home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Without You

Without You

Share:
Published : 14 Oct 2013, Updated : 14 Oct 2013
Cast : Shin Seul Ra (OC), Lee Jungshin, Lee Jonghyun
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |1222 Views |1 Loves
Without you
CHAPTER 1 : Without You

Seul Ra

Hari ini tekadku sudah bulat untuk menyerahkan surat yang selama seminggu ini bersemayam didalam tasku –atau lebih tepatnya di buku seniku- sengaja aku simpan didalam sana agar terjaga kerapihannya. Ya, aku tidak ingin surat yang ingin aku berikan kepada ketua klub seni yang bernama Lee Jungshin itu rusak dan tidak rapi.

Kujejalkan tanganku mengaduk-aduk isi tas, berusaha menemukan buku seni itu tapi tidak ada! Aku yang mulai kalut pun mulai membongkar isi tas dimeja belajarku namun nihil. Buku itu tidak berhasil kutemukan.

Lagi, kuulang mencari buku seni itu diantara tumpukan buku cetak dan buku tulis yang sudah berserakan di meja belajarku. Kali ini dua kali lebih teliti dan sangat perlahan, tapi sama saja.

Kusenderkan kepalaku yang mendadak pusing ke permukaan meja. Kemana perginya buku itu? Setauku aku tidak pernah memindahkannya dari tas apalagi meninggalkannya dirumah.

“Shin Seul Ra, apa-apaan ini?” pekikan nyaring yang berasal dari Lee Ji Soo –teman sebangkuku- membuatku sontak mengangkat kepalaku lantas menatapnya.

“Kau gila! Kau hampir membuat jantungku kabur meninggalkan tempatnya.”

Ji Soo menatapku, mata sipitnya berhasil sedikit membelalak walaupun itu tidak ada artinya sama sekali bagiku.

“Kau lebih gila! Kenapa berantakan begini hah?”

Aku menatap lirikan matanya yang tertuju pada meja belajar kami. Pantas saja Ji Soo berang, aku lupa untuk membereskan barang-barang yang sempat kuacak-acak beberapa menit yang lalu. Ji Soo paling tidak suka melihat segala sesuatu yang berantakan.

 Yang bisa kulakukan hanyalah nyengir sambil mulai menjejalkan barang-barangku kedalam tas, “Maaf aku lupa membereskannya.” Aku mencoba berkata tanpa dosa namun gagal. Sorotan mata kesal itu belum juga sirna dari mata sipit Ji Soo.

“Kau sepertinya kehilangan sesuatu ya?” Ji Soo masih berdiri dan mengawasi setiap pergerakanku. Aku memandangnya lantas mengangguk, “Ya, buku seniku hilang.”

Ji Soo mengernyit, “Memangnya hari ini ada ekskul seni?”

Aku pura-pura mengernyit lalu menepuk keningku, “Oh iya, ekskul seni kan besok?” yah, cara ini yang terbaik agar dia tidak curiga denganku.

See? Jadi kau tidak membawanya, bukan hilang!” Ji Soo menghempaskan tubunya duduk disampingku.

Aku hanya menggerutu kesal. Sejak kapan aku lupa jadwal ekskulku sendiri?

~~~~

Aku berjalan pelan menyusuri lorong yang masih ramai dengan siswa-siswi yang mengikuti ekskul. Fakta bahwa buku seniku hilang masih saja menggelayuti otakku padahal aku sudah berusaha keras melupakannya barang sejenak.

“Hei kau! Bisa jalan tidak?”

 Aku terkejut mendengar bentakan kasar dari seorang lelaki yang baru saja kutabrak. Lelaki berpakaian judo itu menatapku tajam sambil membereskan pakaiannya.

“Ma..maaf, aku tidak sengaja.” Kataku pelan. Aku tidak ingin menambah pikiranku dengan bertengkar dengan anak judo yang kuketahui berada satu tingkat diatas Jungshin sunbae ini.

Dia masih saja menatapku tajam sebelum akhirnya dia berlalu dari hadapanku. Tapi tunggu dulu! Aku sangat mengenal buku yang berada ditangan kanannya.

Kuikuti dia menuju ruang latihan judo. Kuamati gerak-geriknya dari balik pintu yang sedikit terbuka. Dari sini aku dapat melihat jelas bahwa lelaki yang tidak kuketahui namanya itu sedang membaca secarik surat.

Aku menepuk keningku dan tiba-tiba saja tanganku dingin! Tidak! ini tidak boleh terjadi! Tidak ada seorangpun yang boleh membacanya selain Jungshin sunbae.

Lelaki itu sedikit terkejut begitu melihat aku masuk kedalam ruang latihan judo dan menghampirinya. Buru-buru dia menyembunyikan surat yang sedang dibacanya.

“Cepat kembalikan buku seniku sekaligus surat yang sedang kau baca itu!”

Lelaki yang belum kuketahui  namanya ini masih menatapku. Lebih parahnya dia mengabaikanku karena dia segera duduk dan meneguk air mineral dari botol minumnya.

“Kenapa kau diam saja? Cepat kembalikan! Kau pasti tau mengambil barang milik orang lain itu adalah sesuatu yang buruk.”

Dia menyeringai dan memamerkan buku seni dan suratku ditangan kanannya, “Ini maksudmu?”

Aku menghela napas dan berusaha sabar menghadapi lelaki ini. Sepertinya dia berniat mempermainkanku.

“Hei kubilang kembalikan!”

Dia melirikku tajam, “Aku punya nama! Panggil aku Jonghyun.”

Nama? Oh oke sekarang itu tidak penting bagiku! Yang terpenting kedua benda itu kembali ditanganku.

“Okelah, Jonghyun, cepat kembalikan buku milikku. Aku sedang pusing sekarang ini jadi tolong jangan membuatku tambah pusing lagi.”

Lagi, Jonghyun menyeringai, “Ada syaratnya.”

Syarat? Firasat buruk mulai menghantui pikianku. Kira-kira apa yang diinginkan lelaki yang baru kukenal beberapa menit yang lalu ini? Kelihatannya sih dia lelaki baik-baik jadi kuyakin dia bukan seseorang yang akan berlaku kurang ajar kepadaku, lagipula ini masih dilingkungan sekolah. Aku bisa teriak bila dia memang macam-macam denganku.

“Cukup mudah, hanya menjadi pacarku selama sebulan.”

“Pacar? Selama sebulan?”

Aku tak bisa tidak membelalakkan mataku sekarang ini. Atmosfer disekitarku berubah seketika dan membuatku mual dan ingin muntah. Kutatap wajahnya yang yah lumayan tampan, tapi itu bukan jaminan sama sekali! Bagaimana nasibku dengan Jungshin sunbae?

Lelaki itu mengangguk, “Sebulan bukan waktu yang lama nona, apa kau sangat keberatan dengan syaratku? Terserah sih, aku tidak memaksamu. Tapi, aku tidak menjamin kalau surat ini akan baik-baik saja ditanganku.” Dia menyeringai.

Sialan! Lelaki dihadapanku ini mulai mengancamku. Aku mengepalkan tanganku berusaha mengontrol emosi yang kapan saja bisa meledak-ledak. Dengan berat hati dan pertimbangan yang cukup matang aku menganggukkan kepalaku dengan ragu, “Sekarang kembalikan buku seni serta surat itu!”

Senyumnya merekah, kali ini lebih lebar daripada sebelumnya. Dilemparnya buku seniku dan bersyukur aku dapat menangkapnya. Kutatap wajah itu sekali lagi, tentunya dengan segudang kekesalan yang tersirat didalamnya. Dan begitu aku berbalik, aku semakin terkejut lagi dan tak dapat bergerak dari tempatku berpijak.

Kelimabelas orang yang saat itu hadir untuk mengikuti judo tampak mengamatiku dan Jonghyun bergantian. Tatapan mereka tidak suka, apalagi beberapa wanita yang –kurasa- mengikuti ekskul ini hanya untuk berdekatan dengan Jonghyun.

“Bukankah kau Shin Seul Ra? Murid tingkat kedua jurusan Seni musik?”

Aku mengangguk ragu, tatapan mereka semua terlihat mengerikan bagiku. Aku perlahan melangkah mundur hingga sebuah rangkulah hangat membuatku terpaku dan mengundang decakan kesal bersamaan.

Kulirik pemilik tangan, yah dia Lee Jonghyun. Senyumnya sedikit menyeringai ketika menatapku.

“Tidak apa-apa kan pacarku mengunjungiku kesini?”

Napasku tertahan sejenak, ingin rasanya aku menjambak rambutnya yang acak-acakan itu.

Wanita-wanita yang sejak awal tidak suka dengan kehadiranku kini semakin menatapku tajam, oh baiklah Lee Jonghyun terima kasih sudah membuat orang membenciku.

“Tentu saja tidak apa-apa, tapi kita harus latihan sekarang. Aku tidak ingin pulang senja seperti minggu lalu untuk yang kedua kalinya.” Ucap teman sekelasku yang –kalau tidak salah- bernama Choi Minhwan.

“Baiklah kita mulai latihan sekarang. Chagi, tidak apa-apa kan kalau kutinggal? Ah apa kau ingin tetap disini atau…”

Aku melotot kearahnya. Chagi? Tch! Baru mengenalku sudah berani memanggiku seperti itu. Rasanya aku ingin menjejalkan sekarung bubuk cabe ke mulutnya yang lancang itu.

“Pulang!” potongku sebelum dia ngomong yang lebih ngelantur dari sebelumnya, “Yah, aku ada urusan  dirumah. Sampai nanti!”

Aku melangkah meninggalkan ruang latihan judo yang bagiku seperti neraka itu dengan tergesa, tak memperdulikan decakan-decakan yang kudengar dari beberapa wanita disitu.

“Shin Seul Ra, matilah kau!” Gumamku dalam hati.

 

~~~

Saat inilah yang sangat ditunggu-tunggu olehku, saat ekskul musik. Namun, rasanya aku ingin melewati begitu saja ekskul ini. Aku tidak bersemangat sekali, bahkan aku tidak ingin bertemu dengan Jungshin sunbae

“Kudengar kau jadian dengan Jonghyun sunbae ya?” Ji Soo datang dengan buku literatur musiknya dan duduk dihadapanku. Mataku membelalak. Baru saja aku berhasil melupakan kejadian kemarin yang membuatku kesal setengah mati dan tertekan tapi Ji soo dengan mudah membawa ingatan itu kembali. Aku menghela napas panjang lalu memilih membuka buku literaturku daripada harus menjawab pertanyaan Ji soo.

 “Seul Ra,” kali ini suara laki-laki yang memanggilku, dan betapa terkejutnya kalau itu adalah Jungshin sunbae. Tanpa disuruh, jantungku berdetak dua kali lebih cepat sekarang.

“N..ne?” uh! Aku mengutuk lidahku yang bicara terbata saat ini.

“Bisa ikut denganku? Aku ingin bicara sebentar.”

~~~

“Kudengar kau berpacaran dengan Jonghyun sunbae, apa itu benar?” Jungshin sunbae kini menatapku lekat. Sebenarnya aku tidak ingin menjawab pertanyaan ini, tapi mengingat perjanjianku dengan Jonghyun, dengan terpaksa aku mengangguk.

Kulihat Jungshin sunbae menghela napas panjang dan meneguk semua orange juicenya.

Wae? Memangnya ada apa sunbae?” lagi, aku mengutuk lidahku karena berani bertanya macam-macam. Jungshin sunbae memberiku sebuah surat yang disegel rapi.

“Baca ini setelah kau sampai dirumah,” ucap Jungshin sunbae parau, “Sebaiknya kita ke kelas, mungkin Lee Sonsaengnim sudah berada dikelas saat ini.” Lanjutnya

Jungshin sunbae melangkah menjauh dariku. Aku dapat melihat dirinya tidak bersemangat juga sepertiku saat ini. Tapi kira-kira apa alasannya ya?

~~~

Malam harinya, saat aku sudah selesai mengerjakan pekerjaan rumah, aku membaca surat yang diberikan oleh Jungshin sunbae. Ternyata dia sudah tau sejak lama kalau aku menaruh perasaan kepadanya. Dan, dia pun ternyata sama! Hatiku sangat berbunga-bunga, tentu saja. Tapi semua bunga itu layu dalam hitungan detik. Jungshin sunbae bilang aku harus bersama Jonghyun, karena dia mengidap penyakit kanker darah. Karena itulah Jonghyun tidak banyak bicara kepada orang-orang dan selalu menyendiri.

Aku menghela napasku, rasa kesalku dengan Jonghyun rasanya sirna begitu saja. Pantas saja aku jarang melihatnya, ternyata dia memang sengaja menyendiri.

 “Kutunggu kau di bukit belakang sekolah –Lee Jonghyun.”

Aku membaca pesan singkat di ponselku sambil mengernyit. Ada apa ya dia ingin bertemu denganku dibelakang sekolah?

~~~

“Sedang apa kau disini?”

Jonghyun menoleh kearahku dan menyuruhku duduk disampingnya. Malam ini tidak begitu dingin, tapi dia memakai shall juga jaket tebal. Raut wajahnya juga tampak lelah dan pucat.

“Aku ingin melihat blue moon.”

Blue moon?” serta merta aku memandang bulan dan benar saja dia berwarna biru.

“Wah, menarik ya! Aku tidak tau kalau ada bulan berwarna biru.”

Jonghyun tersenyum, dan kali ini dia terlihat sangat manis.

“Ini karena bulan purnama kedua. Tidak setiap tahun terjadi. Kau tau kenapa aku menyuruhmu kesini?” tanyanya kepadaku. Aku menoleh dan menggeleng.

“Itu karena dulu sewaktu kecil aku pernah berjanji, ingin melihat blue moon dengan orang yang aku cinta. Makanya aku mengajakmu kesini, dan ternyata kau memang belum pernah melihatnya. Kebetulan sekali.” Kekehnya pelan. Mataku berkaca dan jantungku berdegup kencang sekali. Kenapa begini ya? Apa karena aku tahu bahwa dia mengidap kanker darah?

Aku merangkul lengan kanannya dan menyenderkan kepalaku di bahunya. Jelas sekali bahwa Jonghyun bergidik tapi aku tidak memperdulikannya sama sekali. Saat ini aku ingin bersamanya dan menemaninya. Entahlah, kurasa aku tidak membencinya saat ini.

“Ini sangat lucu, melihatmu tidak berteriak kepadaku rasanya aneh sekali.” Jonghyun berkata pelan.

“Besok tepat sebulan hari jadi kita, dan perjanjian kita berakhir.” Ucapku parau.

Jonghyun menatapku dan mengacak rambutku dengan lembut, “Ternyata kau masih ingat, kukira kau sudah melupakannya.” Dia terkekeh lagi. Aku hanya tersenyum simpul. Melihatnya diam dan menyenangkan seperti ini  rasanya membuatku semakin tidak ingin perjanjian itu benar-benar ada.

“Tenang saja, Seul Ra. Aku lelaki yang menepati janji, kok.” Ujarnya sambil tersenyum.

~~~

Seul ra mengunjungi kelas Jonghyun saat  jam istirahat, tapi dia tidak menemukan lelaki itu, juga di ruang latihan judo.

“Kau mencari Jonghyun?” suara jungshin mengagetkan Seul Ra. Gadis itu mengangguk pelan, “Apa kau melihatnya?”

Jungshin menghela napas pelan, “Sebaiknya kau ikut denganku, Seul Ra.”

Seul Ra lalu mengikuti Jungshin keluar dari halaman sekolah setelah mendapat izin dari guru piket terlebih dahulu. Dengan supirnya, Jungshin dan Seul Ra melaju ke rumah sakit ternama di Seoul.

Seul Ra membekap mulutnya. Jonghyun yang dilihatnya sekarang bukanlah Jonghyun yang mengesalkan, melainkan Jonghyun yang terkapar tak berdaya dengan selang-selang di tubuhnya.

“Dokter bilang hyung baik baik saja. Tapi sepertinya tidak begitu. Kudengar hyung sudah kehabisan napas pagi tadi. Tapi dengan penanganan cepat, hyung bisa bernapas kendati seperti ini keadaannya.” Jungshin berkata parau. Seul Ra mengernyit memandang Jungshin.

“Kau bilang tadi ‘hyung’?” Tanya Seul Ra hati-hati. Jungshin tersenyum kecil, “Ya, hyung. Jonghyun adalah kakak kandungku.”

Seul Ra terdiam. Siapapun yang mengetahui tentang hal ini juga akan seperti itu. Jonghyun sangat tidak ramah, suka menyendiri dan tidak banyak bicara, beda sekali dengan Jungshin yang selalu menjadi moodbooster dimanapun dia berada.

“Dia sudah lama menyukaimu. Semua sudut kamarnya penuh dengan fotomu.” Jungshin berkata pelan. Seul Ra memegang tangan Jonghyun dan seketika tangan itu lunglai tak berdaya. Seul Ra kaget bukan kepalang. Tidak mungkin! suara itu bukan berarti dia meninggal kan? Batin Seul Ra. Sedangkan Jungshin yang sejak tadi menahan tangis akhirnya menangis sambil memegang erat tangan kiri Jonghyun.

~~~

Saat aku tidak ada, tataplah bluemoon. Dengan begitu, aku akan bersamamu.

Surat yang diberikan kepada Seul Ra dua tahun yang lalu kini membuat gadis itu tersenyum sedih. Pasalnya dia kembali melihat blue moon hari ini, tapi kali ini dia melihatnya tanpa Jonghyun.

Jonghyun, aku tidak akan melewatkan blue moon ditahun-tahun selanjutnya karena dengan cara itulah aku merasa dekat denganmu. Aku mencintaimu jonghyun, selalu. Batin Seul Ra

~~

THE END

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK