home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Jingga--Tentang Seseorang

Jingga--Tentang Seseorang

Share:
Author : edadae
Published : 28 Oct 2015, Updated : 28 Oct 2015
Cast : Jung Yonghwa, Jingga (you), Kang Min Hyuk
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |418 Views |2 Loves
Jingga--Tentang Seseorang
CHAPTER 1 : Oneshoot

Terkadang, bukan persoalan kehilangan yang membuatmu tersudut dalam kesedihan. Tapi, penyesalan. Penyesalan karena telah memperlakukan dia buruk.

Dari balik kaca apartemennya, Jung Yonghwa menatap lurus kearah lalu lalang kendaraan di bawah sana. Seperti biasa, saat langit mulai jingga, Itaewon makin memperlihatkan pesonanya sebagai district yang banyak disinggahi turis.

Hah, masa bodoh soal itu.

Ia membalikkan badannya, mengedarkan pandangannya kearah ruang studio yang hampir dua bulan ini ditempatinya. Ruang studio yang berisikan sofa untuk tidur dan sofa panjang yang menghadap kearahnya. Ia memejamkan matanya, membayangkan dirinya sedang bergelut di sofa yang ada dihadapannya itu bersama gadis yang memiliki binar mata yang indah. Sayangnya, saat ia memutuskan untuk menyewa apartemen ini, gadis itu tiba-tiba menghilang.

Wangi vanilla yang segar yang selalu melekat ditubuh cewek itu, rasa-rasa nyata dalam bayangannya.  Tawa yang memperlihatkan lesung pipit disebelah kanan membuatnya tiba-tiba ingin memaki dirinya, memukul kepalanya dengan gelas yang ada di meja bar yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Jingga, jangan menari-nari di kepalaku, please!

Hatinya memohon, terduduk lesu menghadap sofa dihadapannya. Ia merangkul kedua lututnya, bersandar pada tembok apartemen ini.

“Aku tidak memintamu lebih. Tapi, bisakah kau memenuhi janjimu untuk menelusuri Itaewon?”

Yong, begitu ia akrab disapa kembali hanyut pada kenangan bersama gadis yang bernama Jingga. Seorang turis dari Indonesia yang menghabiskan waktu sebagai petani di sebuah desa di Jepang selama dua tahun. Jingga selalu menyempatkan dirinya untuk ke Seoul sekali sebulan demi bertemu dengannya. Menagih janji yang pertama diucapkan Yong saat pertama kali bertemu, di bandara Narita, Jepang.

Saat itu, ia terjebak sendiri di bandara diajak ngobrol oleh Jingga yang tampak bosan menunggu pesawat yang mengantarkannya ke Seoul. Jingga tampak aktif menanyakan Seoul kepada Yong, sayangnya Yong tak begitu menanggapinya serius. Karena memang, ia tak begitu mengenal Seoul. Menjadi idol, membuat langkahnya tidak bebas untuk mengitari tiap sudut kota Seoul. Satu-satu yang sangat ia hapal adalah tempat ia pernah dibesarkan, yaitu Busan. Busan adalah salah satu tempat ternyaman baginya, sebab disanalah rumahnya, disanalah ia bisa memeluk ibunya sepuas hatinya.

Jingga menggunakan bahasa Jepang yang kacau, sesekali ia memakai bahasa Korea yang tak kalah kacaunya. Yong suka melihat mimik Jingga yang selalu berusaha keras berbicara dengan mata yang tampak berpikir untuk mengeluarkan kata-kata berbahasa Jepang maupun Korea.  Kadang-kadang Jingga tampak menyerah dan berbicara dengan bahasa Inggris.

“Kau benar-benar tidak mengenalku?”

Saat itu Jingga menggeleng kepalanya. “Aku bukan orang yang tergila-gila dengan Kpop, tapi bukan berarti aku tidak tahu mengenai Hallyu. Honestly, tiga menit pertama saat kita mengobrol aku tak tahu kau siapa, tapi lama-lama melihat tingkahmu, aku bisa menduga kau adalah idol.” Jingga memamerkan lesung pipitnya. “Sayangnya, aku tidak tahu kau member dari boyband apa, pernah bermain di drama apa, atau pernah ada di varshow apa. Karena aku tidak menonton yang begituan,”

“Hah? Kok bisa kau tidak mengetahui aku?”

“Aku cuma pernah mendengar tentang Bigbang, drama yang kutonton satu-satunya adalah drama kolosal yang judulnya Dongyi, dan beberapa film Kim Ki Duk,” Jingga tertawa malu. “Film yang seharusnya tak kutonton karena bertolak belakang dengan prinsipku.” Jelasnya. Lalu, Jingga berpikir sejenak. “Wait…” ia meminta Yong untuk tidak mengeluarkan suara. “Itaewon. Yeah, aku terobsesi dengan Itaewon.” Jingga lalu tertawa lebar. “Karena lagunya UV ‘Itaewon Freedom’, dan Film Ja Geun Suk yang judulnya pokoknya ada Itaewon gituh. Lupa!”

Dia tahu Ja Geun Suk, tapi tidak tahu aku?

Yong tampak kesal. Tapi, ia tersenyum lebar. Tiba-tiba Jingga tampak menarik baginya. “Baiklah, jika aku ada waktu. Aku akan mewujudkan mimpimu untuk menelusuri Itaewon.”

“Serius?” Jingga tampak bersorak riang. “Kelak, aku akan mengirimkanmu postcard sebagai hadiah.”

Postcard?”

Yes, postcard. Ada negara yang ingin kukunjungi setelah kontrak sebagai petani di Jepang ini selesai. Dan aku ingin memamerkan negara itu ke kamu melalui kiriman postcard. Apakah ini bukan hadiah yang menarik?”

“Ehm, terserah kamulah,” Yong tampak kesal saat melihat ekspresi Jingga yang berlebihan. “Kau harus cari tahu tentangku,” pinta Yong saat mereka saling menukar akun kakao.

***

“Kau benar-benar tidak bisa melupakan cewek aneh itu, Hyung?”

Yonghwa yang baru saja menghabiskan Americano yang dibawa Kang Minhyuk, memasang tampang tidak suka. “Namanya Jingga.”

“Yeah, aku tahu namanya.” Minhyuk mngambil tempat dihadapan Yonghwa. “Cewek Indonesia yang terobsesi dengan Itaewon sampai kau harus menyewa apartemen di daerah ini untuk cewek tersebut. Sayangnya, semua jadi sia-sia.”

“Bisakah kau bicara lebih sopan denganku?” Yong benar-benar tampak marah. “Aku benci kau bicara buruk tentangnya.”

Mianhe,

Yonghwa bangkit, berjalan menghampiri jendela kaca. Menatap jalanan dibawah apartemennya. Rutunitas yang selalu dilakukannya hampir dua bulan terakhir ini.

“Berhentilah meratapi nasibmu seperti ini, Hyung.” Minhyuk membalikkan badannya, memandang kearah Yonghwa. “Kau tidak ingin merusak karirmu karena Jingga kan? Agency sudah menanyakan soal deadline kita yang mempet ini. Kita harus mengeluarkan album secepatnya,”

“Aku tahu.” Yonghwa tetap asyik pada pandangan dibawah itu. Bayangan mengenai Jingga yang melambaikan tangan kearahnya, membuat ia membalikkan badannya. Mengutuk dirinya sendiri.

***

“Aku pernah bilangkan, kalau aku benci orang yang ingkar janji?” Jingga menatap Yonghwa lekat-lekat. “Aku tahu kau idol yang sibuk. Bukan, kau terlalu takut ada skandal yang tidak-tidak jika kau berkeliaran diluar sana. Jika kau takut itu, kenapa kau menjanjikan aku sesuatu?” Jingga tampak frustasi. “Ini kali ke delapan aku memintamu untuk menemaniku sekedar menikmati senja di salah satu coffeeshop Itaewon.” Jingga menarik nafasnya sesaat. “Aku cuma ngasih tahu kamu, bahwa Jingga memiliki warna seperti Senja. Ia hanya persinggahan saat Pagi menuju Malam. Ia hanya sebentar,”

Yonghwa memalingkan mukanya dari tatapan pemilik bola mata berwarna hitam pekat tersebut.

Jingga yang tampak cantik dengan balutan gaun putih selutut, sneaker merah dan ransel merah yang dirangkulnya. Seperti biasa, Jingga tak pernah tepat memadukan pakaiannya. Tapi, disinilah, Jingga tampak menarik. 

Sayangnya, itu kali terakhir Jingga menemui Yonghwa. Jingga tak mengucapkan salam perpisahan dan juga tidak menjanjikan bahwa ia akan datang di pertemuan ke sembilan. Namun, entah kenapa Yonghwa yakin Jingga akan menagih janjinya di pertemuan Sembilan, memutuskan menyewa apartemen untuk mereka bisa berbicara santai dan lama sembari menikmati pemandangan jalanan di Itaewon. Sayangnya, ini menjadi ke sia-siaan. Di perteman ke Sembilan, Jingga tak datang menghampirinya. Bahkan, Kakaonya tak aktif.

***

Yonghwa tertegun memandang delapan buah postcard yang bergambar pemandangan kota Cambridge. Dibalik pemandangan tersebut, tak ada tulisan apa-apa. Setahun setelah keputusasaannya pada perasaan kehilangan tentang Jingga Kali ini Jingga muncul memenuhi janji untuk menggirimkannya postcard.

Secarik surat dalam amplop yang sama membuat Yonghwa bersorak riang.

Aku pernah menjanjikan postcard untuk kota yang akan kusinggahi nantinya setelah Jepang, kan? Dan, disinilah sekarang aku berada. Cambridge. Aku akhirnya memutuskan untuk pergi ke Universitas, mewujudkan impian ayah. untuk berada di salah satu universitas terbaik di sini. Itu artinya, aku akan singgah lama disini. Jauh lebih lama dari Jepang yang cuma dua tahun itu, jauh lebih lama dari Seoul juga tentunya. Setidaknya, Cambridge memberi kesempatanku untuk menyinggahi kota-kota di Eropa lainnya. Yong, tetaplah bersinar, hiduplah seperti di beberapa lirik dilagumu. Ups, seperti lagu kesukaanmu, It’s my life, tetaplah hidup seperti yang kau sukai.  

Usai membaca surat tersebut, Yonghwa menengadahkan kepalanya ke langit apartemennya. Tak ada alamat maupun email yang ditinggalkan Jingga. Jingga benar-benar beranggapan, ia adalah bagian dari persinggahan dalam setiap perjalanan yang dilakukan oleh Jingga. Hah, seandainya ia diberi kesempatan untuk kembali melakukan pertemanan dengan Jingga, ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menyelami hati Jingga.

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK