home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Late Night Talks [Snippets]

Late Night Talks [Snippets]

Share:
Author : LateCLouds
Published : 23 Feb 2017, Updated : 05 Mar 2017
Cast : Min Yoongi (Suga), Oh hana (Original Character)
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |648 Views |0 Loves
Late Night Talks [Snippets]
CHAPTER 2 : Piramida

A Mountain and A Pyramid.
Which one do you choose ?

A Mountain that already stood out
Or
A pyramid that we should build together from the ground.







 

 

BRAK

Suara keras pintu tertutup terdengar menyakitkan telinga. Disusul dengan derap langkah kasar dan suara perabotan rumah terjatuh.

Di sudut sebuah ruangan gelap, seorang pria yang hampir terlelap kembali terbangun karena terusik.

Ada apalagi. Apa tidak bisa tenang sedikit.

"MIN YOONGI! MIN YOONGI!"

Sial. Jangan lagi.

"MIN YOONGI KELUAR KAU!"

"MIN YOONGI!"

Helaan napas panjang terdengar dari seorang yang merasa terpanggil. Sambil bergerutu ia mendekati pintu kamarnya.

Demi Tuhan. Bertemu tidak bertemu sama saja. Buat apa menampakan diri di depannya.

Gagang pintu kamar yang hampir turun, kembali ke posisi awalnya. Menandakan keraguan seseorang yang akan keluar dari ruangan tersebut.

Persetan dengan teriakannya.


 

***



 

"Hei! Hana ?!"

"Yoongi ? Malam - malam seperti ini mau kemana ?"

"Seharusnya itu pertanyaan ku. Untuk  apa seorang wanita jalan - jalan sendiri di tengah malam begini."

Jalan raya sepi menyisakan beberapa kendaraan yang membelah malam, mempertemukan dua orang yang menghilang. Trotoar yang lengang menjadi saksi bertumpunya 2 pasang kaki yang mengikuti arah angin.

"Untuk apa juga seorang pria jalan - jalan sendiri di jam seperti ini. Kau ingin ke club ya ? Menghabiskan malam di tempat yang errr berisik dan ramai itu."

"Hana... kamu tahu sendiri bagaimana seorang Min Yoongi benci dengan tempat seperti itu."

"Ah aku lupa. Kau kan penyuka tempat - tempat sepi, seperti kamar mayat, pemakaman atau rumah kremasi."

"Dari deksripsimu itu, kamu menganggapku hantu?!"

Senyum tawa tampak terpampang jelas di kedua wajah yang malam itu sama - sama berjalan santai melawan dinginnya malam.

"Yoongi... aku lapar."

"Jangan katakan seorang wanita berkeliaran malam - malam seperti ini hanya untuk mencari bahan pengisi perut, Hana ?"

"Kalau wanitanya aku, jawabannya benar! Hehey." 

Suara tawamu itu yang aku butuhkan di saat seperti ini

"Kalau begitu, ayo makan ramyeon yang banyak malam ini!"



 

***



 

Asap kecil terlihat mengepul keluar dari dua gelas karton ramyeon yang sedari tadi terseduh, di temani dengan dua kotak susu pisang dan dua orang yang sudah memegang sumpit di tangan mereka, siap untuk menarik keluar gulungan mie yang panas.

"Selamat makan, Min Yoongi!"

"Selamat makan, Hana!"

Walaupun hawa panas masih bergerumul di dalam gelas ramyeon, tapi dua orang itu sangat lahap menyeruput helai - helai mie yang mengigit lidah.

"Hmmphh Yoongi... kau ken---"

"Telan dulu, baru bicara."

Bagaimana kebiasaan buruk seseorang dapat terlihat lucu

"Nah, sudah! Sekarang aku boleh bicara kan ?"

"Boleh, mau bicara apa ?"

"Kau pasti... kabur lagi kan, Mr. Yoon ?"

"Ah itu... koreksi! Bukan kabur, tapi menyelamatkan diri."

"Ting! Iya benar. Aku lupa. Kau menyelamatkan diri. Masih seperti itu ya ? tidak pernah berubah ?"

Aku tidak suka nada suaramu yang awalnya menyenangkan berakhir dengan serius

"Iya, masih. Berubah ? Hmm mungkin dunia harus kiamat dulu baru ia bisa berubah."

"Hush! Jangan berkata seperti itu."

"Lalu aku harus berkata apa jika perilakunya memang seperti itu dan tidak pernah berubah."

Meja - meja dan kursi - kursi plastik di depan sebuah mini market bergeser beberapa inci karena tiupan angin. Namun hal tersebut tidak mengganggu seorang pria dan wanita yang sedang berbincang sembari menyeruput kuah hangat ramyeon yang sedang mereka nikmati.

"Kau pasti lelah, Min Yoongi. Semua hal - hal itu--- "

"Iya, aku lelah. Aku lelah mendaki gunung yang sama. Tapi, kalau saja para pendaki gunung itu saling membantu, saling menyemangati dan saling mencintai, mungkin aku tidak akan selelah ini. Keluargaku tidak akan seperti ini."

"Yoongi..."

"Tapi, Hana... sosok ku yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Kalau aku lelah, dan memilih mundur daripada bertahan, aku tidak akan disini. Di depan mu, Hana. Mungkin aku sudah di tempat lain, di rumah kremasi contohnya. Tempat kesukaanku, katamu."

Hawa musim dingin sangat terasa menyelimuti tubuh, memilukan hati dan menimbulkan air mata yang perlahan terpupuk di sudut mata. Eratkan jaket tebalmu dan kuatkan hatimu. Jangan bersedih.

"Jangan lagi, Min Yoongi. 1 hal yang kubenci dari mu adalah caramu menyakiti dirimu sendiri."

"Menyakiti diri sendiri lebih baik daripada menyakiti orang lain. Dan menyakiti diri sendiri adalah salah satu---"

"Stop! Aku tahu."

"Aku belum selesai bicara, Hana..."

"Kau juga sempat memotong kata - kata ku tadi. Yang terpenting sekarang kau telah berubah. Jangan seperti yang dulu..."

Ucapan lirih tanda kekhawatiran meluncur dari mulut seorang wanita, yang sedari tadi tidak menyadari eratan telapak tangannya pada sisi gelas ramyeon, membuat gelas itu sedikit remuk.

"Doakan saja aku tetap kuat. Doakan saja aku bisa keluar dari jalur pendakian gunung ini."

"Kalau kau bisa keluar dari jalur pendakian gunung itu, apa selanjutnya kau akan mendaki gunung lainnya ?"

"Aku ingin membangun piramida. Piramida yang kokoh. Membangun piramida yang menjulang tinggi dari dasarnya bersama - sama. Bukan mendaki gunung yang lain."

"Kenapa memilih piramida bukan gunung, hmm ?"

"Aku tidak ingin seperti ayahku, yang berlagak layaknya seorang pemimpin, namun memaksa keluarganya mendaki gunungnya. Perlahan mendahului istrinya dan mendaki sendirian bahkan meninggalkan anak - anaknya di lereng gunung tanpa menoleh ke bawah sedikit pun, sekedar melihat keadaan keluarganya. Ia terus mendaki, sampai tiba - tiba ia terjatuh. Namun anehnya, dia tidak ingin di bantu. Sekedar di bantu untuk berdiri saja, ia menolak...."

"Harga diri... harga diri yang tinggi membuat ayahmu seperti itu, mungkin ia berpikir 'bagaimana bisa seorang pemimpin terjatuh dan tidak bisa bangkit sendiri'."

"Konyol. Di saat seperti itu, seharusnya dia mau mengambil uluran tangan yang membantunya. Tapi nyatanya, ia tepis."

Sekelebat bayangan masa lalu kembali muncul di dalam kepala. Dulu, ia berharap jiwanya dapat ikut bersama malaikat pencabut nyawa yang setiap 7 menit sekali menghampiri dirinya.

"Bantulah ayahmu untuk bangkit kembali dan mulailah mendaki kembali bersama - sama, atau mendaki keatas bersama pendaki lainnya, meninggalkan ayahmu, kau tahu, harus memilih."

"Mendaki ke atas dan meninggalkan ayahku. Percuma saja membujuknya bangkit jutaan kali dan menyeretnya susah payah, ia tidak akan mau."

"Kau harus tetap kuat dan bertahan. Hingga nanti kau bisa membangun piramida yang kokoh bersama pendaki lainnya."

"Tidak. Biarkan pendaki lainnya beristirahat, aku akan membangun piramida bersama orang lain."

"Orang lain ? Siapa ?"

"Denganmu. Aku akan membangun piramida bersama mu, Hana. Walaupun, membangun piramida tidak semudah yang terlihat. Bagian dasarnya harus kuat, batu - batu yang digunakan harus padat dan kerja sama yang tepat. Tidak bisa satu orang membangun piramida seorang diri, semuanya harus bekerja sama, hingga menjulang ke atas. Dan hal - hal itu akan aku lakukan bersama mu."

Percakapan malam itu, di depan sebuah mini market, dengan temperatur suhu yang semakin rendah, di akhiri dengan setetes air mata mengalir yang sedari tadi terpupuk di sudut mata.

1.17 AM

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK