home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > One Traveler

One Traveler

Share:
Author : sherry
Published : 07 Mar 2016, Updated : 13 Nov 2017
Cast : Kyo Najun (OC), Yoo Shijin, Goo June, Yeon Woojin
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |6416 Views |0 Loves
One Traveler
CHAPTER 1 : CHAPTER 3.1 - THE FIRST ENCOUNTER

Cuaca di pertengahan Maret ini semakin hangat. Paling tidak, di sore hari seperti ini, aku bisa memakai pakaian yang lebih tipis dan tidak lagi menggigil kedinginan karena cuaca yang dingin seperti bulan-bulan yang lalu.

Aku duduk di salah satu kursi tinggi, berusaha membaca novel terbaru Colleen Hoover berjudul Confess.


“I could tell her how I know her. Make her realize why I have this overwhelming urge to protect her. But some secrets I’ll take to my grave, and this is definitely one of them.”

Begitu sinopsis buku ini yang kemarin kubaca di toko buku, membuatku memutuskan untuk membelinya.

"Kayaknya seru" begitu pikirku.

Sekarang aku menikmati es kopi milikku dan mencoba mendalami ceritanya. Aku melirik ke jam tangan untuk mengetahui jam berapa sekarang, dan dari ekor mataku aku bisa merasakan kalau ada seseorang yang berdiri di seberangku. Aku mendongak dan memandang sejenak untuk mengetahui siapa dia.

"Eh, raut wajahnya tidak asing. Apa dia dari Seoul juga ya?" begitu pikirku.

Alisku naik saat aku kira dia seseorang yang kukenal. Selalu menyenangkan bertemu teman senegara saat kamu tinggal di negara lain. Laki-laki itu kelihatannya merasa hal yang sama karena dia tersenyum kecil.

"Senyum yang manis" batinku sembari membalas senyumnya sebelum tiba-tiba merasa canggung dan segera mengembalikan tatapanku ke novel yang kubaca. Satu menit kemudian saat aku kembali mendongak, orang itu sudah tidak ada di tempatnya tadi.

Aku kembali ke penginapan sekitar pukul 7 malam. Kenyang dan mengantuk, aku segera melewati ruang tamu dan langsung pergi ke kamarku dan bersiap mandi.

"Uh, punggungku! Berapa lama sih aku membungkuk saat tur tadi?" aku meringis kesakitan.

Srek srek

Kelihatannya kamar di sebelah sudah terisi, karena aku bisa mendengar suara tarikan. Aku tinggal di lantai tiga penginapan ini, di mana tersedia beberapa kamar, dan sejak 3 bulan terakhir, tidak ada yang menempati kamar-kamar di lantai tiga kecuali aku sendiri.

Aku berbaring di tempat tidur dan rasa kantuk segera menyergap. Hal terakhir yang aku ingat adalah jam dinding, yang menunjukkan pukul 7:10 malam.

***

Aku terbangun kaget, berpikir kalau aku terlambat sarapan.

"Aduh sial! Aku telat!"

Aku terburu-buru memakai sendal, kulempar pandangan ke jendela.

"Tunggu...kok masih...gelap"

Aku mendekat ke jendela dan menyadari keadaan di luar memang gelap. Sepertinya ini masih malam.

Aku berbalik untuk melihat jam. Pukul 01:00 pagi.

Kugaruk rambutku, tiba-tiba saja aku kebingungan. Segera kutarik earpiece dan ponsel di meja dan memasukkannya ke dalam saku piyama.

Kuambil buku "Confess" di meja yang sama serta menarik sebotol kecil air mineral dari kulkas. Aku mengunci kamar dan berjalan ke tangga atap tak jauh dari kamarku.

Aku masih ingat atap ini saat pertama kali tiba di penginapan. Hampir sebagian besar bangunan di kota ini tidak memiliki atap terbuka, jadi saat menemukan tempat dengan atap terbuka seperti ini adalah kesenangan tersendiri untukku.

"Semacam di drama Korea" aku menertawakan diriku sendiri.

Satu bab selesai selagi aku membacanya di "pelarian kecil"ku di atap. Ceritanya semakin menegangkan dan entah kenapa aku menjadi sedikit kesal. Aku menutup bukunya dan melepaskan earpiece yang ada di telingaku dan menjejalkannya ke saku piyama.

Aku menengadah ke atas, menatap langit yang hitam. Bintang-bintang berkelap-kelip dan udara malam masih membawa sedikit hawa musim dingin.

"Langitnya indah sekali, apa di Seoul juga terlihat seperti ini ya?"

Hal itu tiba-tiba membuatku teringat sebuah kenangan yang membuatku terdiam seketika. Mataku tiba-tiba panas dan berair.

"Berani sekali dia pergi meninggalkanku sendirian" mulutku berbisik tanpa sadar. Aku berjalan mendekati ujung atap.

"Seandainya kita setidaknya melihat langit yang indah ini bersama-sama, meskipun di tempat yang berbeda" aku terus berbisik sendiri.

"SIAL!" tanpa sadar aku berteriak memaki.

Aku menghapus air mata yang tiba-tiba menetes dengan punggung tangan sembari menjauhi pinggir atap, lalu berlari terburu-buru menuruni tangga. Hhh...aku sentimental lagi.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK