home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Ramadhan Di Negeri Orang

Ramadhan Di Negeri Orang

Share:
Author : sitialiahs
Published : 14 May 2017, Updated : 19 May 2017
Cast : Lee Dong Wook, Hana
Tags :
Status : Complete
13 Subscribes |1723 Views |39 Loves
Ramadhan Di Negeri Orang
CHAPTER 1 : Ramadhanku

13 Mei 2017, 9:27 PM

Malam ini malam yang sibuk bagiku, karena malam ini aku sedang mengemasi barang-barangnku ke dalam koper. Aku akan pulang ke Indonesia tanggal 21 Mei. Selama 2 jam lebih aku mengubah-ubah semua posisi barang-barang yang ada di apartemenku agar cukup di dalam koper namun nihil. Barangku terlalu banyak.

“YaAllah, aku rasa saat berangkat ke Korea aku hanya membawa dua koper besar, kenapa sekarang rasanya butuh 5 koper besar?” Keluhku. Akhirnya aku menyerah dan menghempaskan diri ke kasur karena kelelahan.

Saat memandang langit-langit apartemenku, aku tiba-tiba memikirkan semua yang sudah terjadi di Korea, selama aku kuliah disini. Dari Ramadhan pertama sampai Ramadhan terakhirku disini. Aku akan sangat merindukannya.

.

Adinda Hana Baskoro adalah nama lengkapku, aku perempuan kelahiran Bandung, 22 November 1993, aku adalah seorang mahasiswi jurusan Film Production di Chung-Ang University. Aku meninggalkan Indonesia bulan tahun 2013, saat itu aku berumur 19 tahun. Sekarang aku sudah menjadi sarjana dan siap pulang ke negeri tercinta, Indonesia.

Dari awal aku pergi ke Korea Selatan sampai sekarang, aku belum pernah pulang ke Indonesia. Karena banyak alsasan, salah satunya adalah aku takut saat aku pulang di tengah-tengah studi-ku aku tidak mau kembali ke Korea karena tidak mau meninggalkan Ibu dan Bapak. Selama 4 tahun aku sangat merindukan Indonesia, rumah, Ibu dan Bapak tapi aku menahannya dan akhirnya aku sampai di titik ini. Aku pulang!

Banyak sekali cerita yang ingin aku ceritakan pada kalian mengenai studi-ku di Korea. Namun bukan itu yang akan aku ceritakan, lebih tepatnya aku akan menceritakan bagaimana aku melewati 4 kali Ramadhan di negeri orang. Di negeri yang mayoritas penduduknya bukan muslim.

.

#1

Bulan Ramadhan di Korea suasananya sangat berbeda dengan di Indonesia tentu saja. Hal yang paling berbeda adalah saat aku di Indo, kita biasa berpuasa 13 atau 14 jam, namun saat di Korea, kami berpuasa sampai 17 jam. Iya, karena sudah 4 tahun ini Bulan Ramadhan selalu bertepatan dengan musim panas, jadi matahari terbit lebih lama. Kami sahur jam setengah 4 pagi dan adzan magrib berkumandang tidak jam 6 melainkan jam setengah 9 malam.

Tahun pertama Ramadhanku di Korea cukup berat namun Allhamdullilah aku melewatinya dengan lancar. Lambat laun aku menjadi terbiasa dan menjalani puasa Ramadhan tahun berikutnya tanpa hambatan karena sudah beradaptasi.

.

#2

Senin, 30 Juni 2014

Hari ini hari kedua puasa di Bulan Ramadhan keduaku di Korea. Aku mempunyai sebuah project membuat film pendek dari kampusku. Rencananya aku dan Lee Dong Wook hari ni akan shooting di Masjid Utama Seoul. Karena tema yang aku angkat untuk film pendekku adalah “Moslem in Seoul”. Oh iya, Lee Dong Wook adalah temanku, aku mengenalnya semester lalu yang kebetulan Lee Dong Wook adalah teman satu kelompokku di mata kuliah semester lalu, dan well ya.. kami masih berteman sampai sekarang.

“Panas sekali hari ini rasanya saya terbakar, Hana.” Ujar Dong Wook sambil mengelap keringat yang ada di pelipisnya.

“Iya, padahal kemarin tidak sepanas ini, hmm andai saja saya kesini kemarin mungkin kamu tidak akan kepanasan seperti sekarang.” Jawabku merasa tidak enak meminta antar Dong Wook untuk mengerjakan project film pendekku.

“Tidak apa-apa, it’s okay, asal kau mentraktir saya patbingsoo setelah ini. Hahaha.” Balasnya sambil tertawa. Dasar.

“Hanya patbingsoo? Itu sih kecil untukku.” Balasku.

Akhirnya kami pun sampai di Masjid Utama Seoul dan mulai shooting keadaan sekitar dan mewawancarai satu sampai dua orang yang berada disana. Aku sangat bersyukur mempunyai teman seperti Dong Wook yang mau membantuku dalam hal apapun, padaha aku ini bukan orang korea dan juga aku berjilbab, orang korea biasanya sangat cold-hearted namun Dong Wook tidak.

Shooting hari itu pun selsai, kami melanjutkan perjalanan ke kedai patbingsoo. Saat disana Dong Wook memesan patbingsoo untuk porsi dua orang dengan rasa.. ah aku lupa namanya yang aku ingat ada cornflakes disana.

“Aaaaaaah segar sekali, tidak salah aku memilih patbingsoo.” Ujar Dong Wook di suapan pertamanya. Aku hanya tersenyum melihatnya

“Nih, kau juga makan.” Lanjutnya sambil memberiku sendoknya.

“Saya tidak makan, kau saja. I’m fasting right now.” balasku menolak sendok yang di berikan Dong Wook.

Dong Wook terlihat kebingungan dengan jawabanku.

What’s fasting Hana? Kau serius tidak akan memakan patbingsoo ini padahal kamu terlihat sangat kepanasan dan haus,” tanyanya.

“Saya akan jelaskan tapi kau harus mendengarkan sambil memakan bingsoonya karena saya rasa akan meleleh jika kau hanya mendengarkan, saya tidak apa-apa kok, kau makan saja.” Jawabku.

Aku pun menjelaskan apa itu puasa saat Bulan Ramadhan, dan Dong Wook juga mendengarkannya sambil memakan patbingsoonya sesuai permintaanku. Setelah panjang lebar aku menjelaskannya yang dia lakukan hanyalah meng-ah dan oh-kan semua ceritaku, aku tidak tahu dia mengerti atau tidak, intinya dia sangat lucu dan ekspresinya seperti anak kecil sedang mendengarkan dongeng.

Minggu-minggu berikutnya Dong Wook kadang menemaniku buka puasa, dia juga kadang-kadang membangunkanku sahur dan yang paling mengejutkan sekaligus aneh adalah suatu hari setelah menelfonku untuk bangun sahur dia bilang dia di depan apartemenku dan membawakan makanan untuk sahur. Aku tidak tahu bagaimana menerjemahkan perilakunya akhir-akhir ini. Dia aneh.

 .

#3

Keanehan yang akhirnya aku bisa menerjemahkannya itu berlanjut sepanjang tahun 2014 sampai pada saat tahun 2015, Ramadhan kembali datang dan di tahun itu hari yang paling mengejutkan adalah hari dimana Dong Wook berpuasa padahal dia adalah seorang nasrani.

“Saya puasa hari ini, saya juga sahur jam 4 pagi walaupun di kulkas hanya ada kimbab sisa semalam, ayo kita menahan lapar bersama,” ujarnya tersenyum, aku sangat kaget sekaligus terharu dengan apa yang di lakukan Dong Wook.

“Serius kau? Saya rasa saat makan siang nanti juga kamu akan makan,” ledekku.

“Kamu meragukan saya? Kita lihat nanti!” jawabnya dengan bangga. Aku hanya tersenyum.

Sampai pada akhirnya di puasa hari terakhir bulan Ramadhan tahun 2015, Dong Wook menemaniku berbuka puasa. Jika di Indonesia, malam ini adalah malam dimana seluruh masjid mengumandangkan takbir.

Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Laailaahaillallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahilhamd. Aku bertakbir dalam hati. Ah, aku sangat merindukannya.

Malam itu pula Dong Wook mengungkapkan perasaannya padaku. Aku sangat terkejut, aku sudah mengetahuinya dari sikapnya padaku akhir-akhir ini namun aku tidak menyangka Dong Wook akan mengungkapkannya lalu aku hanya bisa terdiam dan tidak mengatakan “iya” namun juga tidak mengatakan “tidak”. Aku berkata aku butuh waktu, dan Dong Wook mengerti itu.

.

Hari-hari berikutnya aku tetap menjalani hari-hariku seperti biasa. Tidak ada yang berbeda, begitupun dengan Dong Wook. Kami masih berteman, atau mungkin setelah malam itu bisa di bilang kami semakin dekat. Namun tidak ada status yang mengatakan bahwa aku adalah miliknya begitu pun sebaliknya. Kami hanya menjalaninya dengan seiring waktu.

.

#4

Tahun pun berganti dan tibalah lagi pada bulan yang selalu aku rindukan yaitu bulan Ramadhan. Aku selalu bersemangat menjelang bulan Ramadhan, walaupun muslim di Korea itu minoritas namun saat bulan Ramadhan aku tidak merasa kesepian karena setiap harinya Mesjid selalu penuh dengan orang-orang yang berkumpul untuk berbuka puasa bersama ataupun tarawih dan aku merasakan kehangatan Bulan Ramadhan di negeri orang.

Ramadhan tahun ini sedikit berbed dari 3 tahun sebelumnya. Karena ini adalah ramadhan terakhir ku di Korea, Ramadhan tahun depan aku akan pulang. Jadi, aku sedih sekaligus juga senang, dan akan menjalani Ramadhan terakhir di Korea ini dengan sungguh-sungguh karena tahun depan dan setelanya aku tidak tahu apakah bisa kembali ke Korea atau tidak.

Setiap Jum’at aku dan Dong Wook pergi ke Masjid Utama Seoul. Jadi, biasanya pada hari Jum’at di Bulan Ramadhan, Korean Muslim Federation (KMF) mengadakan sayembara MTQ di masjid utama Seoul, sayembara MTQ itu bisa diikuti oleh siapa saja dari negeri mana saja.

Tidak, tidak, Dong Wook tidak mengikuti sayemara MTQ itu dan juga tidak masuk Islam. Dia hanya menemaniku saja. Sudahku bilang, dia adalah seorang nasrani yang taat. Tidak mungkin karena aku, dia masuk islam.

Saat perjalanan pulang aku tiba-tiba merindukan sesuatu yang sangat khas di Bulan Ramadhan jika di Indonesia.

“Dong Wook-ssi, bagaimana kalau kita membeli kembang api dulu sebelum pulang?” tanyaku. Iya, aku tiba-tiba merindukan petasan, dan aku tidak tahu apakah ada petasan di Korea atau tidak jadi aku memutuskan untuk mencari kembang api saja.

“Kembang api? Tiba-tiba sekali. Tapi, saya tahu dimana penjual kembang api, ayo kita kesana.” ajaknya. Aku senang sekali.

Dan malam itu pun sebelum pulang ke apartemen aku menghabiskan malam dengan menyalakan kembang api bersama Dong Wook. Aku tidak tahu yang bisa menggambarkan hubunganku dengan Dong Wook. Yang aku tahu aku menyayanginya dan aku rasa dia juga menyayangiku. Tapi, aku tidak tahu apakah jika aku melanjutkan hubungan ini ke yang lebih serius dengan Dong Wook, Ibu apalagi Bapak akan setuju. Karena kami adalah seamin, yang tak seiman.

.

20 Mei 2017 19:54

Malam ini aku dan Dong Wook sedang makan malam di sebuah restoran di Seoul. Malam ini adalah malam terakhirku di Korea Selatan, karena besok aku sudah pulang ke Indonesia. Setelah makan aku dan Dong Wook memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar sebelum benar-benar berpisah, karena besok aku tidak ingin Dong Wook mengantarkanku ke bandara karena itu akan sangat menyedihkan.

“Jadi…kau tidak tahu kapan kau akan kembali?” tanyanya dengan nada lirih.

“Hmm iya, saya tidak tahu. Bahkan saya tidak tahu apakah saya bisa ke Korea lagi atau tidak.” Jawabku sambil memandangi ujung sepatuku yang tidak menarik sama sekali namun tidak ada pilihan lain selain memandanginya.

“Maafkan aku.. sepertinya setelah ini kita tidak bisa bertemu lagi. Maafkan aku Dong Wook-ssi, hubungan ini tidak berhasil.” Lanjutku, sangat sulit mengucapkannya dan rasanya aku ingin menangis.

“Hana, kau memilih Tuhanmu dan saya juga memilih Tuhan saya. Kita memilih Tuhan kita, jadi kita tidak akan apa-apa. Saya dan juga kamu akan baik-baik saja setelah ini, saya percaya itu. Sambut Ramadhan tahun ini bersama keluargamu, mereka pasti sangat merindukanmu. Pulanglah Hana..” Ujar Dong Wook, setelahnya aku menangis dan Dong Wook mengusap pundakku dan memelukku. Pelukan terakhirnya.

.

Bandung, 3 Juli 2017

Sudah seminggu aku berada di Indonesia, sudah seminggu juga aku menjalani puasa di Indonesia. Aku sangat merindukan suasana ini. Seminggu ini, aku sahur, kuliah subuh di Masjid dekat rumahku, dan berbuka bersama keluargaku di rumah, lalu tarawih dan begitu seterusnya.

Akhirnya aku mendengarkan suara petasan, suara adzan, suara anak-anak yang berkeliling komplek untuk membangunkan sahur, suara Ibu dan Bapak secara langsung. Aku sangat bahagia, akhirnya setelah melewati 4 Ramadhan di negeri orang, aku kembali ke Indonesia dan merasakan semua euforia khas Ramadhan di Indonesia yang tidak ada di Korea. Salah satunya iklan Sirup yang sangat khas yang tidak aku temukan di channel TV Korea. Benar kata Dong Wook, karena kami memilih Tuhan kami, aku baik-baik saja sampai sekarang. Aku harap Dong Wook juga begitu di Korea.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK