home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Under The Blue Moon Night

Under The Blue Moon Night

Share:
Author : yukeu
Published : 14 Oct 2013, Updated : 14 Oct 2013
Cast : jung yonghwa, sulli, kang minhyuk
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |2127 Views |3 Loves
under the blue moon night
CHAPTER 1 : Under The Blue Moon

“…I don't know how to smile without you
I don't know how to wait for you

Tell myself I'd stop everyday knowing that I won't
Even if all the things were true, If I'd try

Do I wanna believe you think the same
I am missing you
And I want you believe same love as me
I am missing you
You've given me your one last ADIOS, but
why do I still wannaa believe
I don't know I'm missing you in good time,
don't say good bye…”

Pria itu masih bernyanyi dengan gitarnya dibangku taman. Suaranya indah. Tapi ada yang salah di raut wajahnya, ia… menangis. Angin malam kembali menepuk pipiku dingin. Semakin kencang, lingkaran syal di leherku hampir terbawa  arusnya.

 Langit sudah gelap seluruhnya.  Tapi aku masih betah bersembunyi disini memandangi pria itu yang mengunci hatiku sejak berbulan-bulan lalu. Ketika suasananya sama seperti sekarang, winter, angin kencang, dan aku yang sendirian tepat dibawah blue moon night.

Saku mantelku bergetar.

“wetroriaaa wetroriaa dadididadadaduu~….” Bunyi hanphone memecahkan keheningan itu. Aku segera menenggelamkan badanku dibalik pohon persik besar.

“pabooo paboooo” aku hanya bisa menepuk-nepuk kepalaku sambil menghentikan bunyi handphoneku. Semoga dia tidak melihatku.

10 pesan diterima

“aiissssh, ada apa minhyuk mengirim pesan padaku sebanyak ini.. aaah jeongmal.” Aku berbisik sendiri. Kubuka pesan darinya satu per satu, dan… semua pesannya persis sama.

“kamu dimana ?” baiklah. Oppaku yang satu ini memang perhatian superrr perhatian.

“wae? Aku dijalan menuju rumah jangan khawatir, bisnya masih belum datang.”

“yaa! Kamu tidak tau aku mencemaskanmu sejak tadi ini sudah jam 9 malam. Aku akan menjemputmu kesana. Kamu dimana?”

“hajima, bisnya mungkin akan datang sebentar lagi”

“anii! Aku akan kesana sekarang juga. Tunggu aku! Tut…. Tut…”

Dan dia menutup telponku lagi…. Sambil memaksa menjemputku. Ahhh geure aku memang harus pergi sekarang, malam terlalu larut. Tapi, suara dan petikan gitarnya itu masih ingin kunikmati.

***

*sigh*

Bis sudah duluan datang sebelum minhyuk  oppa. Harusnya aku sudah dirumah sekarang.

Tiba-tiba jatungku berdetak cepat, tidak sangat cepat! Saat kusadari yonghwa duduk disebelahku dengan gitar yang ia simpan tepat diantara kita berdua.

Aku masih bisa merasakan debaran jantungku, sambil mengatur nafas agar iramanya kembali semula. Tapi kemudian suaranya membuat aku menoleh lagi.

“chogi, kamu teman minhyuk kan?”

“ahh ne…”

“aku sering melihatmu, tapi aku tidak tahu siapa namamu….” Dia mengulurkan tangannya! Coba bayangkan, jantungku seakan mau melompat keluar! “…yonghwa, Jung yonghwa. Kamu?”

“oh! Nan… nan…” ah! Kata-kataku mendadak sulit keluar. Jinjja!

Aku masih ragu-ragu mengulurkan tanganku. Kupandangi tangannya lekat,

“wae? Gwenchana?”

“ahh ani…. Namaku… sulii” aku segera menyambut tanganya. dingin. Tanpa sarung tangan membalutnya.

“tanganmu dingin…”

“ahh ne.. aku meninggalkan sarung tanganku di café tadi.” Suasana kembali hening. Ternyata aku benar-benar sedang tidak bermimpi. Dia masih memegang tanganku setelah 10 detik berlalu.

“mmmmhhh, chogi. Oppaa…”

“terus pegang tanganku agar tidak kedinginan..” MWO! Aku mungkin akan kena serangan jantung ketika itu. Aku hanya diam mengikuti perintahnya tanpa menjawab lagi. sesaat kupandangi senyumnya yang beberapa saat lalu aku nikmati sambil bersembunyi. Sekarang wajah itu ada tepat disampingku.

***

“sulii-ah bagaimana kamu bisa bersama yonghwa tadi?”

“kami hanya tidak sengaja bertemu tadi. Wae? Apa kau cemburu lagi?”

“aniyoo! Untuk apa aku cemburu. Dia itu temanku dan lagipula aku yakin kamu hanya menyukai satu orang…”

“ne? nugu?”aku memandang dekat ke wajahnya dengan tatapan penasaran. Ia membalas mamandangku lebih dekat lagi sambil berbisik,

“aku..”

“aisssh, jangan terlalu yakin oppa. Hatiku sedang terbang jauh sekarang….”  Tanganku menjauhkan pipinya yang hanya beberapa cm didepanku.

Aku hanya bisa tersenyum sendiri setelah itu. Jinjja! Genggaman tangannya tadi itu benar-benar seperti mimpi. Aku sungguh masih belum sepenuhnya percaya.

 “masuklah, aku akan langsung pulang.” Minhyuk langsung memarkir mobil dirumahnya yang tepat diseberang rumahku. Tanpa berkata apapun lagi, tanpa menunggu jawabanku.

Aku mengerti, dia mungkin marah padaku yang mengacuhkan pembicaraannya di mobil sejak tadi. Sekali lagi, aku melukai perasaannya.

***

Seoul, a year ago…

Langit yang sedikit terang dihiasi bulan yang kebiruan.

“gomawo oppa. Hari ini kamu begitu baik padaku. Tidak seperti kang minhyuk yang biasanya…” aku berkata sendiri sambil menjilat ice cone ditanganku.minhyuk hanya diam menatapku.

 Wajahnya terlihat ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu.

“oppa, wae? Kenapa kau diam saja sejak tadi? Apa kau tidak suka ice cream nya? “

Dia masih terlihat gugup. Tapi seketika raut wajahnya kembali berubah menjadi kang minhyuk yang dulu. Suka berteriak, dingin, menyebalkan.

“ne! aku tidak suka ice cone nya kenapa kau memberiku rasa vanilla?! Aku ingin rasa coklat. Cepat belikan lagi!” nada suaranya meninggi

“ye ye ye araseo! Aku akan pergi membelikannya! Tunggu disini!” minhyuk sangat aneh hari ini bagaimana bisa ada seseorang yang suasana hatinya cepat berubah-rubah seperti itu. Ahh moreugeseo.

Angin malam itu menyapu rambutku terbang bersamanya. “….no one ever sees no one feels the pain.. teardrops in the rain…” suara itu, rasanya tidak asing. mataku menjelajah ke sekitar mencari sumber nyanyian indah itu. Dan saat kutemukan sosoknya segera berlari kearahku…. Melewatiku. Hujan turun deras seketika.

Entahlah, kakiku malah beku beberapa menit kemudian.

“sulii-ah apa yang kau lakukan disini? Mana ice creamku?!” minhyuk menghacurkan lamunanku sambil menghalangi air hujan dengan menyimpan jaketnya diatas kepalaku.

“a…ani…” tanpa sadar aku tersenyum kecil membayangkan senyum pria itu tadi. Manis.

“wae? Aku romantis kan memayungimu dengan jaketku…” yah… minhyuk salah paham dengan seyuman kecilku tadi.

“mwoya! Apa yang romantis. Aku masih kebasahan dengan payung jaketmu ini.” Mata kami saling berpandangan. Lekat. Dia tersenyum sekarang.

“sulii-ah…” aku bisa merasakan helaan nafasnya sesaat “….saranghae”

Dia menyatakan perasaannya padaku, saat itu dibawah hujan dan bulan yang sedikit terang. Tapi, aku tidak tau harus berkata apa. Aku hanya diam memandangnya.

“ahhh, hujannya semakin deras. Sebaiknya kita pulang sekarang oppa. Kajja.” Kebingunganku membuat aku ingin segera menghindari tatapan dan senyuman minhyuk itu.

Hari ke hari sikapku pada minhyuk oppa semakin kaku. Tapi ia memeperlakukanku seperti yeojachingu nya.

Beberapa hari setelah itu, sebuah pertemuan yang tak kuduga terjadi. Pria itu, Jung Yonghwa namanya. Ternyata dia pemegang vocal di band minhyuk. Yang sering ia ceritakan akhir-akhir ini. Yonghwa datang kerumahku mencari minhyuk. Senyumannya waktu itu masih kuingat dengan baik.

***

Seoulove café 10.45 am

Aku sibuk membaca email di tab ku setelah memesan hot chocolate dan sandwich. Aku terlambat lagi sarapan hari ini.

“ehhem, can I sit here?” mataku sontak membesar ketika melihat pemilik suara itu…. Yonghwa!

“ne, of course” jawabku sambil tersenyum. Kulihat dia membawa gitarnya lagi kali ini.

Ne.. aku rasa ini adalah awalnya. Kami membunuh waktu bersama, bertukar cerita. Tertawa bersama, melihat senyumnya adalah bagian terindah dari segalanya.

“oppa, kenapa kau selalu membawa gitarmu kemana pun? Bukankah berat membawanya seperti itu?” aku bertanya pada yonghwa oppa akhirnya. Aku terlalu penasaran melihatnya.

“ohh, ne. karna aku mencintainya.” Jawabannya membuat tawaku lepas tak terkendali

“ahh! Mwoya!”

“wae? Kenapa tertawa. Itu benar. Aku mencintainya lebih dari apapun..”

“lebih dari apapun? Jinjja? Lebih dari yeojachingu mu?”

“aku tidak punya yeojachingu. Saat aku sedih aku memetik gitarku.begitupun saat aku senang atau apapun suasana hatiku, aku senang bernyanyi dengan gitarku..”

“kalau begitu, aku ingin mendengar oppa bernyanyi…”

“chigeum? Disini?”

“ne!” jawabku dengan antusias.

Detik itu juga ia memulai lagu yang diciptakannya sendiri

“…I’ll feel your love forever I want to know your feeling

This feeling is so true girl..

I’ll need your love forever I can feel your heart so please

breathe with me forever

when you come to my life see my eyes.

My love is never the same, my eyes tell you truth

I wanna live in your eyes..”

Lagu itu. Aku meresapi dengan sepenuh hati makna liriknya. Aku sedang mengulang-ulang rekaman suaranya di café tadi. Sekarang. Dikamarku. Tanpa yonghwa oppa sadar aku merekam suaranya dengan handphone ku tadi.

***

“sulii-ah! Kamu dimana?” teriak minhyuk oppa di telpon. Kupingku sudah beradaptasi dengan kebiasaan berteriaknya itu.

“ne oppa aku masih dirumah, ada apa?”

“omoo. Kebetulan bisa kau tolong aku sebentar? Musicbook ku yg waktu itu ada dirumahmu kan? Tolong bawakan ke tempat latihanku ya. Temanku akan menjemputmu kesana, 5 menit lagi mungkin dia akan sampai. Ne?”

“ahh araseo”. Aku baru sadar musicbook minhyuk oppa memang ada padaku sejak seminggu lalu. Tapi aku sama sekali belum membuka lagu ciptaanya di buku itu. Sambil menunggu aku duduk didepan teras dan membaca isi buku itu.

Halaman pertama

Judulnya with love. Isinya hanya not balok dan lirik yang menceritakan kalau ia sedang jatuh cinta. Pada sahabatnya. Aku rasa aku mengerti maksudnya memberiku buku ini.

Tapi, entahlah aku hanya menganggapnya sebagai oppaku atau chingu biasa. Bukan namjachingu seperti yang diinginkannya.

“mianhae oppa..” air mataku jatuh tepat di tulisan judul lagu itu. Aku hanya merasa bersalah padanya. Aku tahu bagaimana rasanya mencintai tanpa dicintai.

Halaman kedua

Judulnya under the blue moon night. Ciptaan jung yong hwa.

Dan… orang itu sudah didepan rumahku sekarang. Ternyata teman yang minhyuk bilang adalah yonghwa. Ia membawa motornya kali ini dan tentu saja gitarnya.

“sulii-ah, mana bukunya?...” dia melihat tanganku dan melanjutkan kata-katanya “..kajja”

Seraya mengulurkan helm ditangannya.

Aku memeluk pinggangnya canggung. Kemudian dia memegang tanganku dan memasukkannya ke saku mantelnya. “tanganmu bisa kedinginan nanti..” motornya pun melaju kencang. Lebih kencang membuat pelukanku semakin erat.

Ini bukan mimpi.

***

“yaa! Sulii-ah kamu tidak pulang? Ini sudah malam” minhyuk terlihat tidak suka dengan obrolanku dan yonghwa oppa yang semakin akrab.

Kami sedang bersama jungshin dan jonghyun oppa juga di sebuah café dekat kampusku.

“aissh ne minhyuk appa! Aku akan pulang”

“ahh sulii-ah biar aku antar aku yang sudah menjemputmu jadi sekarang aku harus mengantarmu lagi. Ne?”

“ohh geure. Oppa aku duluan yaaa. Jangan khawatir, aku bersama yonghwa oppa” aku pamit kepada minhyuk, jungshin, dan jonghyun oppa. Masih bisa kulihat kekesalan dimata minhyuk.

Sekali lagi… mianhae oppa. Aku berbicara didalam hati. Aku hanya ingin menemukan kebahagiaanku sendiri.

***

Tiba-tiba yonghwa menghentikan motornya di tengah perjalanan.

“aku kedinginan, kita beli hot chocolate dulu disana.”

Dia memarkirkan motornya di pinggir jalan. Menuntunku turun. Dia masih menggenggam tanganku sampai aku duduk di bangku taman. Di bangku tempat ia duduk sambil bernyanyi selama ini. Ketika aku masih menikmati senyumnya dalam sunyi.

Lamunanku terhapus dengan sodoran hot chocolate didepanku.

‘ini, kamu pasti kedinginan di motor tadi, minumlah dulu” aku menerimanya dengan kedua tanganku. Menggenggam cup nya dengan erat, supaya hangatnya menjalar ke tanganku. Lalu ia duduk disamping, membuka mantelnya dan menyelimutkannya di bahuku.

Dia menatap mataku, matanya indah. Dia tersenyum kemudian.

“wae?” aku mencoba meluluhkan rasa canggung yang melumatku.

“ani…” dia tampak sedang memikirkan sesuatu sambil tersenyum memandang langit malam yang hitam, dengan bulan yang kebiruan.

“sulii-ah..”

“wae oppa?”

“saat itu anginnya sekencang ini, bulannya sebersih dan seterang ini. Hanya saja saat ini tidak ada hujan lebat.” Aku hanya diam memandanginya. Tidak mengerti apa maksudnya.

Dia melanjutkan kata-katanya selagi aku masih kebingungan dengan fikiranku.

“aku gugup melihatmu dan langsung melewatimu. Dan malam-malam setelah itu, aku tahu kamu bersembunyi dibalik pohon persik disana. Ringtone handphone mu memberiku sinyal. Hahaha…” dia tertawa hambar.

 Aku masih terpaku seakan gagu. Dia. Jung Yong Hwa. Dia memperhatikanku selama ini? Bukan sebaliknya?

Sulii-ah! Kamu benar-benar tidak bermimpi?

“aku….. menyukaimu sejak saat itu, saat ini dan mungkin sampai nanti….”

“oppa…” kataku masih tak percaya “….kamu benar-benar mewujudkan mimpiku” jarinya dengan lembut mengusap pipiku yang dijatuhi air mata.

“ne.. under the blue moon night, I’ll love you now and forever”

-The end-

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK