 

"Wae???" Tanya Se Ra kesal. Matanya mendelik sebal ke arah Junmyeon yang sudah mengambil tangannya ke genggamannya lagi.

 

"Kau itu lemah dengan wine. Aku tidak mau menyetir sambil membawa orang mabuk. Karena kau akan jadi sangat menyebalkan sekali." Jawab Junmyeon melebarkan matanya memarahi Se Ra.

 

Ck! Se Ra mendecakan lidahnya sebal karena Junmyeon sudah memarahi dirinya. Ia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman tangan Junmyeon yang sangat kuat sekali. Ia ingin sekali mencicipi red wine yang sangat menggoda sekali dimatanya.

 

Se Ra mencoba mengambil gelas itu dengan tangan yang satunya. Tapi lagi-lagi Junmyeon mengambil tangannya dan langsung mengunci kedua tangan Se Ra dengan kedua tangannya juga.

 

"Junmyeon lepaskan tanganku.." Desis Se Ra pelan dengan tatapan yang siap membunuh.

 

"Tidak..." Tolak Junmyeon balas menantang tatapan tajam Se Ra.

 

"Iiissshh!" Se Ra mencoba memberontak melepaskan tangannya. Junmyeon terus menahan erat agar tangan Se Ra tidak terlepas.

 

Memang tidak bisa dihindarkan lagi jika Junmyeon dan Se Ra berdampingan. Ada saja sesuatu yang harus diributkan.

 

"Pasangan muda Choi dan Kim ini mesra sekali yaa, berpegangan tangan ditengah para tamu. Tenang saja Junmyeon-ssi istri mu tidak akan pergi jauh dari mu kok"

 

Junmyeon dan Se Ra berhenti sebentar dari peperangan tangan mereka. Mata mereka menatap heran kepada segerombolan ibu-ibu yang lewat didepan mereka sambil tertawa menggoda kepada pasangan muda milyarder ini.

 

Mesra? Untungnya mata Ibu-ibu sosialita itu sepertinya sudah terkena silauan dengan permata yang mereka pakai. Jadi tidak bisa membedakan mesra atau sedang melakukan pertempuran sengit saat mereka lewat disini tadi.

 

"Lihat itu anaknya yang bernama Huang Zitao, dingin sekali orangnya tidak menegur kita sama sekali. Semenjak ibunya menikah lagi dengan pengusaha Park kepribadiannya jadi berubah. Dulu ia tidak seperti itu."

 

Junmyeon dan Se Ra kembali berkutat dengan tangan mereka lagi tidak memperdulikan ocehan wanita-wanita disamping yang sedang bergosip tentang Huang Zitao, pencetus ide tema acara ini karena kecintaannya terhadap merk Gucci. Karena mereka sudah tidak suka dengan anak itu sejak awal.

 

"Choi Se Ra~ sudah lama kita tidak berjumpa! Mau kah kau berdansa denganku?"

 

Seorang pria bertubuh tinggi menghampiri mereka berdua. Se Ra menoleh ke arah pria itu. Ia mengenal siapa dia. Park Chanyeol, berandalan brengsek teman sekolahnya dulu.

 

"Oh? Kau sudah kembali?" Ujar Se Ra sedikit terkejut karena melihat pria itu ada disini. Setahu Se Ra dulu Chanyeol pindah ke Amerika setelah mereka lulus sekolah.

 

"Iya aku sudah lama kembali ke Korea. Jadi mau kah kau sekarang berdansa dengan ku?" Pinta Chanyeol menjulurkan tangannya sambil tersenyum ke Se Ra.

 

Sepertinya pria ini sudah lama tidak kembali ke Korea? Pernikahan Choi Se Ra dengan dirinya saja dia tidak tahu. Batin Junmyeon merasa kesal.

 

"Maaf, sayangnya Choi Se Ra sekarang sudah menikah.." Ucap Junmyeon memperlihatkan cincin kawin di jari manisnya ke depan wajah Chanyeol.

 

"Se Ra ayo! kau tidak boleh minum wine disini." Ketus Junmyeon menarik tangan Se Ra menjauhi meja yang penuh dengan gelas wine dan juga sebetulnya menjauh dari pria itu. Junmyeon tidak suka sekali dengan senyum diwajah Chanyeol tadi. Seperti sedang menggoda Se Ra.

 

"Junmyeon lepaskan tanganku! Sakit! Kau kenapa sih!?" Se Ra memukul-mukul tangan Junmyeon yang semakin kuat menarik tangan Se Ra.

 

Chanyeol tertawa geli melihat suami Se Ra yang menjadi cemburu karena ulah isengnya tadi. Ia terus menatap Choi Se Ra yang terus ditarik oleh suaminya keluar ruangan.

 

***

 

"Junmyeon aku ingin wine lagiiiii~~"

 

Dengan susah payah Junmyeon membopong tubuh Se Ra memasuki rumah. Tangannya yang sedang berusaha menekan tombol password didepan pintu sesekali menjauhi tangan Se Ra yang sudah menarik-narik telinganya.

 

Benar kan apa yang tidak diinginkan Junmyeon kini terjadi. Tanpa sepengetahuannya Se Ra meneguk 2 gelas wine diacara tadi. Saat ia kembali menghampiri Se Ra, wanita ini sudah sempoyongan jalan kedekatnya. Nenek Choi yang melihat kelakuan Se Ra langsung cepat-cepat menyuruh Junmyeon membawa istrinya kembali ke rumah sebelum dia mengacak-acak yang ada disana.

 

Junmyeon sudah tahu betul kalau Se Ra tidak kuat dengan wine. Satu tegukan saja bisa membuat dia mabuk berat. Apalagi ini dia meneguk 2 gelas wine.

 

Akhirnya ia berhasil juga membuka pintu. Tapi susah sekali menyeret tubuh Se Ra yang sudah mabuk begini agar masuk kedalam.

 

Dengan sekuat tenaga Junmyeon menggendong Se Ra kedepan tubuhnya. Begini lebih gampang membawa Se Ra masuk dan berat badan Se Ra juga tidak terlalu berat.

 

"Junmyeon~~~" Panggil Se Ra pelan kepalanya sudah terkulai di bahu Junmyeon sambil memeluk lehernya. Ia terus melangkahkan kakinya berjalan ke kamar mereka.

 

Oh iya, Junmyeon ingat sekarang mereka hanya mempunyai 1 tempat tidur. Mau tidak mau Junmyeon harus tidur dengan Se Ra karena kasurnya sudah dibuang oleh nenek Choi. Dan ia juga tidak mau tidur di sofa apalagi sampai dilantai.

 

"Junmyeon aku mau wine~~!!!" Gerakan tangan Se Ra yang tiba-tiba menjambak rambut Junmyeon membuat keseimbangan dia tidak benar. Kaki Junmyeon tersandung dengan kakinya sendiri sehingga tubuhnya terjatuh ke atas tempat tidur masih sambil menggendong Se Ra.

 

Mata Junmyeon membulat saat sadar ia telah menindih tubuh Se Ra dibawahnya. Ia ingin mencoba bangun namun tangan Se Ra yang sejak digendong tadi masih terus memeluk lehernya dengan kencang.

 

Suasana didalam kamar sangat sunyi dan senyap. Hanya terdengar suara deburan ombak laut dari luar yang memenuhi ruangan ini. Dan juga suara detakan jantung Junmyeon yang terus berdetak dengan cepat. Posisi dia masih diam tidak bergerak diatas tubuh Se Ra. Memandangi wajah Se Ra yang ada dibawahnya. Sejak dulu Junmyeon sudah mengakui Se Ra adalah wanita yang sangat cantik. Tapi ia tidak suka dengan sikap Se Ra yang teramat manja sehingga suka semena-mena terhadapnya.

 

"Junmyeon~ tanganku sakit, kenapa tadi kau marah? Kau cemburu pada Chanyeol?" Gumam Se Ra tanpa sadar dengan mata masih terpejam.

 

Mendengar nama pria brengsek itu lagi membuat hati Junmyeon menjadi gerah. Ia tahu siapa Park Chanyeol. Dulu ketika masih sekolah Junmyeon pernah meledek Se Ra karena ia menangisi pria itu yang ternyata sudah memiliki kekasih. Kekesalannya di acara tadi muncul kembali. Entah kenapa ia tidak suka jika ada pria lain yang mendekati Se Ra.

 

Tidak. Apakah dia menjadi cemburu? Tidak suka melihat ada pria lain yang menggoda Se Ra... Selain dirinya. Junmyeon menatap wajah Se Ra lagi yang masih terpejam dan bergumam tidak jelas.

 

"Junmyeon~ kau jangan marah~ aku juga tidak suka dengan pria brengsek itu" Tangan Se Ra semakin kencang memeluk leher Junmyeon. Kini kepala Junmyeon sudah berada disamping leher Se Ra. Ia bisa mencium wangi lembut parfumenya.

 

Gila. Ini tidak bisa dibiarkan. Junmyeon harus bisa menahannya. Degupan jantung Junmyeon semakin kencang.

 

"Junmyeon~" panggil Se Ra lagi memeluk tubuh Junmyeon serasa tubuh pria itu adalah guling.

 

Leher Se Ra kini sudah berada dibibir Junmyeon saat wanita ini tadi memeluknya lagi. Walaupun Junmyeon sudah menahannya. Tapi tetap Junmyeon adalah seorang pria yang normal. Ia masih bisa terangsang oleh seorang wanita. Dengan perlahan Junmyeon mencium kulit leher Se Ra yang lembut itu.

 

Terdengar suara Se Ra yang terkekeh karena geli merasakan Junmyeon sudah mulai menciumi lehernya terus menerus. "Junmyeon ini geliii~" Kekeh Se Ra tapi semakin menguatkan pelukannya ke tubuh Junmyeon yang berada diatasnya.

 

Ciuman Junmyeon kini semakin ke atas. Ia mencium pipi Se Ra dengan lembut kemudian beralih ke hidungnya. Dan juga kedua mata Se Ra agar dia bisa membuka matanya.

 

Se Ra masih terkekeh geli mendapatkan perlakuan Junmyeon yang terus menciumi wajahnya dengan sangat lembut. Ia ingin mendapatkan lebih. Tangannya menarik wajah Junmyeon kedepan wajahnya. Setengah sadar Se Ra mencium bibir Junmyeon kedalam mulutnya.

 

Junmyeon membalas ciuman Se Ra di bibirnya. Ia terus mengulum dan menghisap bibir Se Ra secara lembut. Ia membetulkan posisi tubuhnya diatas Se Ra agar ia bisa menikmati ciumannya.

 

Junmyeon dan Se Ra terus berbalas ciuman-ciuman didalam mulut mereka. Tak ada yang ingin menghentikannya. Suara desahan yang terdengar pun juga entah siapa yang mengeluarkan karena mereka terus saling mengulum dan menghisap bibir satu sama lain.

 

Merasa ciuman Junmyeon dibibirnya semakin bernafsu, tangan Se Ra memeluk punggung Junmyeon agar pria itu terus berada didalam dekapannya.

 

Ciuman dan pelukan. Hanya itu yang mereka inginkan sekarang. Dua hal yang belum mereka rasakan dan telah meyatukan mereka berdua sebagai pasangan suami istri kedalam romantisme yang mereka ciptakan. Melupakan pertengkaran yang mereka lakukan selama ini. Sekarang hanya pertengkaran tanpa suara saling meminta dan menuntut disetiap ciuman mereka. Dan semakin lama membawa mereka ke tahap gelombang kenikmatan yang berbeda dari sekadar ciuman dan pelukan.

 

***

 

Se Ra rasanya malas sekali ingin membuka mata. Ia ingin kembali tidur terlelap lagi. Walaupun kepalanya terasa sakit namun tidur kali ini rasanya sungguh nyenyak dan sangat nyaman. Apakah mungkin ini akibat tadi malam ia mabuk berat. Dengan sengaja ia minum 2 gelas red wine karena kesal Junmyeon melarang dia minum minuman itu. Se Ra tahu ia memang lemah dengan wine tapi semakin Junmyeon melarangnya semakin ia ingin terus meminum itu. Membuat Junmyeon kesal adalah sifat yang tidak bisa Se Ra hilangkan sejak kecil. Semakin Junmyeon kesal semakin senang Se Ra melihatnya.

 

Se Ra masih merasa heran pagi ini. Tadi malam ia mabuk berat tapi kenapa ia terbangun dengan perasaan yang sangat bahagia sekali? Ia merasa sangat puas.

 

Kepala Se Ra menggeliat ingin membetulkan posisi bantalnya. Namun ia merasa bantalnya berbeda, agak sedikit keras dan pipih. Dan hidungnya seperti membentur sesuatu. Ia mencium wangi yang sangat ia kenal. Wangi Junmyeon setiap dia ada disampingnya.

 

Junmyeon!? Mata Se Ra langsung terbuka. Yang dilihat pertama kali oleh matanya adalah wajah Junmyeon sedang tertidur lelap.

 

Kenapa Junmyeon bisa ada disampingnya!?

 

Mata Se Ra melihat dada telanjang Junmyeon yang ada didepan wajahnya. Mulut Se Ra sedikit terbuka. Se Ra baru menyadari sesuatu yang menahan selimutnya adalah tangan Junmyeon. Dan juga kepalanya tertidur diatas lengan pria itu. Apa ini!? Apa yang terjadi!? Kenapa Junmyeon memeluknya seperti ini? Semalaman ia dipeluk oleh Junmyeon yang tidak mengenakan apa-apa.

 

Se Ra membuang tangan Junmyeon dari atas selimutnya dan ia sangat terkejut menyadari didalam selimut ini Se Ra juga tidak memakai selembar pakaian!

 

Tubuh Se Ra langsung terbangun dan duduk sambil menutupi dadanya yang telanjang dengan selimut menatap keadaan disekitarnya. Diluar langit biru sudah menampak dengan cerahnya. Deburan ombak pun juga terdengar sangat halus membentur pasir pantai. Tapi kenapa keadaan ditempat tidurnya tidak senormal dengan keadaan diluar?? Sprei putihnya sangat berantakan. Ia juga melihat pakaian miliknya dan yang Junmyeon kenakan semalam bertebaran di lantai.

 

Se Ra menjambak-jambak rambutnya mencoba mengingat-ingat tentang kejadian semalam. Apakah yang tadi malam itu bukan mimpi? Saat merasakan Junmyeon mencium lehernya. Kemudian Se Ra mencium bibir Junmyeon. Dan betapa nikmatnya ciuman yang ia rasakan sampai ketika Junmyeon memintanya untuk menyatukan tubuh mereka.

 

Refleks tangan Se Ra menekap mulutnya. Jadi tadi malam ia tidak bermimpi. Ia dan Junmyeon sudah melakukan apa yang seharusnya pasangan suami istri lakukan. Bercinta. Dan ia tidak menyadari sepenuhnya.

 

"Junmyeon!!!" Teriak Se Ra memukul-mukul lengan Junmyeon agar pria itu terbangun.

 

"Se Ra! Sakit!!" Erang Junmyeon akhirnya ia bangun merasakan sakit karena pukulan Se Ra yang bertubi-tubi dilengannya. Junmyeon langsung bangun dan terduduk didepan Se Ra. Matanya masih setengah terpejam belum sepenuhnya nyawa ia terkumpul.

 

"Apa yang sudah kita lakukan!? Kau melakukannya disaat aku sedang mabuk!??" Tangan Se Ra melayangkan beberapa pukulan ke arah Junmyeon.

 

Dengan cepat Junmyeon menangkis pukulan Se Ra kearahnya dan menahan kedua tangan Se Ra. "Se Ra hentikan! Iya maaf! Aku minta maaf atas kejadian tadi malam! Aku tidak bisa menahan nafsuku saat kau mencium bibirku!"

 

Tangan Se Ra menurun perlahan mendengar permintaan maaf Junmyeon. Tangannya masih dipegang erat oleh Junmyeon agar tidak memukulnya lagi.

 

Tubuh mereka hanya tertutup sekadarnya dengan balutan selimut. Mereka saling menatap. Tatapan yang mereka juga tidak tahu apa yang harus dirasakan. Bukan perasaan ingin bertengkar lagi yang mereka rasakan. Tapi muncul perasaan baru yang telah tumbuh diantara mereka. Perasaan yang dulu mereka larang untuk datang. Perasaan cinta.

 

Selama 22 tahun ini sebetulnya bukan perasaan permusuhan yang mereka rasakan. Justru itu adalah perasaan cinta yang tidak mereka ketahui. Mereka mengungkapkannya dengan cara yang berbeda layaknya seperti orang lain. Semakin membuat kesal, semakin suka mereka melakukannya. Sampai mereka menemukan perasaan cinta yang sebenarnya dari sebuah ciuman dan pelukan tadi malam.

 

Junmyeon menggeser duduknya mendekati Se Ra. Kini ia telah sadar dengan perasan sesungguhnya. Ia memeluk tubuh Se Ra yang masih mematung duduk dihadapannya. Ia tidak perduli jika wanita ini akan memukulnya lagi. Ia sudah siap. "Maafkan aku.. Aku telah mencintaimu" Ucapnya di bahu Se Ra mengakui perasaannya.

 

Bukan pukulan yang Junmyeon rasakan. Melainkan pelukan ditubuhnya semakin mengerat. Ia bisa merasakan kedua tangan Se Ra memeluk punggungnya. "Sayangnya aku tidak bisa memaafkanmu.. Karena aku juga mencintaimu bodoh!" Jawab Se Ra membenamkan wajahnya di bahu Junmyeon. Se Ra juga mengakui perasaannya selama ini. Walaupun Junmyeon selalu meledek dirinya, tapi Junmyeon selalu ada disampingnya saat ia sedih atau senang.

 

Junmyeon memeluk Se Ra kedalam dekapannya sambil tertawa. Ia tidak perlu marah lagi apa yang dilakukan dan diucapkan Se Ra terhadapnya. Karena ia tahu itu bukti cinta yang diberikan Se Ra.

 

"Tapi aku benci sekali dengan kau Junmyeon!" Tangan Se Ra sudah memukul-mukul punggung telanjang Junmyeon. Semakin terasa sakit sekali jika pukulannya langsung terkena kulit.

 

"Wae!?" Tanya Junmyeon tanpa melepaskan pelukannya.

 

"Kau curang! Menciumku disaat aku tidak sadar!"

 

Junmyeon tertawa lagi mendengar alasan Se Ra. Tanpa aba-aba Junmyeon mendorong tubuh Se Ra hingga jatuh tiduran membuat Se Ra berteriak kencang.

 

"Kau mau ku ulangi lagi? Hah?" Tanya Junmyeon mencium pipi Se Ra dibawah wajahnya.

 

"Sekarang kau sudah sadar kan?" Tanya Junmyeon lagi mencium hidung Se Ra.

 

"Atau kau mau ganti tempat? Di pantai sepertinya lebih mengasyikan, tidak akan ada yang melihat kita disana"

 

Se Ra tidak bisa berhenti terkekeh menerima ciuman bertubi-tubi Junmyeon diwajahnya. Di pantai? Bagus juga. Ia mencium bibir Junmyeon tanda menyetujui ide gilanya itu. Disambut oleh Junmyeon yang semakin memperdalam ciumannya.

 

Kisses and Hugs. Hanya itu yang ternyata Junmyeon dan Se Ra butuhkan didalam kehidupan cinta mereka.

 

Tamat.

 

 

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK