home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Jika Kamu Tau

Jika Kamu Tau

Share:
Author : Maisaveron
Published : 14 Feb 2016, Updated : 20 Jul 2019
Cast : Nam Woohyun, Kim Hanbin, Hoshi, Hyungwon, Seolhyun, Bora, Eunha
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |8019 Views |0 Loves
Jika Kamu Tau
CHAPTER 4 : Selimut Tipis Yang Hangat (Ep 4)

Hanbin memasukan kedua tanganya kedalam mantel coklat yang ia kenakan, hari ini adalah hari peringatan kasih sayang sedunia. Setelah ia membujuk Woohyun untuk memberikannya dua tiket konser special valentine, akhirnya Hanbin bisa menonton konser dengan kekasihnya. Hanbin mengeluarkan ponsel dan menelpon kekasihnya.

‘Sudah dimana kamu?’ tanya Hanbin.

‘Sebentar lagi sampai’ jawab Eunha.

‘Aku menunggumu. Oh yah, jangan pakai rok pendek yah’ tungkas Hanbin memperingati dan Eunha hanya mengangguk.

Tak lama kemudian seorang gadis yang ia tunggu turun dari sebuah taxi, gadis itu berambut panjang kecoklatan. Ia memakai mantel berwarna pastel di padu dengan celana panjang berwarna hitam dan sepatu cats berwarna senada. Dengan senyum yang sangat merekah, ia melambaikan tangan ke Hanbin yang sudah menunggunya. Saat sampai di hadapan Hanbin, Eunha mengulurkan tanganya dan di sambut oleh tangan Hanbin.

‘Aku merasa kalau aku perlu berterimakasih kepada Woohyun. Tikat konser ini telah habis setelah sepuluh menit resmi di jual’ tungkas Eunha dengan wajah gembira.

‘Kamu tidak perlu mengenal Woohyun, dia laki-laki yang sungguh aneh dan amat percaya diri. Aku juga tidak tahu mengapa aku bisa berteman denganya hingga dua belas tahun lamanya?’ tungkas Hanbin yang memasukan tangan Eunha yang ia genggam ke dalam saku mantelnya. Mereka berdua sedang berjalan menuju venue.

Mereka sangat menikmati konser yang mereka tonton hingga akhir. Setelah menonton Konser, Hanbin mengajak Eunha untuk pergi ke Mall yang tak jauh dari tempat mereka nonton Konser.

‘Apa kamu menginginkan sesuatu?’ tanya Hanbin saat mereka sedang berada di Mall. Eunha sejenak berfikir.

‘Aku hanya ingin masuk perguruan tinggi’ tungkas Eunha dengan tawa.

‘Itu pasti, kamu pasti bisa masuk perguruan tinggi’ Tungkas Hanbin yang menatap Eunha dan mengelus rambutnya.

‘Aku ingin membelikan mu sesuatu, kamu bisa pilih apa yang ingin kamu beli’ tungkas Hanbin.

‘Apa kamu baru mendapatkan uang?’ tanya Eunha dan Hanbin hanya membalasnya dengan anggukan.

Mereka sempat keluar masuk beberapa toko, namun Hanbin berhenti di sebuah toko yang menjual banyak sekali boneka teddy bear. Eunha memperhatikan Hanbin yang sedang melihat satu persatu boneka yang di pajang di toko itu.

‘Aku tidak ingin boneka’ tungkas Eunha dan Hanbin tertawa melihat kekasihnya itu.

‘Bukan untuk kamu, aku ingin membelikannya untuk Hanbyul. Boneka teddy bear yang aku belikan saat ia bayi sudah jelek. Aku berniat untuk membelikannya yang baru’tungkas Hanbin yang membuat Eunha merasa malu.

‘Apa kamu sangat menyanyangi Hanbyul?’ tanya Eunha, Hanbin menganguk.

‘Hanbyul adalah hadiah terindah yang ibuku berikan. Saat aku berusia dua belas tahun, ibu melahirkan Hanbyul. Kelahiran Hanbyul merubah banyak hal untuk ku, keluarga ku dan teman-temanku. Kami rela melakukan apapun agar Hanbyul tidak menangis. Saat Hanbyul berusia tiga tahun, Ibu membuka toko baju. Hal itu membuat banyak orang berkorban demi menjaga Hanbyul. Pada pagi hari Ibu akan memandikannya, memberikan ia makan lalu ia akan di titipkan ke Wooyeon Noona, menjelang siang Hanbyul akan di titipkan ke Ibu Hyungwon sampai salah satu dari Honey pulang sekolah. Siapa yang pulang terlebih dahulu, ia yang akan bermain dengan Hanbyul. Kami semua bekerja keras untuk menjaga Hanbyul hingga toko Ibu besar dan memiliki banyak karyawan. Sekarang aku rindu masa-masa aku harus menjaga Hanbyul setiap harinya. Kini Ibu sering membawa Hanbyul ke toko’ cerita Hanbin.

‘Woo.. kamu kakak yang baik’ tungkas Eunha dan Hanbin hanya tertawa.

‘Ah, sudah malam. Kamu sudah temukan apa yang ingin kamu beli?’ tanya Hanbin dan Eunha menariknya ke sebuah toko yang penuh kerlap kelip.

‘Aku ingin ini, apa aku boleh mengambil ini?’ tanya Eunha ketika memperlihatkan kalung yang di jual di sebuah toko. Hanbin memberikan katru ATM nya kepada pegawai toko tersebut sebagai tanda ia membeli kalung yang di inginkan Eunha. Yang di belikan kalung hanya bisa tersenyum bahagia.

‘Ayo kita pulang, sudah malam’ tungkas Hanbin yang memberikan tas kertas karton yang berisi kalung yang di inginkan Eunha.

‘Ayo kita pulang’ Tungkas Eunha yang merangkul tangan Hanbin.

                                               

                                                                        ₪

Hanbin mengantarkan Eunha sampai di depan rumahnya. Namun saat Hanbin ingin pergi seorang pelayan rumah menyuruh Hanbin masuk ke dalam rumah.

Rumah Eunha sangat besar, saat pagar rumahnya yang tinggi terbuka, hal yang pertama terlihat adalah halaman yang luas dengan kolam ikan. Eunha mengajak Hanbin untuk masuk kedalam rumahnya. Ketika mereka berdua sampai di ruang tamu, Ibu Eunha telah duduk di ruang tamu. Hanbin membungkukan tubuhnya ketika melihat Ibu Eunha.

‘Silahkan duduk’ Ibu Eunha mempersilahkan Hanbin untuk duduk di sopa kecil yang tak jauh dari tempat Ibu Eunha duduk, sedangkan Eunha duduk di samping Ibunya.

‘Apa pekerjaan Ayahmu?’ tanya Ibu Eunha yang sedang membaca majalah.

‘Ayahku adalah seorang Manager di sebuah bank’ Jawab Hanbin.

‘Oh yah, Eunhanie. Ibu ingin mengenalkan kamu dengan anak teman Ibu. Kamu bisa lihat fotonya terlebih dahulu’ tungkas Ibu Eunha yang memberikan ponselnya ke anaknya. Eunha mengerutkan keningnya menatap Ibunya.

‘Ibu, aku sedang berkencan dengan Hanbin’ tungkas Eunha,

‘Lalu kenapa jika kamu mengenal laki-laki lain selain dia?’ tanya Ibu Eunha. Hanbin hanya menundukan kepalanya. Di saat suasana yang sangat tidak nyaman tersebut, ponsel Hanbin berdering. Hanbin berdiri dan membungkukan tubuhnya, setelah mengangkat telepon dari Woohyun, Hanbin berjalan keluar dari rumah Eunha. Rasa kesal menyelimutinya.

Woohyun menempelkan ponselnya di telinganya, ia sedang sibuk menelopon Hyungwon.

‘Apa dia tidak mengangkatnya?’ tanya Hanbin dan Woohyun menjawab dengan gelengan kepala.

‘Aku akan mengirimkannya pesan untuk menunggu kita di Lobby Mall saat ia sampai’ tungkas Woohyun yang sedang mengetik pesan untuk Hyungwon.

‘Apa kamu lapar?’ tanya Hanbin kepada Hanbyul yang sedang ia gendong. Gadis kecil itu mengelengkan kepala.

Hari ini Hanbin mengajak Hanbyul ke Mall untuk membeli boneka teddy bear bersama Hyungwon dan Seolhyun. Hyungwon berencana akan datang setelah pulang dari les dan Seolhyun mengatakan kalau ia akan datang setelah pulang dari sebuah acara yang di adakan oleh keluarganya. Sedangkan Hoshi tidak dapat datang karena latihan dance.

‘Ayo kita jalan’ tungkas Woohyun setelah mengirim pesan kepada Hyungwon dan Seolhyun.

Hanbin yang mengendong Hanbyul berjalan di samping Woohyun, mereka berkeliling sejenak untuk melihat sepatu model terbaru yang ingin mereka beli. Namun mereka berdua menghentikan langkah mereka ketika mereka berpapasan dengan seorang gadis yang sedang berjalan bergandengan tangan dengan seorang pria. Gadis itu memakai hotpans berbahan jeans dengan motif robek-robek di padu dengan baju rajutan bermotif bunga tanpa lengan yang di balut oleh mantel berwarna dongker.

‘Wah, tidak aku sangka musim panas datang lebih cepat’ tungkas Hanbin dengan wajah kesal.

‘Hanbyul-a, Perut Oppa sakit sekali. Maukah kamu menemani Oppa untuk mencari obat?’ tungkas Woohyun yang mengambil Hanbyul dari gendongan Hanbin. Woohyun meninggalkan Hanbin, Eunha dan seorang laki-laki yang di gandeng oleh Eunha.

Setelah Woohyun pergi, Hanbin menarik tangan Eunha, namun sempat di tepis oleh laki-laki yang jalan bersama Eunha.

‘Aku ingin mengurus gadisku, jadi cari gadis lain untuk kamu urus’ tungkas Hanbin dengan tatapan tajam. Tanpa mengubris kata-kata Eunha yang minta tangannya untuk dilepaskan, Hanbin membawa Eunha ke pintu darurat.

Hanbin menundukan kepalanya, ada sesuatu yang membakar hatinya.

‘Aku tak menyukai wanita yang berpakian pendek’ tungkas Hanbin dengan suara pelan, tapi ia bisa merasakan kalau Eunha mendengarnya. Saat Hanbin ingin mengangkat kepalanya, ia malah kembali memejamkan dua matanya dan membuka swetter yang ia kenakan dan memberikannya ke Eunha.

‘Aku tau kamu memiliki dada yang indah, tapi itu bukan untuk di pamerkan. Pakailah swetter’ Tungkas Hanbin yang menutup matanya. Segala perasaan berkecamuk dalam dirinya. Untuk waktu yang cukup lama mereka saling diam, sibuk dengan pikiran dan perasaan mereka masing-masing.

‘Aku minta maaf untuk hari ini dan untuk kejadian di rumahku kemarin’ tungkas Eunha.

‘Aku tidak pernah mengambil itu kedalam hati’ tungkas Hanbin dengan suara lirih. Eunha mengulurkan tanganya untuk menyentuh tangan Hanbin, namun Hanbin malah menghindar dari Eunha.

‘Mari kita sudahkan. Mari kita putus’ tungkas Hanbin yang mengangkat kepalanya untuk melihat Eunha. Gadis itu menunduk, namun beberpa detik kemudia Hanbin bisa melihat kalau ada air mata yang terjatuh.

Mian’ Tungkas Hanbin yang keluar dari pintu darurat. Ia meninggalkan Eunha dan perasaannya disana.

Hanbyul duduk di pangkuan Woohyun, mereka asik berebutan coklat yang sedang Hanbyul makan. Sesekali mereka tertawa lepas, entah apa yang mereka tetawakan. Woohyun, laki-laki berambut hitam pekat itu kerap membuat Hanbyul tertawa, Woohyun tipe anak yang tak ingin memiliki adik tapi ia senang bermain dengan anak kecil.

‘Rupanya kamu disini’ tungkas Seolhyun yang menghampiri Woohyun yang sedang duduk di Lobby Mall. Wajah gadis itu terlihat lelah karena berlari mengunaka high heels. Hari ini Seolhyun tampak cantik dengan swetter polos berlengan panjang yang di padukan dengan rok bermotif gajah yang panjangnya selutut, make up yang ia kenakan juga terkesan natural.

‘Akhirnya kamu datang’ tungkas Woohyun yang bangun dan mengendong kembali Hanbyul.

‘Mau kemana kita?’ tanya Seolhyun ketika ia dan Woohyun berjalan sejajar, namun Seolhyun melangkahkan kakinya, ia hampir jatuh karena high heelsnya, untung saja Seolhyun masih bisa menjaga keseibanganya.

‘Kamu tidak apa-apa?’ Tanya Woohyun yang terkejut ketika Seolhyun hampir jatuh.

‘Aku baik-baik saja. Ayo kita jalan lagi’ Ajak Seolhyun.

‘Aku ingin ke toko sepatu’ tungkas Woohyun yang menunjuk toko sepatu yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Sesampainya di toko sepatu, Seolhyun memutuskan untuk duduk di sofa panjang khusus pengunjung. Ia memijit kakinya yang pegal karena high heels yang ia kenakan. terlihat cantik di acara keluarga yang baru saja ia hadiri adalah hal yang menyakitkan untuk kakinya.

‘Aku boleh titip Hanbyul’ tanya Woohyun yang memberikan Hanbyul ke pelukan Seolhyun. Saat Seolhyun asik mengobrol dengan Hanbyul, Woohyun membuka high heels Seolhyun dan mengantinya dengan sebuah sepatu cats berwarna hitam model terkini.

‘Apa kamu suka?’ tanya Woohyun.

‘Sepatu yang cantik, ukurannya juga pas dengan kakiku’ tungkas Seolhyun yang melihat sepatu yang di pakaikan Woohyun.

‘Aku ambil ini satu’ tungkas Woohyun kepada pegawai toko sambil memberikan kartu ATM nya.

‘Pakailah sebelah lagi, aku lelah mencarikanmu sepatu’ gerutu Woohyun yang mengambil Hanbyul dari pelukan Seolhyun.

‘Jadi kalian disini?’ tungkas Hanbin yang datang ketoko tersebut dengan Hyungwon.

‘Aku mau beli sepatu baru’ tungkas Hyungwon ketika melihat sekeliling toko tersebut.

‘Mari kita makan terlebih dahulu, baru kita cari sepatu dan boneka untuk Hanbyul’ tungkas Woohyun yang memberikan Hanbul kepada Hanbin.

Mereka makan di sebuah restoran yang ada di Mall tersebut, Hanbyul duduk di tengah, di apit oleh Hyungwon dan Hanbin yang sedang melihat menu makanan yang di sajikan di restorant tersebut. Sedangkan Woohyun dan Seolhyun sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Setelah memesan makanan apa yang ingin mereka makan, ketiga laki-laki yang ada di meja itu meletakan ponsel mereka di tengah meja.

‘Aku mau beli swetter baru’ tungkas Hanbin.

‘Bukannya kamu tadi pakai swetter?’ tungkas Woohyun ‘Ah, sudah lupakan. Aku juga ingin membeli sepatu baru’ timpal Woohyun yang merasa kalau swetter yang di pakai Hanbin tadi pasti di berikan ke Eunha.

‘Sepatu yang tadi di beli Seolhyun-a juga bagus, kelihatan cantik’ puji Hyungwon.

‘Itu pilihan Woohyunie’ tungkas Seolhyun yang membuat Hanbin dan Hyungwon tertawa.

‘Daebak, jika Noona tau, ia akan marah’ komentar Hyungwon.

‘Manfaatkan Woohyunie ketika ia baik’ ledek Hanbin.

‘Gomawo’ ucap Seolhyun.

Tak lama kemudian, makanan yang mereka pesan datang. Mereka sibuk menyantap makanan mereka, sesekali Hanbin dan Hyungwon bergantian untuk menyuapi Hanbyul.

‘Apa kalian sering berbelanja bersama?’ tanya Seolhyun.

‘Sangat jarang, aku lebih senang berbelanja dengan Bora Noona’ tungkas Hyungwon yang di benarkan oleh kedua teman-temanya.

‘Aku sungguh heran, walau ia sangat judes tapi mengapa kita senang berada di dekatnya?’ tungkas Hanbin sambil melahap makanannya.

‘Ia memiliki hati yang baik’ puji Woohyun.

‘Sepetinya kalian mengenal dekat Bora Eonnie’ tungkas Seolhyun setelah meminum Lemon tea yang tadi ia pesan.

‘Kami kenal Noona sejak Noona menjadi trainee di perusahaan tempat Ayah Woohyun bekerja. Dari kercil Noona sudah memiliki sikap judes, tapi sebenarnya ia gadis yang penuh senyum dan baik hati’ cerita Hanbin.

‘Kami mengenal banyak artis berkat Woohyunie’ puji Hyungwon dengan senyuman. Yang di puji malah mengeluarkan selembar uang dari dompetnya dan menyodorkanya ke depan Hyungwon.

‘Belilah CD baru pakai uang ini, dan aku berterimakasih atas pujianmu’ tungkas Woohyun sambil mengunyah makananannya.

‘Tidak perlu’ tungkas Hyungwon dengan tawa lalu menyodorkan kembali uang di hadapanya kepada Woohyun.

‘Temanku adalah teman kalian juga’ tungkas Woohyun.

‘Berarti Wooyeon Noona boleh buat aku, yah?’ tungkas Hyungwon dengan antusias.

‘Apa kamu mau mati?’ ucap Woohyun dengan nada tinggi, Hanbin dan Seolhyun hanya tertawa.

‘Bukannya pertandinganmu sudah dekat? Tapi kenapa kamu masih memakan banyak makanan yang mengadung minyak’ tanya Hanbin yang melihat makanan Woohyun.

‘Semuanya akan baik-baik saja, aku hanya sedang ingin makan ini’ tungkas Woohyun yang memakan makanannya.

‘Sebelum aku lupa, aku ingin memberikan ini kepada Hanbyul-a’ Seolhyun menyodorkan tas karton yang berisi setoples coklat, dan Hanbyul menerimanya dengan senang.

‘Sepupuku habis pulang dari Singapore dua hari yang lalu, dan saat ia mengeluarkan coklat yang sangat banyak, aku teringat akan Hanbyul-a’ tungkas Seolyun yang mengelus kepala Hanbyul-a.

‘Hanbyul-a, Oppa boleh minta coklatnya?’ tanya Woohyun yang mengelurkan tanganya ke hadapanya Hanbyul.

‘Oppa, saranghae’ tungkas Hanbyul yang memberikan Woohyun sebungkus coklat. Hal tersebut membuat Hanbin kesal.

‘Ya!’ protes Hanbin yang membuat Hyungwon dan Seolhyun tertawa.

‘Nado saranghae, Hanbyul-a’ Tungkas Woohyun dengan senyum yang lebar.

‘Berhenti untuk bilang kalau kau adalah pacar Hanbyul!’ tungkas Hanbin yang kesal. Hyungwon menutup kedua telinga Hanbin agar gadis kecil itu sama sekali tidak mendengar apa yang kakaknya katakan.

‘Ayo kita kembali jalan, aku bisa terus-terusan tertawa mendengar pertengkaran kalian’ tungkas Seolhyun yang bangun dari duduknya.

‘Hanbyul-a, sini Oppa gendong’ tungkas Hanbin yang mengulurkan tangannya untuk mengendong Hanbyul, tapi gadis kecil itu mengelengkan kepala.

‘Aku tidak mau dengan Oppa yang sudah memarahi Woohyun Oppa’ tungkas Hanbyul dengan polosnya, hal itu membuat Woohyun, Seolhyun dan Hyungwon tertawa.

‘Sini adik Oppa yang cantik, ayo kita jalan-jalan lagi’ tungkas Hyungwon yang mengendong Hanbyul.

 

 

Seolhyun sibuk memotong sayuran yang ingin ia masak, hari ini ia menjadi juru masak dadakan setelah Hoshi dan Woohyun datang kerumahnya dan mengaggu liburannya. Woohyun dan Hoshi menyeret Seolhyun untuk datang ke rumah Hyungwon dan memasak sesuatu untuk makan siang mereka. Di sela kesibukan Seolhyun, Woohyun hanya asik bermain dengan Hanbyul yang tadi ia culik dari rumah Hanbin. Ibu dan Ayah nya Hanbyul sedang menjaga toko dan Hanbin sedang berada di kamarnya.

Hanbyul memasukan tangannya kedalam mulut Woohyun yang terbuka lebar, membuat gadis itu tertawa girang karenanya. Woohyun tak hentinya membuat candaan dengan Hanbyul.

‘Mereka memang seperti itu, memiliki dunia sendiri saat sedang berdua’ tungkas Hyungwon yang datang ke dapur saat Seolhyun memperhatikan Woohyun dan Hanbyul yang bercanda di ruang tamu.

‘Mereka sangat akrab’ komentar Seolhyun yang meneruskan masaknya.

‘Seolhyun-ssi, ada yang bisa aku bantu?’ tanya Hyungwon. Seolhyun mencari sesuatu untuk di kerjakan Hyungwon.

‘Tolong bukakan ini’ suruh Seolhyun yang memberikan Hyungwon sebuah kornet kemasan kaleng. Hyungwon memandang Seolhyun dengan wajah datar.

‘Aku tidak mengerti cara membuka itu’ tungkas Hyungwon dengan polos, Seolhyun menatap datar Hyungwon, yang di tatap hanya tertawa dan pergi.

‘ Ya! Lebih baik kamu minta seorang adik kepada Ibumu’ tungkas Hyungwon yang menghampiri Woohyun yang sedang bercanda dengan Hanbyul.

‘Aku bisa gila, punya Noona seperti Wooyeon saja sudah bagaikan musibah. Bagaimana jika Ibu ku melahirkan satu lagi anak?’ tungkas Woohyun.

‘Minumannya datang’ Tungkas Hoshi yang membuka pintu rumah Hyungwon dan segera berlari menuju kulkas yang ada di dapur Hyungwon.

‘Oh, apakah sudah mau matang?’ Tanya Hoshi dan Seolhyun menjawabnya dengan anggukan.

‘Masak yang enak yah’ tungkas Hoshi yang menepuk-nepuk pundak Seolhyun, membuat gadis itu kesal.

‘Memangnya kalian pikir aku ini apa?’ tanya Seolhyun ketika Hoshi telah pergi ke ruang tamu.

‘Hei, Hanbyul-a. Aku mencintaimu’ tungkas Hoshi yang mencubit pipi Hanbyul dengan gemas.

‘Ya! Jangan lakukan itu’ tungkas Woohyun yang menepis tangan Hoshi dari pipi Hanbyul.

‘ Kalian seperti pedofil’ komentar Hyungwon, belum ia selesai berbicara, ia telah di tatap sengit oleh kedua temannya.

Mian’ Tungkas Hyungwon dengan wajah datar.

‘Makanannya sudah matang’ Tungkas Seolhyun yang membawa sebuah kotak makan untuk Hanbyul.

‘Mari kita bagi tugas’ tungkas Hyungwon yang menutup kuping Hanbyul.

‘Aku akan bangunkan si kampret Hanbin’ tungkas Woohyun.

‘Aku akan bantu Seolhyun menata meja’ Tungkas Hyungwon.

‘Ah.. Aku selalu kebagian yang tidak enak’ keluh Hoshi yang mengendong Hanbyul dan mengambil kotak makanya. Ia harus mengantar Hanbyul ke toko Ibunya.

 

Api yang keluar dari tempat sampah siap membakar apapun yang di lempar ke tempat sampah. Hanbin berdiri di depan tempat sampah sambil memilah-milah foto yang akan ia bakar. Rasanya masih terlalu sakit untuk melupakan seorang gadis yang ia cintai, seorang gadis yang empat bulan terakhir memenuhi harinya. Sejak pertemuan terakhirnya dengan Eunha di tangga darurat sebuah Mall, ia tak pernah lagi menghubungi Eunha. Hanbin mengigit bibir bawahnya ketika tanganya melempar semua foto yang ia pegang ke tempat sampah. Mengapa tidakada hubungan awet?

Suara derit pagar pintu membuat Hanbin terkejut, di belakang daun pintu terdapat Woohyun yang memusatkan perhatiannya kepada tongsampah. Laki-laki berambut warna coklat itu menghampiri Hanbin. Beberapa hari yang lalu Woohyun baru mnganti warna rambutnya.

‘Aku rasa kamu beneran putus dengan Eunha’ tungkas Woohyun yang menepuk-nepuk bahu temannya.

‘Aku bukan anak kolomerat sepeti yang Ibunya mau’ tungkas Hanbin yang menandang kosong tong sampah. Namun sedetik kemudian ia terkejut dengan air yang Woohyun buang ke tempat sampah.

‘Sudah, ayo kita makan. Lupakan Eunha’ tungkas Woohyun yang merangkul bahu Hanbin dan menariknya pergi ke rumah Hyungwon.

 

 

Tidak ada satu katapun yang keluar dari enam orang yang sedang makan di ruang tamu Hyungwon. Mereka tidak mengomentari masakan Seolhyun dan juga tidak mengomentari kehadiran Wooyeon yang datang secara tiba-tiba.

‘Aku selesai’ tungkas Woohyun yang meletakan sumpitnya di atas meja.

‘Aku benci ketika Woohyun-ie selesai makan terlebih dahulu’ komentar Hoshi.

‘Tutup mulutmu, dan habiskan makanan yang enak ini’ tungkas Wooyeon, yang di tegur hanya terdiam dan kembali melanjutkan makannya.

Noona, ini untuk mu’ Hyungwon memberikan sepiring apel yang telah di potong-potong oleh Hyungwon.

Gumawo’ ucap Wooyeon.

‘Ah, kalian sungguh tidak menghargain teman kalian yang sedang putus cinta’ tungkas Woohyun yang membuat seluruh yang ada di ruang tamu menantap Hanbin, yang di tatap tiba-tiba menyelesaikan makannya.

‘Aku baru saja putus, memangnya kenapa? Berhentilah menatapku seperti itu’ tungkas Hanbin dengan nada tinggi di ujung kalimatnya. Hoshi mengeluarkan uang dari saku celananya dan meletakkannya di atas meja.

‘Mian, aku hanya bawa segini’ tungkas Hoshi yang melihat Hanbin.

Woohyun dan Hyungwon juga mengeluarkan uang dari sakunya dan meletakannya di atas meja, sedangkan Seolhyun yang tak mengerti apapun hanya mengikuti tingkas Hoshi. Hyungwon mengumpulkan uang yang ada di atas meja lalu menyodorkannya ke hadapan Hanbin.

‘Belilah coklat dan balon’ tungkas Woohyun.

Mereka selalu melakukan hal yang sama saat salah satu dari mereka sedih. Mereka akan mengeluarkan uang yang mereka punya dan di berikan ketemannya yang sedang sedih. Walau nominal uangnya terkadang sangat kecil, mereka tetap menyuruh temannya untuk membeli coklat dan balon agar perasaan teman mereka menjadi lebih baik.

Wooyeon mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya.

‘Pakai ini untuk mengajak kencan wanita yang paling cantik di sekolahmu, dan perlihatkan wanita itu ke Eunha’ tungkas Wooyeon yang menyodorkan kunci mobil dan tiket nonton konser. Hal itu memuat Woohyun, Hyungwon, Seolhyun dan Hoshi menatap Wooyeon dengan terkejut.

‘Kamu hanya perlu mencari wanita lagi saat kamu putus dengan cara yang tidak baik’ tungkas Wooyeon.

‘Tidak perlu, aku baik-baik saja’ tungkas Hanbin yang menyodorkan uang yang ada di atas meja ke teman-temanya, serta kunci mobil dan tiket konser ke Wooyeon.

‘Baiklah, aku akan pakai ini untuk kencan dengan pacarku’ tungkas Wooyeon yang memasukan tiket konser dan kunci mobil kedalam sakunya.

‘Ya! Berhentilah untuk pacaran denganya. Aku tidak menyukainya’ tungkas Woohyun.

‘Yang tidak suka kan kamu, jadi apa urusannya denganku?’ tungkas Wooyeon.

‘Noona, Bagaimana jika Noona berkencan denganku? Aku akan membuatkan lirik rap yang romantis untukmu setiap harinya’ tungkas Hyungwon dengan senyum tipis di bibirnya yang merah. Namun tangan Woohyun dengan cepat mendarat di rambut Hyungwon dan menjambak rambut Hyungwon. Yang di jambak hanya tertawa sambil mengatakan ‘Ampun’.

 

Hyungwon memeluk Hanbin yang tidur di sampingnya. Malam ini mereka kembali menginap di rumah Hanbin. dengan formasi yang berbeda malam ini. Di ranjang sebelah kiri Woohyun mencoba memejamkan kedua matanya, Hoshi memekuk guling yang ia bawa dari kamarnya, Hanbin yang masih terjaga dan Hyungwon yang tidak bisa diam.

‘Aku ingin bertanya pada kalian’ tungkas Hanbin yang menatap langit-langit kamarnya.

‘Katakan saja’ tungkas Woohyun dengan mata terpejam.

‘Apa kalian malu memiliki teman seperti aku?’ pertanyaan Hanbin membuat ketiga temannya terbangun.

‘Siapa yang mengatakan itu?’ tanya Hyungwon dengan wajah serius.

‘Jangan di angap serius, aku hanya bertanya’ tungkas Hanbin.

‘Kami tentu sangat senang punya teman seperti mu. Kamu pikir barang-barang yang kita beli uangnya dari mana? Dari channel youtube yang setiap dua minggu sekali kita update. Semua ide video nya dari kamu. Bagaimana kami malu mempunyai teman seperti mu’ tugkas Hoshi.

‘Setidaknya aku senang memiliki teman seperti mu, kamu tidak menyukai Noona ku seperti Hyungwon’ tungkas Woohyun yang kembali melanjutkan tidurnya.

‘Jangan pikirkan hal yang aneh. Kenapa kamu sibuk dengan pikiran orang lain?’ tungkas Hyungwon yang kembali melanjutkan tidurnya.

‘Hanbin-a, mengapa selimutnya tipis?’ tanya Hoshi yang menarik selimutnya.

‘Aku tidak membutuhkan selimut yang tebal saat bersam kalian’ tungkas Hanbin yang lansung di peluk oleh Hyungwon dan Hoshi.

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK